Chapter 4

162 56 32
                                    

Dua jam berlalu dan kelas sudah bubar, aku meminta Wei Ren menunggu lalu pergi ke toilet. Saat itu aku bertemu dengan seorang pria yang nampak kebingungan tapi aku mengabaikannya dan melewatinya begitu saja.

"Ehhh...Kau," pria itu memanggilku dan aku berpura-pura tidak mendengar dan terus jalan. Lalu dia mengejarku dan menghalangi jalanku, aku berhenti dan berkata "Bisakah kau minggir.. Kau menghalangi jalanku," dengan nada cuek, tak peduli dan tanpa menatapnya.

Pria itu kemudian menanyakan arah menuju gedung jurusan hukum lalu menjelaskan bahwa dia baru dikampus ini dan sekarang tersesat karena berusaha menghindar dari orang-orang yang mengikutinya. Tanpa basa basi aku segera memberitahu arah gedung jurusan hukum lalu berjalan pergi tepat saat dia mengucapkan terima kasih. Pria itu hanya tersenyum melihat tingkahku yang pergi begitu saja bahkan tanpa melihat sedikitpun kearahnya lalu pergi mengikuti arah yang sudah kuberitahu.

Aku mendengar dua orang sedang berbicara mengenai pria pindahan yang sedang jadi bahan pencarian dikampus saat ini. Segera kubukakan pintu dan menuju wastafel, saat melihatku kedua orang itu hanya diam tanpa kata kemudian aku pergi, tidak tahan dengan bahan gosipan mereka.

Sesampai dikelas aku menghampiri Wei Ren lalu mengajaknya pergi ke perpustakaan, karena bagiku hanya itu tempat yang sepi dimana aku tidak perlu mendengar gosip atau pembicaraan munafik orang-orang. Selama perjalanan, Wei Ren memberitahu bahwa pria pindahan itu bernama Xie Kai dan datang dari Jerman.

"Dia berasal dari keluarga hukum. Ayahnya ketua jaksa Xie Yong Yi, mengejutkan bukan? Sekarang dia akan menjadi incaran banyak orang." Kata Wei Ren padaku

Pantas saja dia tadi tersesat.

Ketua jaksa Xie, tentu saja semua orang mengenalnya. Dengan pengaruhnya yang kuat, hal salah sekalipun menjadi benar atau sebaliknya. Hal ini yang membuat banyak pembisnis besar berusaha menjadikannya mitra bisnis. Jika orang tuaku tahu putranya satu kampus denganku, sudah dipastikan hal apa yang mereka inginkan dariku.

Aku dan Wei Ren tiba digedung perpustakaan, saat itu kami melihat Xie Kai dengan beberapa anak lainnya. Terlihat dia sedikit merasa terganggu dengan situasi sekarang.

"Ayo masuk," kuajak Wei Ren dan tepat saat itu Xie Kai menghampiriku sedangkan anak yang lain segera pergi setelah melihatku.

"Aku tidak terlambat masuk kelas berkatmu, sungguh terima kasih. Aku Xie Kai, senang bertemu denganmu," sambil mengulurkan tangannya dengan senyum.

"Kalau kau tidak ingin diganggu maka jangan bersikap ramah atau tersenyum," lalu berjalan masuk gedung perpustakaan.

Wei Ren hanya tersenyum pada Xie Kai karena tindakan dingin sahabatnya lalu hendak menyusul masuk tapi Xie Kai menahannya dan berkenalan dengan Wei Ren sebagai gantinya.

Banyak hal yang Xie Kai tanyakan mengenai kampus ini, karena itu Wei Ren menjelaskan dan memberitahu semua tentang orang-orang dikampus ini hingga lupa kalau Yu Lin menunggunya diperpustakaan. Bahkan Wei Ren memberitahu nama dan identitas keluarga Yu Lin padanya bahkan sikap dingin dan cuek yang ditunjukkan Yu Lin saat dikampus semua adalah palsu.

Sedangkan aku diperpustakaan masih menunggu Wei Ren yang tak kunjung datang sambil mencari buku tentang desain lukisan kemudian duduk dimeja biasa kududuk. Tidak ada yang berani duduk dimeja ini tidak peduli seberapa ramai perpustakaan karena mereka tahu meja ini tempat kubiasa menghabiskan waktu. Aku mengambil ponsel, mengirim pesan pada Wei Ren tapi tidak ada balasan apapun jadi aku hanya membuka buku. Saat itu suasana perpustakaan sedikit ramai tapi aku tidak peduli karena begitulah aku dan tetap fokus membaca buku. Tak lama, seorang pria duduk dihadapanku. Aku menatap langsung padanya yang berani duduk satu meja denganku mengingat belum ada yang berani melakukan hal itu sebelumnya.

"Kenapa kau menatapku?" menatap dengan dingin

"Kursi itu ada orangnya" kukatakan dengan nada cuek lalu lanjut membaca buku.

"Aku akan pergi saat orang itu datang" sambil membuka buku.

Aku mengecek ponsel tapi masih tidak ada balasan dari Wei Ren sedangkan mata orang-orang tertuju pada mejaku, lebih tepatnya pada pria dihadapanku. Jika dilihat dari penampilan sudah dipastikan seorang pembisnis kaya. Mulai dari pakaian, jam, sepatu bahkan parfum yang digunakan semua barang mewah dan impor luar negeri.

Tak berapa lama, seorang mahasiswi datang memperkenalkan dirinya pada pria itu. Mahasiswi itu bahkan bertanya berasal dari keluarga mana pria itu. Tapi pria itu hanya diam membaca buku dan bertindak seolah-olah tidak ada siapa-siapa yang membuat mahasiswi itu kemudian pergi. Sedangkan aku hanya tersenyum melihat tingkahnya karena merasa sikap pria itu sama sepertiku lebih tepatnya lebih dingin dariku. Saat itu Wei Ren datang dan aku menganggkat tanganku memanggilnya.

"Terima kasih atas kursinya," kemudian pergi begitu saja.

Married Because Stalker (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang