baru jam dua belas siang, masih tersisa tiga jam lagi menuju bel pulang sekolah. tapi murid-murid mulai terlihat bosan dan kepanasan. padahal di kelas sudah ada ac.
"besok-besok matahari jangan dikenalin sama bumi deh. kalo pdkt nyusahin gini." celetuk salah satu temanku yang seragamnya sudah hilang entah ke mana dan hanya tersisa kaos oblong putihnya.
"kalo nggak pdkt nanti gelap dong!" sahut temanku yang lain. "tau nggak, gelap kayak apa?"
"kayak apa?"
"kayak kisah cintanya haris sama mantan!" ledeknya dan langsung diserang haris si pemakai kaos oblong tadi.
semuanya mengeluh, kecuali aku.
emang cuacanya lagi panas, tapi mendadak dingin ketika arah pandangku nggak lepas dari lapangan basket di bawah sana.
tampak sosok calvin antares sedang berdiri dengan tegaknya.
bukan, calvin bukan sedang main basket. tapi ia sedang dihukum.
tubuhnya yang sedikit kekar, dipenuhi dengan bulir keringat sehingga membuat beberapa helai rambutnya basah, dan wajahnya yang terlihat tengil. ganteng.
"bucin amat sih lo sama calvin." celetuk sebuah suara yang menghancurkan anganku bersama calvin. membuatku seketika menoleh, takut yang lain dengar.
memang, dari semua orang, hanya satu temanku yang tahu perihal perasaanku kepada seorang calvin antares. karena dia termasuk cewek yang selalu up to date, jadi jangan heran jika aku sudah tahu banyak mengenai calvin.
mulai dari kelasnya, dosa-dosanya di sekolah, hingga teman sepermainannya alias bayu dan aji yang sering dibilang geng saos abc (aji, bayu, calvin), yang menurutku sungguh tidak koheren ketika sekumpulan preman menyandang nama dari sebuah merk botol saos.
tapi nggak masalah, yang penting calvin ganteng.
aku bahkan baru tahu jika geng saos abc ini rupanya cukup eksis di kalangan sekolahku, mengingat banyaknya catatan minus yang dilakukan ketiganya juga tidak sedikit. tapi hal itu justru membuat banyak siswi ingin mengenal mereka lebih jauh. terutama bayu, si bintang futsal. dan aji, si bintang karate.
sedangkan calvin? mungkin ia hanya menjadi bintang di hatiku.
"emang mereka tuh ugal, tapi kalo udah kenal sebenernya asik kok. mereka bertiga otaknya sengklek semua." itu adalah sebuah testimoni dari beberapa teman sekelasnya.
bisa dibayangkan, mereka bertiga dipertemukan di satu kelas. ibarat pelawak bobrok tapi malah dikasih panggung. maka hancurlah dunia persilatan.
"sampe sekarang gue masih heran, apa yang bikin lo tertarik sama calvin? dia tuh bandel, mendingan kak fazrin dan jajaran petinggi osis lainnya yang udah terverifikasi sebagai pacar idaman."
temanku, sonia mikaela atau biasa disingkat somi, ternyata masih saja menanyakan hal yang sama.
"calvin tuh, emang bajingan. tapi nggak tau kenapa, dia bisa terlihat bajingan dan ganteng di saat bersamaan. lihat deh, som." aku tetap teguh membela calvin. "ganteng banget!"
"perasaan dulu lo nggak pernah kayak gini, deh. fix di pelet lo."
tak menanggapi tuduhan somi, aku hanya menghembuskan napas berat. "nyesel gue kenapa nggak kepoin calvin dari dulu aja. kalo udah gini jadi susah kenalannya."
hening.
"WOI CALVIN, TEMEN GUE ADA YANG MAU KENALAN NIH!"
sialan!
melihat adanya tanda siaga satu, alias calvin mulai menoleh ke arah suara, dengan cepat aku menarik somi untuk menunduk bersembunyi dibalik pagar balkon. beruntungnya murid di kelasku tidak ada yang mendengar karena pintu kelas tertutup.
sedangkan somi hanya cekikikan dengan kurang ajarnya.
semoga calvin hanya menganggap angin lalu, jika tidak, mau ditaruh mana mukaku ini.
mendorong teman dari lantai dua dosa nggak, sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
platonic; changbin
Fiksi Penggemar(n.) ideal. tentang bagaimana aku menyimpan rapat-rapat perasaanku terhadap calvin antares, tanpa ada orang yang tahu, termasuk dirinya sendiri. beberapa nama diambil dari @sklokal di twitter