Bagian 10

10.9K 789 4
                                    

"Bangun cha, sholat subuh. Buruan bentar lagi syuruq lho," Adhitama membangunkan istrinya dengan lembut.

"Cha..."

Adhitama memperhatikan lingkaran hitam dibawah mata istrinya, jika tadi malam dia takut mencium istrinya karena dapat membangunkanya , maka pagi ini dia harus mencium istrinya agar dia bangun.
Dan benar saja tidak sampai 2 detik, acha membuka matanya dengan lebar saat merasakan bibir hangat itu dipipinya.

Acha merona pias, dia kesiangan bahkan tidak mendengar adzan subuh untuk menunaikan sholat sunnah  sholat fajar seperti yang biasa ia lakukan selama ini.
Acha tergesa kekamar mandi untuk wudhu mengejar waktu subuh yang tengah beranjak pergi.

Acha bahkan tak punya waktu untuk mengecam tindakan Adhitama  barusan, Acha sangat malu dihari pertamanya sebagai istri bangunnya lebih siang dari suaminya.

Saat Acha keluar kamar terdengar suara Arkan yang tengah mengulang hafalan surat al Haqqah, Acha melongok dan melihat disana suaminya  tengah takzim terpekur didepan keponakannya  dengan alquran terbuka menyimak hafalan sang keponakan.

Saat sudah selesai Arkan mengucapkan terimakasih bahkan mencium tangan suaminya kemudian menggandengnya menuju teras samping tempat tercium bau kopi yang menggoda, sekejap kemudian sudah mulai terdengar gelak tawa dari sana.

Acha menarik nafas panjang sambil tersenyum melihat keakraban yang terjalin diantara keponakannya, kak Andre dan Adhitama.

Pengamatannya yang terlalu fokus membuat Acha tidak sadar bahwa ada langkah kaki mendekat dan Acha terlonjak kaget saat ada tangan  menyentuh punggungnya.

"Eh, pengantin baru nya baru nguping." terdengar suara kak Ais disebelahnya.

Acha tersenyum malu,"hehehe, iya kak...tadi sempat mendengarkan hafalan Arkan bagus banget."

"Iya ...kakak juga berterimakasih padamu, Alhamdulillah suamimu orang yang sangat sabar menghadapi anak anak Cha, dari subuh tadi Arkan dan afnan bahkan berebutan dekat dengan om nya. Oh iya ...hampir lupa , kak Ais belum kasih kado ke kamu," Kata kakak iparnya itu sambil menyerahkan bungkusan sementara tangan yang satunya sibuk membetulkan letak gendongan Rahma, keponakannya yang terkecil.

Sambil menerima bungkusan dari kak Ais , Acha tersenyum dan mengucapkan terimakasih, berdua mereka berjalan menuju meja makan karena terdengar teriakan mama Ayu yang meminta semua orang sarapan.

Terkadang Acha masih tidak percaya dengan anugrah yang datang padanya dengan keluarga yang hadir setelah papa meninggal, Mama dan kakak tirinya sangat sayang padanya.

Acha bergegas mengemas barang yang akan ia bawa untuk pulang, dia tidak bisa mengajukan cuti mendadak ditengah keputusan menikah kilatnya.

Lagipula tidak ada yang perlu dirayakan, bisik hatinya sedih.
Bahkan pernikahan nya pun bukan pernikahan yang sebenarnya, jika dia ingin pernikahan ini berhasil ada banyak hal yang perlu ia bicarakan dengan suaminya.

Khayalan Acha terputus saat mendengar
deruman mobil dan suara jeritan senang Arkan di teras depan, dengan bergegas Acha menuju kesana dan pemandangan yang ada disana membuatnya tersentuh.

Audi spyder R8 berwarna hitam metalik terparkir diteras depan dan diatasnya duduk 2 pria dengan diskusi serius, wajah Arkan terlihat mengangguk angguk mendengar penjelasan dari suami baru tantenya, dan Acha kian tersekat melihat betapa Adhitama begitu sabar menangani keponakannya itu, dia akan jadi ayah yang baik, bisik hati Acha.

Tidak mau kehadirannya diketahui, Acha bergegas masuk kedalam untuk menemui dan berpamitan dengan keluarganya, kakaknya sempat ingin mengantarkannya namun kemudian ingat jika kiriman mobil suami Acha sudah datang, tentu saja pengantin baru selalu ingin menikmati waktunya sendiri, gurau kak Andre dengan jahil.

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang