Part 8

5K 269 1
                                    

Nasya menatap mata Dani dan berkata...

" Bukan itu kok pak maksud saya. Saya juga tahu itu kewajiban seorang ibu pada anaknya. Tapi waktu saya lulus SD, ibu saya sudah berkorban besar untuk saya dan mungkin sampai kapan pun saya tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan ibu saya. Bahkan gara-gara saya, saya sudah memisahkan ibu saya dengan adik saya, kakek, nenek dan semua keluarga saya selama bertahun-tahun. "

" Maksud kamu? "

" Lupain saja pak omongan saya tadi. Nggak penting juga buat bapak. "
Ucap Nasya menghapus air matanya.

" Ya udah, terserah kamu aja. Tapi kamu jangan nangis lagi. "

" Iya pak. Pak, cobain deh semua barang-barang yang bapak pilih ini, siapa tahu ada yang nggak cocok. "

" Iya Jo. "

Dani pun mencoba barang-barang belanjaannya dan Nasya yang menjadi komentatornya. Setelah itu Dani langsung membayar semua barang-barang belanjaannya dan lunch berdua dengan Nasya di restoran. Saat selesai makan, Nasya dan Dani berjalan menuju ke mobil. Tiba-tiba Dani berteriak...

" Copet...!!! "

Nasya langsung mengejar copet tersebut dan berkelahi dengan tangan kosong. Copet tersebut pun berhasil di lumpuhkan oleh Nasya. Pihak keamanan pun langsung mengaman kan pencopet tersebut. Dani pun langsung berkata...

" Tangan kamu nggak apa-apa Jo? "

" Nggak apa-apa kok pak, cuma luka sedikit. "

" Ya udah, kita ke rumah sakit sekarang juga. "

" Nggak usah pak, saya obatin sendiri aja pakai alkohol, plester dan minum antibiotik aja. Di dalam mobil kan ada P3K. "

" Kamu yakin Jo? Nanti luka kamu infeksi loh. "

" Yakin pak, luka seperti ini usah biasa kok. "

" Ya udah, sekarang kita berdua balik ke kantor, biar saya yang nyetir mobilnya. "

" Iya pak. "

Dani dan Nasya pun masuk ke dalam mobil. Saat di dalam mobil Dani langsung mengobati luka di tangan Nasya. Setelah selesai Nasya langsung minum antibiotik dan berkata...

" Terima kasih ya pak udah ngobatin saya. Maaf ya pak, saya jadi ngerepotin bapak. "

" Nggak ngerepotin Jo. "

Saat Dani menyetir mobil, Dani berkata...

" Tadi itu kamu hebat banget loh Jo, bisa ngalahin copet dengan tangan kosong. Kamu itu sejak kapan Jo belajar silat? Terus, sampai sabuk apa? "

" Saya belajar silat sejak lulus SD pak, sampai sabuk Hitam. "

" Wow hebat donk, nggak salah deh kalau kamu tomboy banget. "

" Keadaan pak yang membuat saya seperti itu. "

" Oh ya? Pasti buat jaga diri sendiri kan? "

" Iya pak, buat jaga adik perempuan saya juga. "

" Hebat kamu Jo, saya benar-benar nggak salah pilih asisten pribadi. Kamu itu bisa jadi sopir pribadi sekaligus bodyguard juga. "

" Kalau jadi istri, bisa nggak pak? "

" Nggak bisa...!!! Kamu ini tangan udah sakit, masih bisa becanda aja. "

" Saya serius loh pak, nggak becanda.

Ucap Nasya sambil menguap. Dani yang melihatnya langsung berkata...

" Kamu ngantuk ya Jo? "

" Maaf pak, mungkin efek samping obat antibiotik tadi plus perut saya yang kekenyangan. "

" Ya udah kamu tidur aja, nggak apa-apa kok. "

" Yakin pak? Ini kan masih jam kantor"

" Yakin. "

" Terima kasih ya pak. "

" Sama-sama. "

" Tapi bapak nggak akan macam-macam kan sama saya? "

" Nggak. "

Nasya tertidur dengan sangat pulas. Tidak lama kemudian, Nasya tidur sambil berteriak-teriak...

" Ayah jangan ayah...!!! Ayah jangan. Ibu...!!! Ibu...!!! Ibu tolong Nasya...!!! Tolong Nasya bu...!!! "

Tomboy Assistant (1-20 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang