Epilog

13.8K 898 35
                                    

Abimanyu tersenyum melihat kakakmya mondar mandir diruang tunggu depan kamar operasi, bujukannya tidak berhasil menenangkan hati kakaknya.

Jangankan ucapan dan nasehat darinya yang masih lajang dan belum pernah mempunyai anak, bujukan dari kak Andre yang bahkan sudah melewatkan 3 kali menunggui istrinya melahirkanpun tidak menenangkan Adhitama, alasannya karena 3 kali persalinan  kak Ais semua  persalinan normal dan tanpa masalah berarti.

Adhitama baru  terlihat sedikit tenang saat Yangti menelepon dan mengingatkan Adhitama bahwa semua kepunyaan Allah dan tugas kita hanya menjalaninya.

Ais bahkan ikut menunggu bersama dengan mama Ayu, dan hanya bisa tersenyum saat melihat betapa ngeyelnya adik iparnya itu, mungkin faktor kepanikan dan rasa takut yang membuatnya sedikit lebay bersikap hari ini.

Pak Sumantri  juga datang bersama dengan istrinya, semua ikut menunggu didepan ruang tunggu kamar operasi.

Semua kehebohan hari itu  berawal dari keluhan Acha yang merasa  bayinya tidak bergerak didalam perutnya tadi pagi, Adhitama  langsung melarikan istrinya  kerumah sakit, ternyata kondisi salah satu  bayi Acha  sedikit melemah karena talipusat yang melilit dileher, dokter meminta persetujuan untuk melakukan SC secepatnya guna menyelamatkan ibu dan bayinya.
Kondisi Acha memang sedikit mengkhawatirkan  di trimester terakhir kehamilannya, selain  kaki yang bengkak, tekanan darah Acha juga meningkat drastis. 

Saat pintu ruang operasi terbuka, Adhitama dengan tergesa mendatangi dokter.
Semua tersenyum  lega, apalagi saat Acha sudah dipindahkan keruang perawatan.

Saat semua keluarga sudah berpamitan dan tinggal mereka berdua Adhitama mulai kumat jailnya.
"Masih ingin punya anak 5?" Tanya Adhitama sambil mencium kening istrinya.

Acha mengangguk sambil tersenyum.
"Iya tapi nanti... kalau si kembar sudah selesai ASI, kita promil lagi."

Adhitama mendesah panjang," Tidak cukupkah kita hanya punya si kembar."

"Hei, melahirkan itu proses biasa ...Kau tadi  menakuti dokter dan perawat yang ada disini."

"Benarkah? Aku hanya takut sesuatu terjadi padamu."

" Dhit, melahirkan buat seorang wanita hal yang biasa dan luarbiasanya  karena Allah memberikan pahala dengan menghapuskan semua dosa."

"Aku takut kehilangan kamu."

"Dan seandainya aku wafat saat melahirkan, Allah  menghitungnya seperti pahala syahid."

" Sssh...," Tiba tiba Adhitama memeluk Acha dengan erat.

Acha tersenyum," Lagian takut banget, lha sekarang itu ilmu kedokteran sudah canggih, inshaa allah ...semua dimudahkan Allah."

"Jadi target 5 anak nya tetap?"

"Bolehkah?"

"Selama kau berjanji akan baik baik saja."

"Kau akan jadi Ayah yang luarbiasa."

"Janji."

"Aku mencintaimu Nyonya Adhitama."

Acha tersenyum dan perlahan mata tertutup saat kantuk itu mulai menghampiri, esok pagi ia akan memulai dunianya yang baru.

Jika kemarin dirinya sudah merasakan menjadi adik, istri dan menantu, esok ia akan menjadi seorang ibu, sebuah babak baru yang kelak akan menghantarkan menjadi seorang ibu mertua dan nenek.
Tentunya dengan ijin dari Allah dan jika Allah memanjangkan usianya sampai pada fase tersebut.

***$$$***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang