Bagian 1

17.1K 1K 4
                                    

" Aku tidak peduli seandainya dia tengah mengadakan meeting penting, karena yang ini lebih penting."

Terdengar suara dari arah koridor ruangannya, suara Irwan kepala paralegalnya dan Adhitama menutup panggilan handphonenya saat pintu ruangannya terbuka dengan kasar , menatap Irwan yang berdiri disana dengan setumpuk kertas yang dipegangnya didada.

" Aku tidak pernah melihatmu berlari selama 10 tahun kau bekerja disini, jadi pasti ada kejadian yang sangat sangat buruk. Apakah ada kapal muatan kita yang tenggelam?" Tanya Adhitama kepada Irwan dengan muka merengut.

"Cepat," Kata Irwan yang biasanya tenang dan terkendali itu sambil berlari melintasi ruangan Adhitama yang luas, karena tergesa gesa kakinya menabrak meja membuat sebagian kertas yang ia bawa berhamburan dilantai.

Hubungan antara Irwan dan Adhitama sudah lebih dari sahabat baik meski sebenarnya Adhitama adalah bossnya Irwan.

"Nyalakan Laptop mu!"

"Aku sudah online ."

Dengan penasaran Adhitama memindahkan tatapan ke layar laptopnya .

"Apa yang seharusnya kulihat?"

"Masuk ke OLX sekarang juga," ujar Irwan dengan suara tersekat.

Adhitama tidak biasa masuk ke toko online apalagi yang menjual barang bekas, meski sambil menaikkan kedua alisnya, tangannya tetap mengetik dan membuka laman yang dimaksud oleh kepala paralegalnya itu.

"Sekarang masukkan ke kotak pencarian kata berlian, cincin berlian," kata Irwan dengan komat kamit.

"Semoga cincin itu belum terjual."

Dengan firasat buruk, Adhitama mengetikan apa yang diucapkan oleh Irwan, tiba tiba suasana hening, Adhitama merasakan dasinya terlalu ketat dilehernya saat melihat gambar cincin itu. Wanita itu tidak mungkin melakukannya. Tidak mungkin.

Tapi doanya tidak terjawab karena disana terpampang foto cincin berlian almarhumah mama, sementara Irwan tanpa sadar duduk dikursi yang ada disebelah Adhitama.

" Aku benar khan? itu cincin milik ibumu? dijual dibarang bekas OLX ?"

Adhitama menatap foto cincin yang ada di laptopnya dan merasakan emosi tersekat meninju diperutnya kuat kuat. Baru melihat cincin itu saja sudah membuat Adhitama membayangkan wanita itu dan kenangan wanita itu selalu menimbulkan reaksi intensitas yang membuatnya terguncang. Bahkan setelah enam tahun berlalu wanita itu masih mampu melakukan hal ini padanya.

" Ya , ini cincin ibuku. Irwan apakah kau yakin wanita itu yang menjualnya ?"

" Kelihatannya begitu, aku bersyukur aku menemukannya karena aku tidak tahu harus mencari kemana seandainya berlian itu dijual ke toko berlian....membutuhkan waktu yang lama dan kemungkinannya sangat kecil untuk menemukan cincin itu kembali."

Sambil membungkuk Irwan mulai memunguti kertas kertasnya yang bertebaran dilantai.

"Wanita ini sangat aneh."

"Tidak aneh," jawab Adhitama sambil menarik kendur dasinya.

"Ini sangat cocok dengan kepribadiannya, karena dia memang tidak pernah pergi ke toko berlian."

Pendekatan membumi adalah salah satu sisi wanita itu yang menyegarkan dunia Adhitama. Meski terlahir dari keluarga yang berkecukupan namun wanita itu hampir tidak pernah memakai sesuatu yang branded. Wanita itu sangat rendah hati, sesuatu hal langka yang ada didunia gemerlap penuh kepalsuan tempat yang dihuni oleh Adhitama.

"Terserah padamu, apakah kau ingin memiliki kembali cincin itu atau membuatnya dimiliki oleh orang lain."

Adhitama menatap rekannya itu dengan kebas ," Tentu saja aku ingin memiliki kembali cincin itu."

"Kalau begitu kita perlu masuk untuk menawar cincin itu. karena kau tidak punya akun dan kita tidak mungkin membuat akun diwaktu yang singkat ini, aku sarankan kita memakai akun wanita, cari pegawai wanita kita yang baru lulus kuliah, panggil Helen sekretarismu ."

Irwan memencet tombol Aiphone dan tidak berapa lama dengan tergopoh gopoh masuklah sekertarisnya.

