18. Friends

7K 561 41
                                    

"Mika sayang, bangun," kataku berusaha membangunkan Mikaila yang masih nyenyak dalam tidurnya.

"Sayang bangun, ayo siap-siap ke sekolah, udah siang loh..." kataku lagi dengan sedikit mengguncangkan tubuhnya.

"Nghh iya lima menit lagi sayang," igaunya setengah sadar membuatku tersenyum geli mendengarnya. Ini sudah hari ke-5 kami tinggal bersama, dan inilah rutinitasku setiap pagi yaitu membangunkan si putri tidur.

Aku mengecup kepalanya sebelum akhirnya memilih pergi untuk bersiap-siap. Mikaila? Ah nanti pasti dia terbangun saat mendengar suara alarm ponselku yang sengaja ku setting khusus untuknya. And, here we go...

"LEA KENAPA HAPE KAMU BERISIK BANGET SIH???" teriaknya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Aku yang sudah berada di dalam kamar mandi terselamatkan dari amukan Mika yang pastinya akan marah karena dibangunkan dengan cara seperti ini. Tapi kan ini salah dia, kenapa dia sulit dibangunkan sehingga aku harus memasang alarm dengan suara sekeras mungkin di dekatnya.

"AWAS KAMU GANGGU-GANGGU AKU, SOK MANJA SAMA AKU. NGGAK ADA YA NGGAK ADA, AKU KESEL SAMA KAMU POKOKNYA!" see...

Teriakannya langsung membuatku menepuk jidat, dasar nona galak.

•••

"Le, tugas lo udah?" tanya Farren saat aku baru saja duduk.

"Kapan ya lo pas ketemu gue nanyanya kabar gitu, bukan tugas mulu yang ditanyain," jawabku dengan nada pura-pura kesal.

"Ya elah Le, selagi lo masih berangkat sekolah bersama Tuan Putri Mikaila gue yakin 1000000% kalo lo sehat wal afiat. Iya kan?" katanya membela diri.

"Bener juga sih, tapi basa-basi sedikit kan nggak apa-apa biar lebih manusiawi."

Farren berdecak. "Lo kayak baru kenal gue sehari dua hari. Basa-basi cuma buat orang yang nggak punya nyali, kalo to the point mempermudah kehidupan kenapa harus milih yang susah?" katanya.

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar jawabannya. Antara setuju sekaligus tidak habis pikir dengan makhluk bernama Farren yang kebetulan masih satu spesies denganku ini.

"Ah lama," katanya kemudian mengambil alih tas yang tadinya ku pegang kemudian menaruhnya di atas meja dan mengacak-acak isinya. Untung sahabat.

"Untung nama lo Farren, kalo bukan udah gue unyel-unyel lo karena berani-beraninya ngacak-acak tas gue." kataku dengan wajah datar.

Farren hanya melihatku sekilas lalu duduk di bangkunya dan mulai menyalin tugasku. Aku ikut duduk di sebelahnya sambil sesekali meliriknya. Moment seperti ini, sebentar lagi akan berakhir dan berganti dengan aku yang akan sendirian di negeri orang. Jerman mungkin tempat daddy tumbuh dan tinggal sebelum bertemu mommy, tapi aku bukan dia serta aku tidak bisa meninggalkan Farren sahabatku satu-satunya apalagi Mikaila kekasih hatiku dengan pergi kesana.

Seandainya syarat dari grandpa bukan soal jarak, pasti akan lebih mudah bagiku untuk menerimanya.

"Le,"

"Hmm."

"Lo kenapa keliatan sedih gitu?" tanya Farren membuatku mengernyit bingung.

"Siapa yang sedih?" tanyaku.

"Lo lah, muka lo keliatan banget sedihnya. Kenapa? Berantem sama Mika?"

Mikaila. [gxg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang