Aku tersenyum melihat Mikaila yang sekarang berada di pelukanku. Kami sedang berbaring sembari saling bercerita tentang banyak hal dan itu menyenangkan. Bisa menghabiskan waktu berdua bersamanya memang selalu menyenangkan untukku. Katakanlah aku berlebihan, tapi bersamanya bahagia selalu menghampiriku.
"Kamu jangan liatin aku terus," katanya sambil mencoba menutup kedua mataku dengan tangannya.
"Masa liatin pacar sendiri nggak boleh?" tanyaku.
"Aku malu ih sayang," jawabnya masih dengan menutup mataku.
"Malu kenapa coba, kan aku nggak ngapa-ngapain." ujarku membela diri. Mikaila memang aneh, kadang agresif sekali dan membuatku sering kewalahan untuk menghadapinya tapi disisi lain dia juga pemalu seperti sekarang.
"Ya aku malu kamu liatin, jangan liatin terus makanya." katanya lagi yang hanya membuatku terkekeh.
"Ya udah aku nggak liatin." balasku mengalah padahal melihatnya dari dekat adalah kesenangan tersendiri untukku.
Dengan gerakan slow motion aku menyingkirkan tangannya yang menutupi mataku sehingga membuatku langsung bertatapan dengannya. Aku tersenyum saat iris matanya bergerak dengan gelisah karena posisi ini. Aku bisa melihat dia yang sedikit salah tingkah sekarang membuatku merasa gemas dan langsung mencium pipinya.
"Lucu banget sih?" kataku gemas.
Mikaila tidak menjawab malah langsung menyembunyikan wajahnya di caruk leherku membuatku merasa kegelian. "Geli sayang," bisikku sambil berusaha menjauhkan wajahnya dari area leherku.
"Aku mau cium," katanya dengan bibir yang sudah maju satu sentimeter.
"Cium apa?" tanyaku bingung.
"Cium itu hehe sambil gigit dikit," jawabnya dengan wajah mesum sambil melihat ke arah leherku. Sontak saja hal itu membuatku langsung menggunakan tanganku untuk menutupi leher dan menatapnya takut.
"Nggak." tolakku kemudian beringsut menjauh darinya.
Dia menatapku kesal sambil terus mempertahankan wajah cemberutnya. Membuatku hampir saja terkikik geli jika saja tidak ingat apa yang tadi dia katakan. Digigit oleh Mikaila itu sakit apalagi di leher, entah apa yang dia pikirkan sehingga dia ingin mengulangi aksinya itu. Coba aku jahat, pasti sudah ku balas perbuatannya dengan mudahnya.
"Boleh ya?" bujuknya sambil menunjukan wajah puppy eyes kepadaku.
Aku menggeleng sebagai jawaban. "Sakit tau digigit sama kamu," jawabku jujur.
"Tapi kan bagus." katanya membuatku mengernyit heran. Bagus apanya coba?
"Apanya yang bagus? Sakit gitu mana jadi berbekas pula," kataku mengingat bekas memerah gigitan itu yang bertahan selama beberapa hari disana.
"Ya itu bagus, jadi orang-orang tau kalo kamu udah ada yang punya."
Aku hanya mengedikan bahu kemudian memilih mengecek jam berapa sekarang. Aku harus membawa Mikaila pulang tepat waktu nanti karena masih ada rencana yang harus dilaksanakan nanti malam. Sepertinya kami masih punya cukup waktu untuk menikmati kebersamaan kami disini.
"Nanti kamu setelah lulus mau lanjut kuliah dimana?" tanya Mikaila tiba-tiba.
"Belum kepikiran," jawabku karena aku memang belum memikirkannya.
"Jangan jauh-jauh ya, nanti aku kangen."
"Di SU aja deh kalo gitu," kataku memutuskan.
"SU itu dimana?" tanyanya bingung.
Aku terkekeh. "Sebelah sekolah kita." jawabku.
"Oh Sachar University," katanya setelah mengerti apa yang ku maksud. Yayasan Sachar memiliki tingkat pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Universitas jadi aku tidak perlu khawatir untuk mencari kampus yang bagus di negeri ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/199395804-288-k509609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikaila. [gxg]
Teen FictionKlise, perjodohan antara dua orang atas campur tangan kedua orangtua mereka. Tapi yang membuat kisah ini berbeda adalah perjodohan itu antara perempuan dan perempuan. Bagaimana bisa? WARNING GXG!!!