Happy reading<3
"Kamu darimana?" todong Mikaila saat aku baru saja masuk ke dalam kamarku. Ah, anak ini.
"Main," jawabku kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahku.
"Main kemana?" tanyanya lagi membuatku hanya bisa menghela nafas pasrah. Jangan memancing kekesalanku sekarang Mika, tolong.
"Tempat teman."
Dia menahan tanganku saat aku hendak keluar dari kamar mandi. "Teman yang mana?"
"Yang mana aja boleh, kamu kenapa ada disini?"
"Nungguin pacarku yang lagi marah dan susah dihubungi," jawabnya membuatku tersenyum miring.
"Oh iya, gimana kencannya sama si siapa itu? Nathan?" tanyaku dengan nada sarkastik.
"Aku nggak kencan sama dia, aku pergi sama temen-temenku juga." jawabnya membela diri, iya Mika aku tahu kamu tidak berduaan dengannya, tapi perlakuan Nathan padamu tadi sore cukup membuat hatiku terbakar.
"Oh, nggak kencan ya, tapi lagi PDKT?"
"Kamu apa-apaan sih?"
Aku melepaskan cengkraman Mikaila di tanganku. "Kamu yang apa-apaan hah? Aku pacarmu, tunanganmu, tapi kamu malah bohongin aku dan jalan sama cowok. Apakah itu hal yang benar Nona Mikaila?" tanyaku kesal.
"Ck, dengar penjelasan aku dulu!"
"Penjelasan apa? Penjelasan bahwa gadisku diusap rambutnya oleh laki-laki lain, penjelasan bahwa gadisku pipinya disentuh oleh laki-laki lain, dan kamu-kamu menerimanya begitu aja."
"Itu semua nggak seperti yang kamu pikirkan,"
"Lalu seperti apa?" tanyaku dengan nada suara meninggi. Sial jangan sampai emosiku terpancing kemudian berlaku kasar kepada Mikaila.
"Lebih baik kamu pulang, aku lagi nggak mau ada kamu disini." pintaku menghindari perdebatan-perdebatan yang pastinya akan terus berlanjut diantara kami.
Dia menatapku dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Oke aku pulang, jangan marah lama-lama. Besok nggak usah jemput aku, biar aku berangkat sendiri aja." katanya sebelum pergi.
Aku tertunduk di hadapan wastafel, aku tidak pernah menyukai sisi emosionalku. Tapi, Mikaila milikku kan? Aku punya hak atas dia. Dan tidak seharusnya dia membohongiku hanya untuk pergi dengan laki-laki lain. Dia kan bisa mengatakannya dengan jujur dan menjelaskannya sejak awal pasti hal seperti ini tidak akan terjadi.
"Lea, kamu di dalam sayang?" tanya mommy dari luar kamarku.
"Iya mom," jawabku kemudian bergegas membukakan pintu untuknya.
"Mommy boleh masuk?" tanyanya yang langsung ku jawab dengan anggukan.
Mommy duduk di ranjangku sementara aku memilih duduk di kursi gamingku dan menghadap padanya.
"Kamu berantem sama Mika?" tanya mommy to the point yang kembali ku jawab dengan anggukan.
"Kalian ada masalah apa? Kenapa tadi mommy lihat dia nangis pas keluar dari kamar kamu, pas pamit sama mommy juga matanya kelihatan sembab," tanya mommy membuatku menghela nafas.
"Mika tadi abis jalan sama cowok mom,"
"Lalu kamu cemburu?"
Aku mengangguk. "Tapi ini bukan hanya soal cemburu, ini soal dia yang udah bohongin aku. Tadi aku sempat ajak dia pergi karena belakangan waktuku sama dia juga sedikit banget tapi dia tolak dengan alasan ada kerja kelompok sama temannya. Akhirnya aku pergi sama Farren ke mall, ya cuma sekedar jalan-jalan aja lah dari pada suntuk di rumah. Tapi disana pas kami mampir ke sebuah tempat makan, aku sama Farren lihat Mikaila sama seorang cowok, mereka nggak berduaan sih soalnya disana juga ada teman-teman Mika yang lainnya. Tapi maksud Lea, kenapa dari awal dia nggak bilang aja kalo udah ada janji sama orang lain, mungkin Lea akan tetap cemburu karena Mika lebih milih orang itu dari pada ajakan Lea tapi setidaknya Lea nggak jadi berprasangka dan menduga-duga hal yang belum tentu benar adanya kan." terangku menceritakan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikaila. [gxg]
Teen FictionKlise, perjodohan antara dua orang atas campur tangan kedua orangtua mereka. Tapi yang membuat kisah ini berbeda adalah perjodohan itu antara perempuan dan perempuan. Bagaimana bisa? WARNING GXG!!!