Bagian 6

11.9K 972 15
                                    

Adhitama meletakkan tabletnya dimeja, setelah disodorkan oleh sekertarisnya untuk membaca berita online tentang pemutaran perdana sebuah film karya anak negeri disebuah Mall yang cukup bergengsi di ibukota dengan foto bintang utama filmya menggandeng Nara.

Nara terlihat bahagia disana, dan entah kenapa setelah hampir 3 minggu ia putus dengan Nara pasca kepulangannya dari Yogya , Adhitama tidak merasa sakit hati, beda sekali dengan saat melihat cincin  Acha di lego  di OLX.

Hari ini hari kamis sore memang saat yang bagus untuk launching film baru karena dapat mendulang penonton yang akan melewatkan akhir pekan, dalam perjalanan pulang dari kantor sore tadi entah mengapa sopirnya mendengarkan pengajian di aplikasi ymusic dari ustadz Salim A fillah tentang menikah, dan tausiyah itu membuatnya berpikir tentang agenda akhir pekan ini. Yaitu menyelesaikan masalah yang satunya, kemarin sempat tidak sengaja bertemu Andre kakak Acha dalam sebuah sebuah launching perusahaan interior dan Adhitama sudah meminta maaf kepada Andre yang mewakili keluarga besarnya, sempat tersirat meski samar Andre memberi lampu hijau untuknya terlepas dari kesalahan dimasa lalu yang diperbuatnya, saat Adhitama menanyakan tentang Acha, semua keputusan ada ditangan adiknya itu kata Andre yang tidak mau berpanjang lebar.

Pembicaraan singkat yang membuat hati Adhitama sedikit melambung setelah sempat mengempis habis saat cincin itu dilego di OLX, dan dialah yang membelinya.

Adhitama pulang ke Jakarta dengan marah dan terkejut, karena dia tidak pernah mengira Acha selalu memakai cincin itu, meski bukan dijari namun dipakai dikalung, dan saat jilbab serta bajunya basah saat menuang air diceret kemarin cincin itu terlihat menonjol di balik baju acha.

Keadaan itu pula yang membuatnya melakukan tindakan ugal ugalan dengan mencium Acha, meski dihadiahi tamparan dipipi namun hal itu membuat Adhitama yakin bahwa dia adalah pria pertama yang mencium Acha dan saat ini dirinya juga ingin memastikan menjadi pria terakhir yang akan mencium gadis itu.

Adhitama menghubungi sekretaris nya, menyerukan beragam instruksi dan tersenyum saat mengakhiri semua percakapan itu.

Tiga minggu sudah berlalu sejak peristiwa memalukan yang menimpa Acha, meski tidak ada yang tahu namun  Acha sangat malu pada Allah, tak terhitung istighfar yang terlafal setiap hari, namun entah mengapa peristiwa itu tidak pernah hilang dari ingatan nya.

Sejak tahu harga cincin itu, Acha tidak berani lagi memakainya, cincin itu ia simpan di safetybox BPD DIY yang terdekat dari tempat tinggal Acha.
Acha tersenyum pagi ini setelah kemarin berhasil menyelesaikan proses pembayaran tanah di belakang sekolah untuk kemudian ia wakafkan guna dibangun gedung  rumah tahfidz, meski menyatu dengan sekolah, namun gedung tahfidz mempunyai pintu keluar sendiri sehingga untuk pengembangan di masa yang akan datang dapat mengakomodasi siswa dari luar sekolah yang ingin ikut kelas tahfidz.

Hari Jumat ini Acha ijin tidak masuk karena ingin menyelesaikan barang barang yang akan disalurkan dalam baksos minggu depan.

Hal tersebut tidak menganggu pelajaran anak didiknya  kebetulan anak didiknya hari ini ada jadwal renang bulanan bersama guru olahraga, biasanya akan disambung dengan acara marketday dipenghujung hari sehingga pelajaran bahasa inggris yang diampunya ditiadakan.

Dibantu Fitri pekerjaan mengepak jilbab dan gamis pantas pakai yang akan disumbangkan besok ternyata lebih cepat selesainya, waktu baru menunjukkan pukul 10 saat terdengar deru mobil berhenti didepan rumah, Acha mengernyit karena merasa tidak menunggu seseorang.

"Siapa? Kakakmu ya cha?"

"Waduh, kurang tahu ya, kak Andre nggak ada berita kalau mau kesini."

Fitri bergegas kedepan dan tak berapa lama kembali masuk sambil menenteng paperbag besar dan sebuah Amplop tebal," Cha, ada kurir cewek didepan, dia nganterin ini , katanya dia  akan menunggu sampai kamu siap."

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang