Aku menghela nafas saat untuk kesekian kalinya harus berurusan dengan anak ini. Dia anak yang cerdas terbukti dari riwayat 'lompat kelas' yang pernah dia lakukan saat SMP dan menjadi satu-satunya orang yang bersaing denganku untuk memperebutkan juara umum. Hanya saja kelakuan minusnya adalah dia sering membuat keributan saat jam pelajaran ataupun membolos sekolah. Harusnya jika mengikuti peraturan yang ada dia pasti sudah di drop out dari sekolah.
"Jika dihitung dengan yang ini, berarti kamu sudah melanggar sebanyak 10 kali. Aturannya kamu sudah dapat surat peringatan di kasus ke-3 dan di drop out pada kasus ke-5. Tapi berhubung kamu mendapatkan pengecualian jadi kamu cuma perlu panggil orangtua kamu ke sekolah, sekarang." kataku sambil menatapnya jengah. Aku tidak mengerti kenapa grandpa memintanya diperlakukan 'spesial' tidak seperti yang lainnya.
Dia terlihat bermalas-malasan saat ku minta menghubungi orangtuanya. Mungkin dia sendiri sudah merasa bosan harus berurusan denganku serta orangtuanya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, grandpa yang memintaku mengambil alih jika anak ini melakukan sesuatu. Aku tentunya tidak punya hak untuk menolaknya karena itu adalah perintah.
Aku melirik arlojiku, karena dia aku harus melewatkan waktu makan siangku bersama Mikaila dan yang lain. Aku selalu berharap supaya di lain waktu dia tidak perlu membuat masalah jadi aku tidak perlu bersusah payah turun tangan untuk mengurusnya sendiri. Sepertinya dia memerlukan konseling karena ku rasa dia memiliki masalah yang membuatnya menjadi seperti ini.
tok tok tok
Aku beranjak membuka pintu saat mendengar suara ketukan. Ternyata ini adalah orangtuanya, kenapa aku bisa tau? Karena 10 kali pemanggilan 10 kali juga ayahnya yang datang.
"Silakan masuk," kataku mempersilakan.
Dia tersenyum kikuk kemudian masuk ke dalam. "Jadi ini adalah ke-10 kalinya putri anda melakukan pelanggaran disini. Saya tidak tahu kenapa dia sering membuat masalah tapi sepertinya Shaka butuh konseling khusus." kataku menjelaskan.
Ayah Shaka menatapku pasrah, mungkin dia sudah bosan harus menghadapi tingkah putrinya itu.
"Mungkin nanti saya akan membawa Shaka ke tempat konseling. Saya sendiri juga tidak mengerti kenapa dia sekacau ini sekarang. Sebelumnya terimakasih karena masih memberikan kesempatan kepadanya untuk tetap bersekolah disini. Saya usahakan ini adalah kali terakhir dia membuat masalah." katanya meski terdengar tidak yakin.
Aku mengangguk. "Dan untuk kamu, Shakala Dewani. Mulai hari ini kamu berada di bawah pengawasan saya." kataku kemudian mempersilakan mereka berdua untuk keluar.
Aku menghela nafas lega setelah urusan dengan Shaka beres. Aku tidak suka bertele-tele jadi aku langsung saja mengatakan intinya dan karenanya aku tidak perlu berlama-lama mengurusi hal itu. Ada hal lain yang mengganggu pikiranku sekarang, seperti merindukan Mikaila misalnya.
Tidak ku pungkiri semakin kesini grandpa semakin menambah tugasku sehingga waktuku bersama Mikaila semakin sedikit. Tidak jarang hal itu membuat kami bertengkar karena dia merasa aku mengabaikannya. Padahal aku selalu berusaha untuk tetap memprioritaskannya di atas segala kesibukanku.
Pintu ruangan kembali diketuk membuatku mengernyit heran. Karena singatku, aku tidak punya janji dengan orang lain. Dengan perasaan bingung aku segera membuka pintu.
"Loh, kamu ngapain kesini?" tanyaku bingung saat melihat Mikaila berdiri di depanku.
"Kangen," jawabnya kemudian mendorongku kembali masuk ke dalam ruangan kemudian dia menutup pintu sekaligus menguncinya.
Setelahnya Mikaila langsung berhamburan memelukku dengan erat membuatku tersenyum tipis dan langsung membalas pelukannya.
"Kamu kok sibuk terus sih?" tanyanya sambil mendongak menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikaila. [gxg]
Novela JuvenilKlise, perjodohan antara dua orang atas campur tangan kedua orangtua mereka. Tapi yang membuat kisah ini berbeda adalah perjodohan itu antara perempuan dan perempuan. Bagaimana bisa? WARNING GXG!!!