akhirnya, rapat terakhir sebelum dimulainya rangkaian acara untuk dua minggu ke depan.
siang hari membuatku berkali-kali mengubah letak kepala di atas meja, mencari posisi ternyaman untuk tidur. sedangkan cowok di sebelahku masih saja mengutak-atik ponselnya entah untuk apa. suka-suka calvin saja.
"dek," suara berat khas kak fazrin membuatku terkesiap. "divisi konsumsi kurang satu ya yang belum dateng?"
aku mengerjap sekilas lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. benar saja, ternyata masih kurang satu anggota. "iya, kak. masih di jalan kayaknya."
"ya udah, coba dihubungin dulu, ya. mau dimulai rapatnya." ucapnya diselingi sebuah senyuman manis. memang ya, senyum milik seorang darama fazrin itu membuat hati adem. pantas saja banyak yang suka.
aku juga suka melihat senyumnya.
tapi lebih suka senyum calvin, sih.
andai cara bicara calvin juga selembut kak fazrin, pasti yang ngejar juga banyak.
eh, tapi lebih baik jangan. nanti aku jadi makin banyak saingan.
"gitu banget ngeliatinnya." calvin rupanya menangkap basah diriku yang masih menatap punggung tegap kak fazrin yang berjalan menjauh.
"apa sih," sahutku cepat. "lo coba chat grup deh, vin. tanyain anggota yang belum dateng tadi ke mana."
"lo kan punya hape sendiri."
aku memutar bola mata dengan kesal. "hape gue di charge di kelas."
calvin justru menyodorkan ponselnya ke depan wajahku. "nih, chat sendiri aja. mager gue."
aku menatapnya heran. maksudku, apa calvin memang segitu mudahnya percaya sama orang lain sampai-sampai ia tidak menaruh curiga terhadapku. padahal aku bisa saja membaca isi pesan lainnya.
meskipun aku bukan tipe orang yang suka mengusik privasi orang lain. tapi ini calvin antares. bagaimana bisa aku tidak ingin tahu seberapa banyak cewek yang sedang ia dekati?
"beneran?" tanyaku memastikan. "nggak papa kalo tiba-tiba chat cewek lo kebaca sama gue?"
calvin menoleh cepat, "cewek siapa sih? nggak ada."
dalam hati aku bersorak gembira mengetahui jika calvin masih jomblo.
"masa sih cowok kayak lo nggak ada cewek yang ngechat?"
cowok itu lantas menatapku sambil tersenyum tengil, "maksud lo mau bilang gue ganteng, gitu?"
"h-hahaha, ngimpi!" seruku cepat, mencoba menyembunyikan rasa gugup yang menjalar ke sekujur tubuhku akibat kalimat bodoh yang baru saja ku ucapkan.
"cewek yang ada di chat room gue cuma satu, kok. santai aja."
tuh, kan.
ternyata ada satu cewek yang selama ini intens berinteraksi dengan calvin lewat aplikasi tersebut. tanpa terlalu memikirkan siapa cewek itu (karena aku bukan siapa-siapanya calvin juga), aku pun langsung merebut ponsel calvin dan segera membuka obrolan grup dengan divisi konsumsi.
setelah mengetikkan beberapa kalimat pertanyaan, aku pun menggeser layar ponsel calvin sehingga kembali menampilkan beberapa obrolannya dengan kontak yang ada di aplikasi line miliknya.
namun betapa terkejutnya aku ketika menemukan sebuah nama kontak di urutan paling atas, dengan icon pinned di bawah foto profilnya.
dan itu adalah namaku.
masih ku ingat jelas obrolan terakhirnya adalah satu hari yang lalu.
lagi-lagi jantungku yang sensitif terhadap calvin antares ini langsung saja berdegup kencang, ditambah wajahku yang mulai menghangat hingga ke perut. tanpa sadar, sudut bibirku terangkat.
tanya tidak ya.
nggak usah, deh.
"vin, kontak gue kenapa lo pinned?" tanyaku dengan hati-hati. calvin yang semula menenggelamkan kepalanya diantara kedua sikunya lantas mendongak.
lama sekali ia tidak menjawab, sebelum akhirnya berkata, "suka-suka gue lah."
aku berdecak kesal, lalu mengembalikan ponsel hitam tersebut ke pemiliknya dengan sedikit kasar. tidak peduli dengan harganya yang bisa mencapai harga satu motor itu.
calvin antares benar-benar menyebalkan.
untung saja perasaanku tidak berubah.
"udah ketemu belom ceweknya?" pertanyaan calvin membuatku mengernyit heran. aku bahkan sudah lupa dengan tujuan itu.
"gak ketemu," jawabku malas. "kata lo cuma ada satu. tapi di situ nggak ada chat cewek manapun selain—"
aku terdiam, memotong ucapanku sendiri sambil meneguk saliva yang membuatku terlihat jauh lebih gugup dan salah tingkah.
"selain siapa, hm?" pertanyaan calvin membuatku ingin menjawab dan ingin menangis di saat bersamaan.
apalagi tambahan 'hm' yang membuat calvin terlihat seribu kali lipat lebih tampan.
jantungku benar-benar tidak sehat.
"gue...?"
calvin tertawa lebar. "aduh, lo lucu banget sumpah!"
apa-apaan calvin ini. seenaknya saja menertawaiku. "nggak ada yang lucu, cal!"
alih-alih marah karena ku panggil ical, ia justru menaikkan volume tawanya yang membuatku semakin kesal dibuatnya.
tanpa aba-aba, tangan kanan calvin tiba-tiba terjulur untuk mengacak puncak kepalaku sekilas. yang membuat kedua pupilku melebar dan dentuman jantungku semakin tidak jelas.
sepertinya aku butuh oksigen sekarang juga.
sedangkan calvin yang sepertinya tidak sadar dengan tindakan kriminalnya barusan, justru masih tetap setia dengan tawanya sampai ia memegangi perutnya.
setelah tawanya berhenti, ia menatapku. "gue yakin lo nggak bodoh buat tau maksud gue ngasih tanda di kontak lo, bukan?"
ASTAGA CALVIN ANTARES.
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic; changbin
Fanfiction(n.) ideal. tentang bagaimana aku menyimpan rapat-rapat perasaanku terhadap calvin antares, tanpa ada orang yang tahu, termasuk dirinya sendiri. beberapa nama diambil dari @sklokal di twitter