Bagian 12

9.7K 789 7
                                    

Matahari terik sekali siang ini. Namun tidak demikian dengan hati Acha, meski suaminya hanya menghubunginya sekali lewat wapri namun kedatangan dua buku nikah milik suami dan istri yang ada dalam satu paket itu cukup menyejukkannya.

Apalagi sepekan terakhir ini murid muridnya sangat menyenangkan, hari jumat sore Acha ingin sekali menelpon kak Andre, dan saat kakaknya memberikan kabar mereka ada family  gathering dengan karyawan mereka , Acha mengurungkan niat untuk berkunjung kesana.

Saat motor matiknya masuk kehalaman rumah secara tidak sengaja Acha mencium parfum Adhitama di udara, apakah dirinya mulai berhalusinasi dengan keberadaan suaminya, namun pintu rumahnya bahkan masih terkunci rapat.
Membuka pintu depan kemudian berjalan menuju dapur dan mendengar gemericik orang mandi, hah...apakah ada pencuri dirumahku? kata hati Acha waspada.

Acha menengok kembali pintu depan dan saat ini kuncinya bahkan masih tergantung disana, Acha bergegas menuju kamarnya karena mahar nikahnya emas 50gr itu belum sempat ia titipkan dideposit box bermaksud untuk memeriksanya  namun  saat masuk kamarnya Acha dikejutkan dengan 4 bungkus kado dengan  kotak kado yg satu sudah terbuka dan semua kado itu tertulis namanya.

Acha membuka kotak kado terkecil dan menemukan kotak jam disana dari sebuah merk jam terkenal...sebuah jam yang mirip dengan jam tangan yang ia kenakan, kalau jam yang ia pakai sudah terlihat buluk karena ia mendapatkannya saat kenaikkan SMA dari  papa, Jam tangan yang disana itu terlihat mahal dan elegan.
Membuka kotak kedua menemukan Tas yang mirip dengan tas kerjanya hanya saja yang ini masih terbungkus kertas tisu.
Kotak ketiga berisi tas tangan nya yang ia simpan di atas meja rias, tas yang jarang ia gunakan, namun tas dalam kotak itu bertuliskan salah satu merek tas yang biasa dipakai artis artis itu.
Acha baru membuka kotak keempat saat pintu kamarnya tiba tiba terbuka dan disana ada suaminya setengah telanjang dengan rambut masih basah, terlihat segar dan tampan meski hanya terlilit handuk dan tengah mengeringkan rambut nya dengan handuk yang satunya.
Acha terpaku kemudian menundukkan mukanya yang merah padam karena malu...
seumur umur dia belum pernah melihat pria setengah telanjang kecuali mungkin melihat pak Tani yang tengah mencangkul disawah, itupun biasanya dari kejauhan dan itupun tidak pernah sedekat ini.

Adhitama  sempat berhenti mandi tadi saat mendengar bunyi kunci dibuka dan langkah kaki mendekat namun kemudian melanjutkan mandinya karena bunyi itu menghilang dan ternyata bunyi itu berhenti dikamar tidur ,saat ini disana dirinya melihat istrinya tengah membuka kotak oleh oleh yang ia bawa.

Sambil menunduk Acha berbisik lirih," Maaf, aku membuka kadonya..." suara Acha bergema disuasana yang canggung itu.

Adhitama ingin tertawa melihat istrinya yang menunduk malu, tapi segera menahannya karena misinya hari ini adalah membawa istrinya ke tempat Yangti, dan membuat istrinya malu juga  jengkel tentu tidak akan membantunya sama sekali.

"Kadonya memang untukmu, maaf tidak mengabarimu," jawab Adhitama sambil meringis .

"Lanjutkan saja membuka kadonya, aku hanya akan mengambil bajuku, aku bisa ganti baju dikamar sebelah," jawab Adhitama sambil  keluar dan menyeret travelbagnya menuju kamar sebelah.

Saat Adhitama keluar kamar, Acha juga bergegas menuju kedapur, dia malu, tidak mengira akan melihat suaminya hari ini karena tidak ada  kabar berita bahkan mobil nyapun tak ada. Bukan salahnya jika dirinya berencana tidak  masak hari ini dan tidak berbelanja.

Sedikit panik karena rumahnya cukup jauh dari keramaian, namun bau harum dari 3 kotak makanan dengan label rumah seafood terkenal dijogja itu membuatnya ternganga, suaminya memanjakannya.

Mungkinkah sebagai permintaan maaf?

Acha baru saja meminum air putih untuk meredakan debaran jantungnya, teringat kemarin dalam marah ia mengatakan suaminya egois dan tidak peka,  namun hari ini suaminya bahkan mengingat semua barang yang ia butuhkan, bahkan dia membawa makan malam.

"Cha, aku tidak tahu apakah kau suka pesmol, aku beli pesmol gurami dan udang bakar madu untuk makan malam." sapa suaminya yang terlihat tampan memakai kaos polo dan celana panjang jeans.

Adhitama bahkan  ingat kalau ia sangat suka udang bakar madu, Acha mengerjap ngerjapkan matanya yang tiba tiba penuh air mata.

"Heiii, ..." Kata Adhitama dengan lembut sambil mendekap kepala Acha di perutnya kemudian mengusap kepala itu pelan.
Sekarang apa yang membuat istrinya yang cantik ini menangis, bisik Adhitama bingung.
Kemarin disela sela kunjungannya ke Paris dalam rangka perluasan kerja sama dengan kolega yang ada disana dia mampir untuk berbelanja barang barang yang mungkin dibutuhkan oleh istrinya karena ia melihat meskipun
sudah butut istrinya tetap memakainya, itulah yang membuat ia mencari barang yang modelnya mirip dengan yang biasa dipakai istrinya.

"Maafkan aku, karena kemarin mengataimu dengan egois dan tidak peka," kata Acha dengan muka masih tersembunyi di perut suaminya.

"Biasanya aku tidak pernah berkata kasar kepada orang, tapi didekatmu entah kenapa semua keluar begitu saja "

Adhitama tersenyum, Acha bisa merasakan dari getaran perutnya.

"Apakah itu artinya aku dimaafkan? Maafkan aku juga karena sering memprovokasimu," jawab Adhitama sambil mendongakkan wajah istrinya.

Saat melihat istrinya mengangguk semangat, Adhitama tertawa lebar dan spontan mencium hidung istrinya dengan sayang.

"Aku membawa tiramisu, maaf ku buka kotaknya karena aku takut kalau mencair,"kata suaminya sambil membuka kulkas.

Wow, kejutan yang menyenangkan...inikah dulu yang dilakukan suaminya untuk merayu kekasih kekasih nya? suara jahat itu meragukan hati Acha.

Bukan apa apa  Cha, move on,  tidak ada orang yang tidak punya masa lalu, bisik hati menenangkan Acha.

Acha tersenyum setidaknya hari ini Adhitama hanya memanjakan dirinya.

"Aku berencana mengajakmu kerumah Yangti, kalau kau tidak keberatan."

"Sekarang?"

"Kau boleh mandi dulu kalau merasa kurang nyaman."

"Sekarang sudah jam setengah lima, kita nyampe Jakarta jam berapa?"

"Jadi kau mau?"

Dan Acha pun mengangguk sambil tersipu karena belum mandi sore itu.

Ternyata hari ini terjawab kenapa Adhitama bersikeras membeli tanah pekarangan kosong punya pak RT karena disana bertengger helikopter lengkap dengan pilotnya, suara deru helikopter memecah suasana sore itu, menderu memecah langit Jogja selatan menuju Jakarta.

Membawa travelbag saat ia menikah yang belum sempat ia bongkar karena tidak ingin terlalu lama membuat suaminya menunggu, lagi pula suaminya sepertinya tidak begitu peduli baju apa yang akan ia pakai...

Acha tersenyum, angannya melayang bertemu dengan Yangti dan dia akan tahu kenapa suaminya itu tidak mau punya anak meski mau menikah.

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang