10. T[E]EN

8.8K 757 217
                                    

"Ada apa grandpa panggil Lea?" tanyaku.

Grandpa menggeleng kemudian menutup dokumen yang sedang dia baca. Dia berjalan menghampiriku.

"Sit down please ms. Eleanor Sachar." katanya membuatku langsung duduk di bangku sebelahnya.

"Grandpa dengar, cucu grandpa belum lama ini baru saja mengikat hubungan dengan seseorang. Apa itu benar?" tanyanya membuatku langsung terperanjat kaget. Grandpa tahu darimana?

"Grandpa tau darimana?" tanyaku bingung karena hubunganku dengan Mikaila masih disembunyikan darinya.

Grandpa terkekeh. "Apakah mengetahuinya menjadi hal yang sulit bagi grandpa?" tanyanya membuatku langsung menggeleng, tentu itu adalah hal yang mudah baginya meskipun kami sudah menyembunyikannya sebisa mungkin.

"Lalu, apa grandpa marah sama Lea?"

"Apa grandpa perlu menjawabnya Eleanor?"

Lagi aku menggeleng, aku sudah tahu jawabannya.

"Obwohl ich sauer auf dich sein will, aber ich kann es nicht."
[Meskipun saya ingin marah padamu tapi saya tidak bisa melakukannya]

"Großvater hat das Recht, böse auf mich zu sein, weil es falsch ist, aber tut mir leid, dass ich ihn liebe."
[Kakek berhak marah padaku karena ini salah, tapi maaf aku mencintai dia]

Aku menunduk tidak sanggup menatap grandpa. Tidak tahu lagi apa yang akan terjadi karena permasalahan ini.

"Geh nach Hause, ich brauche Zeit, um zu akzeptieren, dass mein geliebter Enkel eine Lesbe ist."
[Pulanglah, saya perlu waktu untuk menerima bahwa cucu kesayangan saya adalah seorang lesbian]

•••

Aku sedikit terkejut saat melihat keberadaan Mikaila di kamarku. Sementara dia langsung tersenyum melihat kedatanganku. Dia berhamburan memelukku sesaat setelah aku sampai di hadapannya.

"Kamu darimana? Aku kangen," katanya dengan nada manja.

Aku membalas pelukan dan mengecup kepalanya. "Aku abis ketemu grandpa, kamu tumben kesini?" tanyaku heran.

"Nggak boleh ke rumah pacar sendiri? Eh bentar, kamu tunanganku dong ya kan waktu itu aku dilamar hehe..."

"Boleh, kan aku nanya sayang. Jadi kenapa tumben banget nyamperin? Biasanya chat aku biar aku yang ke rumah,"

"Karena aku kangen kamu, aku pengen sama kamu," jawabnya membuatku terkekeh. Aku menatap matanya dan mengusap kepalanya. Dia terlihat menikmati perlakuanku sekarang.

"Oke, mau jalan?" tanyaku.

Dia menggeleng. "Pengen quality time sama kamu aja nggak usah pergi-pergi," jawabnya.

"Oke, terus kita ngapain?" tanyaku lagi.

Dia tersenyum menggoda dan memeluk leherku membuatku langsung was-was. "Mesum sama kamu," jawabnya membuatku gemas ingin menyentil keningnya.

"Otak kamu kapan sih nggak mesum hm?"

"Ih aku kan mesum sama kamu aja,"

Mikaila. [gxg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang