Chapter 3

174 60 26
                                    

Aku turun dari mobil didepan restoran yang tak jauh dari kampus kemudian menelpon Wei Ren. Tepat saat itu aku melihatnya keluar dari restoran dan tersenyum menghampirinya, kami masuk kedalam dan seorang pelayan membawa kami berdua kemeja.

Suasana restoran sungguh menyenangkan diikuti dengan suara musik yang merdu serta desain interior yang terlihat sederhana tapi berkelas. Tak lama seorang pelayan menghampiri dan kami berdua melihat menu kemudian memesan makanan favorit disini.

Setelah memesan Wei Ren berkata "Aku membawamu kemari karena tahu kau pasti belum makan." Aku hanya tersenyum mendengar tebakannya.

Sambil menunggu pesanan kami berdua mulai mengobrol. Wei Ren mengambil ponselnya lalu menunjukkan padaku, aku melihat situs obrolan kampus yang saat ini sedang ramai membicarakan seorang siswa pindahan jurusan hukum.

Banyak yang memposting fotonya, lebih tepatnya untuk mencari tahu latar belakang keluarganya. Dengan begitu mereka dapat membuat keputusan sendiri untuk mendekatinya atau tidak. Begitulah kehidupan kampusku, jadi sangat sulit mencari orang yang benar-benar tulus ingin berteman. Bahkan bagi mereka yang berasal dari keluarga biasa saja tidak dapat dipercaya.

Mereka bersikap baik dan tulus tapi ujung-ujungnya hanya ingin menaikkan kelas sosialnya. Karena itu aku tidak begitu peduli dengan siapapun dikampus, bisa dikatakan bersikap cuek. Tak lama pelayan mengantarkan makanan, aku mencium aromanya dan mulai mencicipi dengan dengan senyum bahagia. Wei Ren yang melihat tingkahku hanya tersenyum mengingat makanan dirumahku jauh lebih enak karena dimasakkan langsung oleh Chef terkenal.

Setelah makan aku menuju kekasir dan membayar semua makanan kemudian menuju kampus. Banyak mobil-mobil mewah yang masuk untuk sekedar mengantar ada juga yang membawa mobil mewah mereka sendiri.

Saat didalam, mereka saling menunjukkan barang mewah dan mengobrol mengenai saham atau bisnis keluarga mereka. Banyak juga yang bertukar sapa dan senyum munafik padaku, tapi aku hanya mengabaikan mereka semua dengan wajah datar dan hanya berjalan pergi.

Saat tiba dikelas, Wei Ren berkata "Tidak bisakah kau jangan terlalu bersikap dingin? Paling tidak berpura-pura senyum".

Aku menggelengkan kepala berkata "Aku tidak ingin bersama orang-orang munafik itu. Apa aku salah? Selama ada kau maka sudah cukup." Tak lama dosen masuk dan pelajaran dimulai.

Married Because Stalker (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang