terik matahari yang kian menyengat tidak lantas menurunkan antusiasme ratusan orang yang berlalu-lalang di hadapanku sejak satu jam yang lalu. hingar-bingar pengunjung membuat suasana semakin ramai saja.
"cal, panas banget sumpah dah." keluhku sambil beberapa kali menarik kemeja flanel krem calvin agar lelaki itu peka.
"kalo mau dingin sana di mall." jawab calvin jutek namun sedetik kemudian ia memasangkan topi hitamnya di atas kepalaku. "lagian lo yang ngasih gue pilihan mau jalan ke mana."
diam-diam aku membenarkan pernyataan calvin. mungkin karena aku terlalu simpati hingga tidak ingin membiarkannya terlalu larut dalam kesedihan atas mendiang ayahnya, meskipun itu sudah terjadi empat bulan yang lalu, jadi aku berencana untuk mengajaknya berlibur sejenak.
padahal niatnya liburan ramai-ramai, namun entah mengapa justru yang tersisa hanya aku dan calvin saja.
sudah seperti orang pacaran saja.
amin.
hehe.
jadilah aku dan calvin berdiri di tengah keramaian pengunjung dufan, dengan perutku yang mual hebat akibat wahana tornado, ditambah sinar matahari yang rasanya seperti membakar tulang belikatku.
"cari yang dingin cal, ice age yuk." rengekku.
"ya udah." akhirnya calvin mau mendengarkan pendapatku. dengan cekatan ia segera mencari jalan menuju wahana yang ku inginkan, tak lupa tangan besarnya yang mulai menggenggam kembali tangan kananku.
bohong jika aku berkali-kali tidak menahan senyum di belakang punggung lebarnya, sambil terus menatap jemariku yang makin dirematnya, seakan takut terlepas detik itu juga.
nyatanya, ritme detak jantungku lebih cepat ketimbang langkah kakiku.
puas berkelana di wahana ice age, calvin memutuskan untuk mengisi perut di salah satu kedai kecil terdekat.
"cal, kalo bosen bilang ya."
ia mengerutkan kening. "bosen di dufan apa bosen sama lo?"
"ya bosen di dufan lah!"
"oh, nggak juga sih. cuma pegel jalan aja." jawabnya santai.
"e-emang...kalo pertanyaan kedua...ada jawabannya?" gumamku ragu, tapi penasaran juga. sepertinya tingkat kepercayaan diriku harus dididik lebih baik lagi agar tidak asal bicara.
"nggak ada," ia memasukkan satu kentang goreng ke mulutnya, sambil menatap ke arah lain. "soalnya gue gak bakal bosen kalo sama lo."
tuh kan.
harusnya aku tidak usah bertanya demi kesehatan jantung dan otakku yang mendadak malfungsi.
"apaan sih." balasku cuek sambil meneruskan menyuap kentang goreng dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic; changbin
Fanfiction(n.) ideal. tentang bagaimana aku menyimpan rapat-rapat perasaanku terhadap calvin antares, tanpa ada orang yang tahu, termasuk dirinya sendiri. beberapa nama diambil dari @sklokal di twitter