"Selamat pagi pak Adhitama , ada yang bisa saya bantu, " kata Helen dengan bibir gemetar ketakutan karena baru kali ini ia berhadapan dengan bosnya bosnya itu, apalagi melihat aura ketegangan antara bosnya dan big bossnya ini.

"Kau punya akun OLX?"

Helen mengerjap dan terperangah dengan pertanyaan tidak terduga itu, "Punya pak," jawab Helen sambil menelan ludah.

Adhitama memutar laptopnya, " Aku ingin kau menawar barang yang ada di OLX."

Gadis itu gemetaran dan sempat salah mengetik, Adhitama menutup rapat mulutnya karena takut jika dia bersuara gadis itu akan semakin gugup dan ketakutan.

"Pelan pelan saja," ujar Adhitama menyemangati Helen sambil mengirimkan tatapan memperingatkan ke arah Irwan yang terlihat tidak sabar.

Helen menyunggingkan senyum takut takut kepada Adhitama, " Anda ingin saya menawar berapa pak?"

Aditama menatap layar kemudian memutuskan," Tujuh ratus juta."

Helen terkesiap lantang," Berapa?"

"Tujuh ratus juta," jawab Adhitama mantap sambil menatap layar laptopnya, ia akan mendapatkan kembali permata warisan keluarga yang seharusnya ia jaga dan tidak akan ia berikan pada orang lain.

"Tapi atm saya hanya berisi 12 juta pak dengan limit tranfer hanya 25 juta," kata Helen dengan tergagap .

"Aku yang akan membelinya, dan sudah aku tranferkan ke rekeningmu 25 juta, sekarang kau bisa menawar dan membayar DP nya," jawab Adhitama dengan tidak sabar.

Dahi Adhitama berkerut saat melihat wajah Helen yang pias.
"Dan jangan pingsan, aku perlu kau memastikan cincin itu menjadi milikku."

"Siap pak," kata Helen dengan terbata bata saat mulai chat pribadi dengan akun penjual cincin itu untuk mengambil barang dan pelunasan akan dilakukan saat pengambilan barang.

Helen menarik nafas panjang saat penjual itu memberikan Alamat dan no Hp untuk urusan pelunasan pembayaran.

"Sudah selesai pak, anda dapat mengirim email untuk menanyakan apapun," jelas Helen sambil menarik nafas lega karena tugasnya sudah berakhir. "Cincin yang indah."

"Terimakasih," jawab Adhitama datar.
"Dan terimakasih juga untuk kerjasamamu hari ini Helen, aku melihat kau mampu bekerja dibawah tekanan dengan hasil yang sangat baik, sekarang aku ingin kau mencatat nama dan alamat si penjual, " kata Adhitama sambil melemaskan bahunya kemudian berdiri menghadap keluar jendela.

Helen mengangsurkan kertas berisi informasi yang diminta Adhitama dan dihadiahi ucapan terimakasih sebelum
Irwan mengarahkan Helen keluar dengan tersenyum kemudian menutup pintu ruangan itu.

"Kenapa wanita itu melakukannya sekarang? Kenapa dia tidak menjual cincin itu 6 tahun yang lalu, dia punya banyak alasan untuk membencimu saat itu."

"Kurasa dia melihat beritaku bersama Nara, entah itu di TV lokal saat aku menemani Nara datang ke acara pernikahan temannya yang masuk berita infotainment atau dia membaca kolom gosip pada hari berikutnya karena ada wartawan lokal yang pas acara itu sempat meminta fotoku bersama Nara."

Wanita itu marah besar, dan Adhitama semakin yakin bahwa tindakannya untuk melanjutkan hidup dengan Nara adalah keputusan yang tepat, setidaknya Nara tidak akan melakukan tindakan memalukan dengan menjual cincin tunangan itu ke barang bekas di OLX.

"Akan kuatur agar dana itu ditranfer dan cincin itu diambil," kata Irwan.

"Tentunya kita perlu membawa orang tahu berlian untuk memastikan berlian itu tidak palsu." tambah Irwan.

"Tidak, aku tidak mau cincin itu berada ditangan pihak ketiga, aku akan mengambilnya sendiri." ujar Adhitama sambil memasukkan buku cek kedalam saku jaketnya.

"Langsung secara pribadi? Dhit, kau sudah tidak bertemu dengan wanita itu selama 6 tahun, apa kau yakin? "

"Aku yakin sekali," jawab Adhitama sambil meraih jaketnya dengan tatapan muram.
Dia akan membayar cincin itu, menyerahkan uangnya, mengambil barangnya dan melanjutkan hidupnya.

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang