Chapter 6

131 45 26
                                    

Aku dan Wei Ren dalam perjalanan menuju restoran yang sudah kami putuskan akan pergi beberapa saat lalu. Aku bahkan sudah meminta supirku untuk pulang dulu dan kami berdua naik bus umum dengan pakaian biasa berupa kaos dengan celana panjang serta sepatu kets. Jika kami berdua tidak mengganti pakaian maka yang ada kami menjadi sorotan publik karena pakaian mahal yang kami kenakan dan juga akan menarik para penjahat.

Jujur saja hal ini sudah sering kami lakukan setiap pulang kampus. Aku juga merasa lebih menjadi diriku sendiri saat berbaur dengan orang-orang biasa karena aku tidak perlu berpura-pura lagi. Selain itu, aku suka makan makanan di restoran kecil atau restoran keluarga biasa bahkan makanan yang dijual dipinggir jalan. Menurutku rasa makanan mereka jauh lebih enak daripada makanan yang dimasak oleh chef terkenal atau bintang atas sekalipun. Tak lama kamipun turun dari bus dan sampai tujuan.

Kami berdua segera masuk restoran yang ramai ini lalu memilih tempat duduk. Banyak pelayan yang berlalu lalang membawa pesanan pelanggan dan semua terlihat sibuk juga dipenuhi suara. Saat itu terdengar suara jatuhan piring-piring dan gelas yang cukup keras juga suara pria yang marah-marah dan mengatakan sesuatu yang kasar. Semua mata tertuju pada pria itu termasuk aku dan Wei Ren. Tampak pria itu adalah pelayan dari restoran ini dan orang yang dimarahi adalah seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun.

Anak itu sudah meminta maaf atas kejadian yang terjadi tapi pelayan itu tetap mengeluarkan kata-kata kasar serta memakinya. Sedangkan anak itu tidak ada yang membantunya sama sekali, "mungkinkah anak ini datang sendiri" pikirku dalam hati. Kemudian aku berdiri karena tidak tahan dengan ocehan kasar yang dilontarkan pelayan itu terhadap anak kecil yang tidak pantas didengar. Wei Ren berusaha menghentikanku tapi aku mengabaikannya dan terus maju mendekati anak itu dan berdiri dihadapan pelayan dengan tatapan marah serta kesal.

"KKAAUU!!! Jaga mulutmu, tidakkah kau lihat semua orang terganggu?" sambil melihat sekeliling.

Kemudian kulanjutkan "Tidakkah kau malu bertengkar dengan seorang anak?"

Pelayan itu menatap lalu mendorongku lagi dan lagi. Melihat hal itu Wei Ren berusaha menghentikan pelayan itu dan meminta maaf tapi pelayan itu mendorong Wei Ren sampai jatuh dan tangannya terluka oleh pecahan piring dilantai. Aku segera membantu Wei Ren bangun dan melihat lukanya sedangkan Wei Ren memintaku untuk berhenti dan tidak cari masalah. Lalu pelayan itu mengatakan jika kami mengganti rugi maka masalah ini dianggap selesai. Mendengar itu membuatku semakin marah, bukannya meminta maaf dulu malah memikirkan uang. Aku kemudian menyuruh anak kecil itu pergi dari restoran dan mulai berurusan dengan pelayan bermasalah ini.

"Minta maaf padanya" sambil mengeluarkan ponsel.

Aku mengatakan pada pelayan bahwa aku akan memanggil polisi jika dia tidak meminta maaf. Tapi pelayan itu hanya tertawa saat rekan lainnya meminta untuk berhenti bertingkah dan hanya meminta maaf. Pelayan itu malah terlihat semakin marah dan hendak ingin menyerangku, saat itu juga Wei Ren melemparkan uang padanya lalu segera menarikku keluar dan menjauh dari restoran.

Dengan napas terengah-engah "Apa yang kau lakukan? Aku bahkan belum memberinya pelajaran."

"Tidakkah kau lihat tatapannya padamu? Kau mungkin tidak takut tapi aku sangat takut" sambil mengelus dadanya dan terengah-engah.

Aku melihat luka Wei Ren dan memintanya menunggu, tepat saat itu seseorang menabrakku. Aku membantu wanita itu bangun dan terkejut dengan apa yang terjadi kemudian.

"KAAUUU!!! Berhenti...berhenti disana.. Yahhhh pencuri!" teriakku sambil berlari mengejar.

Aku mengejar dan mengejar terus, tidak percaya aku tidak bisa menangkapnya. Kali ini pencuri itu telah salah memilih korban. Aku yang saat ini sedang marah dengan kejadian sebelumnya dan sekarang dia malah berani mencuri tasku. Sebenarnya tasku tidak begitu penting, jika aku melapor pada pengacaraku maka semua masalah beres dengan baik. Tapi aku tidak mau pengacaraku terlibat dan ingin menyelesaikan masalah dengan caraku sendiri tanpa bantuan siapa-siapa. Karena menurutku itu jauh lebih menyenangkan, mungkin pemikiranku sedikit gila tapi inilah aku putri tunggal dari JM Group.

Aku mengejarnya disepanjang kota, dari gang kecil hingga jalan raya yang ramai. Pencuri itu terus berusaha kabur dan melemparkan barang-barang untuk menghalangiku tapi sayang semua itu tidak ada gunanya dan aku tidak berencana untuk menyerah kali ini. aku ingin lihat sampai berapa lama lagi dia bisa lari dariku.

Dengan napas terengah-engah "Nona sampai kapan kau akan mengejarku? Aku sungguh lelah tidak bisa berlari lagi"

"Kembalikan tasku sekarang maka semuanya beres" berjalan menghampirinya.

Pencuri itu malah berdiri ditengah-tengah gang jalan lalu tertabrak motor yang lewat. Aku segera melihat keadaannya, tapi dia malah berteriak menyalahkanku seolah-olah kecelakaan itu terjadi karenaku. Akupun mengerti rencananya lalu tertawa melihat seseorang yang melukai dirinya sendiri hanya untuk uang. Saat itu polisi patroli pun datang dan berakhirlah aku dikantor polisi terdekat.

Married Because Stalker (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang