sebuah alasan

4.9K 1K 198
                                    

aku masih diam dengan keadaan bibir sedikit terbuka ketika melihat pemandangan di depan wajahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku masih diam dengan keadaan bibir sedikit terbuka ketika melihat pemandangan di depan wajahku.

"lah, sejak kapan rambut lo jadi cokelat gitu, cal?"

"baru tadi pagi." jawabnya sambil mengedikkan bahunya acuh. "biasa, manfaatin liburan semester."

aku hanya mengangguk sekali, tanda mengerti. memang, saat sudah memasuki liburan semester begini, beberapa murid di sekolahku suka sekali melakukan hal-hal aneh, misalnya memasang tato temporer, memakai aksesoris tidak wajar, dan yang paling banyak adalah mengecat rambut. maklum, dua minggu itu termasuk waktu yang cukup lama bagi anak sekolahan.

memang budaya seperti itu sudah biasa, yang tidak biasa bagiku adalah; penampilan berubah calvin yang baru pertama kali ini ku lihat.

cowok itu muncul di depan pintu rumahku dengan penampilan seperti biasa alias serba hitam, mulai dari celana jeans sobek sampai hoodie serta topi yang berwarna senada.

namun yang paling kurangajar dan tidak manusiawi adalah ketika calvin membuka topinya, lalu menyisir rambutnya dengan jari sehingga terlihat warna rambut barunya di atas rupanya yang tampan. entah ia sengaja atau tidak, yang pasti kewarasanku sudah terombang-ambing.


masalahnya, he looks so much charming with his brown fckn hair.


"kenapa? jelek ya?" tanyanya sambil lagi-lagi menyibak rambut dengan kurang ajarnya. membuatku sempat menahan napas selama dua detik.

pesona calvin antares ini benar-benar berbahaya bagi kesehatanku.

"kayak abis ke tumpahan kuah gule." candaku.

ia justru memberengut lucu. membuatku yang sebelumnya menyebutkan sumpah serapah kini berteriak gemas dalam hati.

mama, maukah engkau mempunyai menantu seperti calvin antares kelak?

"woy, woy, bercanda, elah." lanjutku lalu tertawa pelan. "jadi balikin buku catetan gue, nggak?"

"jadi, tapi gue gak bawa bukunya."

aku memutar bola mata dengan jengah. pasalnya alasan calvin datang katanya ingin mengembalikan buku catatanku yang dipakainya untuk belajar di pekan remidial, namun sekarang ia justru tidak membawa si objek utama. "cal, nggak usah bales dendam deh bercandanya."

"gue serius nggak bawa."

"terus lo ngapain ke rumah gue anjir?"

"nggak tau, pengen ketemu lo doang kali."

benar-benar mulutnya calvin ini ya....

"bodo amat."

"main, yuk." ajak calvin secara tiba-tiba yang membuatku langsung terkesiap.

"hah?"

"ayo. main. keluar." ulang cowok itu dengan penekanan di tiap kata.

memang nggak jelas, tapi aku suka.

platonic; changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang