'tunggu di parkiran' adalah pesan terakhir calvin yang terpampang di layar ponselku. membuatku mengukir senyum lebar.
"dih, kesambet ya lo?" ejek somi yang matanya berusaha mengintip aktivitasku saat ini.
"apa sih," tukasku cepat. "diem dulu. ini calon masa depan gue mau ngajak jalan."
lantas cewek setengah bule itu menyenggol lenganku yang membuatku mengaduh. "gaya banget lo! mentang-mentang udah deket, main kencan aja."
"nggak kencan juga sih sebenernya, cuma mau bantu beli peralatan buat anak konsumsi."
"iya deh, iya, yang sibuk mulu sekarang." jawab somi sambil tersenyum lebar, sebelum akhirnya bergegas untuk meninggalkanku. "sukses ya, kencannya!"
aku hanya mengacungkan ibu jari sambil melihat langkah temanku yang kian menjauh.
cukup lama aku berdiam diri di sudut parkiran, namun batang hidung calvin tak kunjung terlihat. beberapa kali ku telepon juga tidak diangkatnya. membuatku mulai gelisah.
akhirnya ku putuskan untuk menunggunya di halte depan sekolah, agar nantinya calvin juga tak perlu repot-repot mampir ke parkiran motor sedangkan ia membawa mobil. setelah mengirimkan pesan singkat, aku berjalan ke depan sekolah.
suasana halte ternyata sudah sepi, meninggalkanku dengan seorang murid cewek satu tingkat di bawahku yang tidak ku ketahui namanya. tak lama setelah itu, ia pun pergi dengan angkot yang baru saja lewat.
kini tinggal aku sendiri.
dengan pikiran seribu kemungkinan kenapa calvin tak kunjung datang.
tanpa diduga, tiba-tiba terjadi sesuatu yang sebetulnya tak ingin ku lihat. namun, suara decitan ban motor itu semakin keras dan entah mengapa aku merasakan bahwa motor itu sedang mengarah ke halte tempatku berdiri.
dari arah kanan, ku lihat nampak seorang lelaki paruh baya yang sedang kesulitan mengatur keseimbangan motornya. dan benar saja, motor itu langsung oleng dan pengendaranya jatuh terlempar ke arah trotoar tempatku berpijak.
kecelakaan tunggal itu nampak nyata. beberapa detik aku menahan napas, berusaha mencerna kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi selanjutnya.
lantas aku memejamkan mata, ingin berusaha menghindar namun kedua kakiku seperti tertancap pada trotoar.
sebenarnya aku yakin jika posisiku tidak akan berpengaruh, namun jiwaku seakan terguncang jika melihat insiden mengerikan seperti itu. tanganku seketika bergetar, keringat dingin seakan berbondong-bondong ingin keluar. aku menggigit bibir bawahku, berusaha menahan teriakan.
di kala ketakutanku, tiba-tiba aku merasakan tubuh seseorang sedang berdiri di hadapanku dengan tangan kanannya yang terjulur untuk mendekapku, namun tidak erat. seakan-akan orang asing itu sedang melindungiku dari ketakutanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic; changbin
Fanfiction(n.) ideal. tentang bagaimana aku menyimpan rapat-rapat perasaanku terhadap calvin antares, tanpa ada orang yang tahu, termasuk dirinya sendiri. beberapa nama diambil dari @sklokal di twitter