Sudah semiggu dila berada dikantor baru yang ada dijakarta, masih canggung memang. Tapi rekan-rekannya disini juga baik, samalah dengan kantor lamnya yang ada dipekanbaru. Jangan kalian tanyakan bagaimana dila waktu itu menyampaikan kepada orang tua nya, awalnya kedua orang tuanya pasti terkejut dan sedih, cuman dengan keyakinan yang dila berikan membuat mereka rela melepaskan nya. Dan jangan kalian lupakan dengan teman-teman kantor nya dulu, mereka yang pasti terkejut dan tidak habis pikir dengan pak bara, benar mereka beranggapan bahwa pak baralah yang membuat dila pindah padahal tidak.
Dila pikir perpisahan mereka tidak akan drama gitu, ternyata tidak mereka semua nangis dengar kalau dila akan pindah, terutama mbak ana. Yang lebay menurut dila sampe-sampe baru satu hari kepindahannya udah hamper tiap jam mbak ana telepon melebihi orang tuanya sendiri. Aku sendiri makhlum sih kerena mbak ana dari dulu pengen banget punya adik cewek, tapi gak kesampaian, jadilah aku diaggap sebagai adiknya.
Sekarang dikantor baru aku merasa senang sih, cuman masih aneh aja. Karena mungkin emang masih baru ya, belum bisa beradaptasi, untuk rekan kantor sih masih sama, baik-baik dan tetep aku yang paling muda, maklum aku kan masih 22 tahun.
"ehh, dil. Udah jam makan siang nih. Ayok makan siang dulu," ajak mia rekan sekantornya
"iya kak, bentar aku tutup laptop dulu." Balas dila sambil mematikan laptopnya. " udah nih, kak ayo"
Dikantor ini aku baru deket sama kak mia, karena pas pertama kali aku sampe kak mia lah yang ngajarin aku dan gimana system kerja, kayak mbak ana dulu. Tapi bukan berarti aku gak cuman kenal sama kak mia aja. Aku kenal kok sama teman sekantor aku yang lain, cuman emang lebih sering jalan sama kak mia aja, karena kami satu kamar juga di mess karyawan . aku juga baru tahu kalau dikantor pusat ini kalau karyawan yang belum menikah dan tidak punya tempat tinggal, maka disediakan tempat tingga, jadi pas aku sampe disini aku gak bingung untuk cari tempat tinggal.
"ehh, dil. Nanti di loby kita nunggu nita dulu ya?"
"nita siapa kak?" tanya dila penasaran
"nita itu, karyawan disini juga,kerjanya jadi sekretaris bos. Terus dia juga adiknya bos"jelas kak mia
"ohh," balas dila dengan ber-oh ria
Setelah mereka nunggu lebih kurang 5 menit di loby, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang memanggil kak mia
"kak mia..." teriak cewek dari belakang kami
Mendengar namanya dipanggil mia pun menoleh kebelakang "nita, cepetan lama benget sih loe" omel mia
"hehehe, makhlum kak biasa mas gue rese dan ribet minta ampun." Dumel perempuan yang namanya nita tersebut.
Dila hanya memperhatikan perempuan yang bernama nita tersebut. Satu kata yang terlintas dipikiran dila. Cantik. Nita memang canti, kulit kuning langsat, senyumnya manis dan sepertinya ramah, batin dila.
"ehh, nit. Sampe lupa kakak. Nih kenalin dila, karyawan baru, hasil pemindahan mas kamu"
"hahaha, bisa aja lu kak. Kedengeran mas gue langsung ciut lu"
"alah, dia mana berani sama gue. Tinggal gue bilang bunda"
"dila," ucap dila sambil mengulurkan tangan
"nita, aku rasa, kamu lebih tua dari aku, jadi aku panggil kak dila aja" ujar nita sambil mengulurkan tangan
"emang umur kamu berapa?"
"19, kalau kak dila?"
"22, ah kamu masih muda banget udah bisa kerja dikantor ini" takjub dila
"alah, kakak bisa aja. kakak juga masih muda kok" puji nita balik
"udah ah ngobrolnya gue udah laper, nanti jam istirahat habis. Terus kita telat, terus kenak omel sama mas kamu, terus kita dipecat, terus...."
"teras-terus tar nabrak lu kak mi, udah ah ayok" potong nita
Akhirnya mereka bertiga melakukan makan siang bersama, dan dari situlah awal mula dila dan nita akrab menjadi sahabat, untuk kalian tahu sebenarnya mia dan nita itu sepupuan mangkanya mereka akrab. Terkadang mereka juga suka berdebat dan membuat dila pusing, dalam 30 menit mereka bisa debat hampir sampe 5 kali dari masalah sepele sampe masalah yang gak sepele, hal itu membuat dila harus berulang kali untuk melerai perdebatan mereka .
***
Hari ini juga tepat satu minggu tugas yang azam kasih ke bagas mengenai orang yang akan diperkerjakan sebagai asistennya, kata bagas sih ia sudah menemukan orang yang pas untuk menjadi asistennya. Oleh karena itu, azam memanggil bagas untuk membicarakan hal tersebut
"jadi bagaimana pak bagas? Sudah ketemu" ujar azam to the point
"sudah pak, mudah-mudahan susuai dengan yang bapak harap. Saya sudah mengamatinya selama beberpa hari ini dan saya rasa dia orang yang tepat."
"baik, bisa kamu kasih berkasnya identitas dia dulu"
"ini pak," ucap bagas sambil memberikan berkas tersebut
"kamu yakin? Ini perempuan lo" ujar azam sambil memijit batang hidungnya sambil membaca berkas tersebut
"yakin pak, saya udah mengematinya, secara perkerjaan dia sangat cepat pak, pernah waktu itu karyawan kantor lagi banyak kerjaannya dan rata-rata pada lembur, tapi cuman dia yang gak lembur dan ngerjain sesuai dengan deadline yang saya kasih, memang dia karywan hasil pindahan, dan belum pernah ketemu bapak juga atau pun situasi kantor ini, cuman melihat kenerja dia yang seperti itu membuat saya yakin untuk menjadi asissten bapak" jelas bgas panjang lebar
"kalau kamu yakin, baiklah saya akan memilih dia jadi asissten saya. Besok dia suruh dia temui saya."
"baik pak kalau gitu saya permisi dulu, selamat siang"
Sepeninggal bagas azam melihat berkas tersebut, dan ia merasa pernah melihat perempuan ini, tapi lupa dimana, ia merasa tidak asing dengan perempuan tersebut.
"ahh, dari pada pusing mikirin itu, mending gue makan siang aja deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
my lovely assistant
Romans"bapak mau apa sih,megang tangan saya, kita ini bukan muhrim!?" Ucap wanita itu dengan nada tinggi Terdengar hambusan nafas panjang dari pria tersebut "hufft.. okeh karena saya udah megang tangan kamu tanpa izin, saya akan bertanggu jawab" "maksudny...