Bagian 18

11.2K 772 25
                                    

Acha memandang suaminya dari kejauhan, Adhitama terlihat terbebani dengan pertemuan yang tidak disangka sangka dengan Abimanyu.
Sosok adiknya yang humble dan tidak terpengaruh dengan bahasa suaminya yang ketus, membuat Acha tersenyum.

Adhitama masih memegang kartu nama Abimanyu.

Meski Abimanyu kemarin hanya berharap Adhitama meluangkan waktu agar ia bisa mengantar ayahnya untuk bertemu dengannya, namun Adhitama merasa ada yang harus ia perbaiki dan ia tidak tahu apakah itu.
Cowok yang mengaku sebagai adiknya itu bahkan tidak terpengaruh dengan pembawaanya yang  dingin dan angin anginan.

Abimanyu tetap lancar menceritakan bagaimana keluarganya, tentang ibunya yang perhatian dan cerewet, tentang  adik perempuannya yang sudah menikah dan adik bungsunya yang baru mulai kuliah.

Ayahnya sangat baik, dan akhir akhir ini sering bengong dan ternyata Ayahnya memendam keinginan untuk bertemu dengan Adhitama, kakaknya beda ibu.
Abimanyu hanya tertawa, saat mengatakan mungkin Ayahnya merasa bersalah karena meninggalkan Adhitama dan meskipun memiliki anak lelaki yang lain namun anak lelaki yang ini tidak seperti yang Ayahnya harapkan, Abimanyu memilih untuk menjadi PNS dan hanya membantu usaha ayahnya dengan duduk di komisaris perusahaan ayahnya sedangkan untuk operasional sudah berjalan lancar dengan direksi yang dipilih oleh ayahnya sekarang.

Adhitama melihat ada kemiripan antara dirinya dan Abimanyu, jika dirinya menempatkan diri sebagai lawan dengan menjadi pengusaha yang lebih makmur dari ayahnya, adiknya itu memilih untuk tidak mau mewarisi usaha ayahnya dengan memilih karir sebagai abdi negara, pilihan yang membutuhkan  keberanian karena menjadi abdinegara jelas tidak akan menjanjikan kemakmuran berlebih seperti yang saat ini Adhitama nikmati, kecuali abdi negara itu berlaku curang dengan melakukan tindakan korupsi.

Adhitama menimbang kembali apa yang membuat ia akan menemui ayahnya? Untuk apa? Dia tidak membutuhkan warisan ayahnya.
Untuk melihat seperti apakah pria yang telah menghilangkannya dari sebuah keluarga?
Untuk membalaskan sakit hatinya dan ibunya?
Jawabnya tidak, tidak dan tidak.

Semua sudah jadi masa lalu dan semua sudah jadi sejarah, ibunya bahkan tidak bisa melihat pencapaiannnya saat ini.

"Coklat Dhit,"
Suara lembut istrinya mengembalikan Adhitama ke masa kini.

Adhitama tersenyum," Terimakasih."

"Akhirnya gimana? Kau sudah memutuskan?"

Adhitama menarik nafas panjang.
"Seperti nya tidak perlu datang kesana atau mengabari Abimanyu untuk mengajak ayahnya kemari."

"Begitu ya."

Jawaban datar istrinya membuat Adhitama menoleh.

"Bagaimana menurut mu?"

Acha tersenyum," Menurut ku? Yakin kau akan mempertimbangkan pendapatku?"

"Jika pendapatmu  masuk akal."

"Menurutku terlepas seperti apa tindakan ayahmu dimasa yang lalu,  sebenarnya beliau tetap berhak mendapat perlakuan yang baik dari anak anak beliau. Bahkan Quran pun tidak membolehkan  kita berkata ah, berkata pun harus lemah lembut."

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak…..” [QS An-Nisa : 36]

"Jika nabi Ibrahim yang ayahnya pembuat patung dan memusuhinya pun tetap Allah perintahkan agar beliau berbuat baik, lalu kita ini apa?"

Adhitama terdiam dan termenung, seakan meresapi apa yang disampaikan istrinya. Jika Allah bisa menerima semua taubat hambanya lalu alangkah sombong dirinya jika tidak memaafkan kesalahan ayahnya.

Mungkin butuh waktu, karena rasa sakitnya yang lumayan lama namun ketika semua kita kembalikan kepada Quran tidak ada yang tidak mendapatkan jawaban.

"Masih butuh petunjuk yang lain?"

قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua..” (QS. Al An’am: 151).

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Isra: 23).

"...dan ridho Allah itu terdapat dalam ridho orang tua, berbahagialah saat engkau masih memiliki satu pintu gerbang surga yang Allah tinggalkan untukmu didunia."

Adhitama tercenung dan mencoba meresapi kata kata istrinya. Acha memang memiliki pengetahuan yang lebih dari dirinya karena dulu mondok lama.

"Aku yakin ayahmu sebenarnya selalu ingat padamu,  apalagi melihat wajah Abimanyu yang mirip denganmu, itu selalu mengingatkannya bahwa ada satu anak lain yang ada di luar sana. Kondisi ekonomi mu yang  melimpah saat ini,  siapa yang tahu kalau ini juga karena doa doa tidak terucap dari ayahmu, intinya kita harus positif thinking dan aku berharap kelak anakku tidak hanya punya nenek buyut dan nenek tapi dia juga akan punya seorang kakek."

Akhirnya Adhitama mantap menekan nomor yg tertera di kartu nama Abimanyu, dalam hati ia berharap semoga dirinya belum terlambat untuk berbakti kepada ayahnya.

*********

Saat memasuki rumah yang tertera dalam kartu nama Abimanyu, Adhitama berharap memasuki rumah yang megah, namun rumah yang berdiri disana hanyalah rumah dengan arsitektur jawa yang lumayan besar dengan halaman  luas yang tidak ada apa apanya dengan rumah yang ia tinggali.

Saat keluar dari mobil  Abimanyu sudah menyambutnya diundakan tangga rumah dengan tersenyum ramah kemudian mengiringi kakaknya masuk rumah untuk bertemu dengan Ayah dan ibu tirinya yang tergopoh gopoh keluar dari dalam rumah.

Adhitama memandang Ayah yang hampir 30 tahun tidak ia temui, lelaki itu masih terlihat tampan meski diusia yang sepuh, didampingi oleh istrinya  dan dua orang gadis cantik yang dikenalkan sebagai adik adiknya, dan dua jagoan cilik yang merupakan keponakan barunya

Ayahnya sempat terlihat kikuk dan malu , namun binar bahagia dan bangga terlihat diwajah tua nya, Adhitama menghilangkan semua rasa sakit yang ada didadanya dengan memeluk erat Ayahnya.

Jika Ayahnya dulu berbuat kesalahan setidaknya ia dapat belajar dari sana bahwa ia dapat menjadi ayah yang lebih baik untuk anak anaknya kelak.

Dan istrinya sangat benar saat menyarankannya untuk menghadapi ketakutannya dan bertemu dengan ayahnya, karena hal itu membuat ia menjadi semakin memahami bahwa yang menyatukan sebuah rumah tangga itu bukan cinta tapi agama, ketika ada badai yang melanda kembalikan semua pada agama dan saat badai yang melanda itu hanya dunia, engkau akan dapat bertahan karena menikah dan berumahtangga itu adalah ibadah terlama yang akan mengantarkan ke surga,  jika surga akhirat yang menjadi tujuanmu maka yang ada didunia bahkan hanya recehan yang tidak ternilai.

®Tamat





Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang