Happy reading<3
Aku menghentikan mobilku di sebuah lapangan basket yang letaknya berada di pinggiran kota. Ini adalah salah satu tempat yang akan ku kunjungi saat emosiku sedang tidak terkendali, karena di tempat ini aku bisa bebas melampiaskan emosi dengan bermain streetball. Tidak ada yang tahu mengenai tempat ini, harusnya. Kecuali jika daddy benar-benarmenyuruh seseorang untuk mengawasiku pasti dia tahu tempat ini.
Aku pernah mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu yang menyebabkan kakiku cedera parah dan tidak bisa digunakan untuk olahraga yang mengandalkan kaki sebagai tumpuan. Karenanya aku dilarang untuk mengikuti olahraga apapun, demi keselamatanku.
Tapi aku tetaplah aku seorang anak yang masih sering membangkang karena diam-diam aku sering mengikuti streetball dimana tidak ada peraturan yang mengekang serta kebebasan dalam melakukan permainan itu sendiri. Dan karena hal itu aku sudah dua kali mengalami cedera lutut yang sama tapi beruntungnya aku masih bisa selamat. Hal itu tentu ku sembunyikan dari kedua orangtuaku apalagi mengingat mereka berdua yang seringkali teramat sibuk membuatku lebih mudah bersembunyi dari mereka.
Sekarang aku berada disini, di tempat yang pernah hampir membuatku celaka tapi bukan untuk ikut bermain. Aku hanya ingin melihat mereka bermain dan menenangkan diriku saja. Karena disini aku bebas mengekspresikan bagaimana perasaanku tanpa perlu khawatir ada orang yang akan mencemooh atau merendahkanku.
"Hoi Le, mau main?" tanya Dony, salah satu pemain streetball disini.
"Nggak Don, gue nggak mau kaki gue cedera lagi. Cuma pengen liatin kalian main aja," jawabku.
"Oh oke. By the way ada anak baru loh, cewek, tapi jago mainnya. Candra sama Ghani aja dikalahin sama dia," kata Dony membuatku sedikit tertarik.
"Cewek? Lebih jago dari Bang Candra sama Ghani?" tanyaku memastikan.
Dony mengangguk. "Iya cewek, lo kalo liat dia main pasti bakalan terpesona. Dia itu gimana sih ya, mainnya nyantai tapi mematikan." katanya menggebu-gebu.
Mendengar penuturan Dony membuat rasa cemburuku kepada Mikaila untuk sementara disingkirkan karena sekarang aku jadi penasaran dengan orang yang Dony maksud. Sehebat apakah dia sampai bisa mengalahkan Candra dan Ghani yang sudah dikenal memiliki skill paling mumpuni disini.
"Biasanya sih dia dateng pas weekend gini," katanya membuatku semakin tertarik dan ingin tahu seperti apa gaya bermainnya.
Tunggu, bukan berarti Mikaila tidak penting karena sekarang aku memilih membicarakan streetball, tapi ingat-tujuanku kemari adalah untuk menenangkan diri dan menghilangkan rasa cemburuku yang ku rasa bisa saja menggila jika aku terus menerus memikirkan kejadian di parkiran mall tadi. Dan mengagumi orang lain bukan berarti aku mengkhianati Mikaila, aku hanya kadang tergila-gila dengan orang yang pandai memainkan bola basket untuk mengecoh lawannya. Jika saja kakiku tidak cedera mungkin aku akan meneruskan hobiku bermain basket atau sepak bola daripada terus menerus belajar angka-angka yang kadang membosankan. Tapi mengingat ketidakmampuanku dan tanggung jawabku sebagai penerus bisnis grandpa, membuatku akhirnya pasrah dan menerima semua ini.
"Lo mau liat dia nggak?" tanya Dony membuat perhatianku langsung tertuju padanya.
"Emang udah dateng dia?"
"Baru aja dateng, eh Le, coba aja ya kaki lo nggak cedera pasti seru kalo lo lawan dia." katanya kemudian terkekeh.
Aku tersenyum mendengarnya, karena setelah insiden itu aku memutuskan untuk berhenti berurusan dengan basket untuk mencari aman. Aku datang kemari hanya untuk menonton mereka bertanding karena dengan begitu rasa rinduku dengan olahraga ini sedikit terobati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikaila. [gxg]
Fiksi RemajaKlise, perjodohan antara dua orang atas campur tangan kedua orangtua mereka. Tapi yang membuat kisah ini berbeda adalah perjodohan itu antara perempuan dan perempuan. Bagaimana bisa? WARNING GXG!!!