Bagian 15

10.7K 827 12
                                    

Drrt...drrrt...drrt...

Suara gawainya yang ada diatas nakas.
Acha baru saja selesai membuka oleh oleh dari suaminya, piyama dan daster yang terbuat dari satin dan katun  super lembut juga sekotak Fudge yang luar biasa.

Acha mewek, terharu tidak mengira suaminya yang cuek ternyata sangat lembut hatinya dan malam ini baju tidur lingerie hadiah dari kak Ais kembali menempati pojok paling bawah dari kopernya.

Drrt....drrt...drrrt....

Acha menggapai gawainya dan mulai membuka pesan yang masuk.

[Assalamualaikum cha]

[Kaifa haluk ?]

[Walaikumusalam kak,  Alhamdulillah , bi khoir kak]

[Alhamdulillah, eh, suka nggak dengan hadiah dari kakak?]

Acha bengong, jarinya berhenti mengetik.
Dia tidak terbiasa berbohong , tapi kado dari kak Ais membuatnya malu setengah mati.

[Kadonya bagus kak, Acha saja yang katro😂]

[Katro gimana? kamu sudah memakainya  khan? ]

[Sudah kak, tapi Acha boboknya selimutan , maluuuu bajunya tipis sekali]

[ ih , acha khan emang kakak ngasih kamu lingerie ]

Haah, kak Ais sengaja ngasih kado itu ...Acha merah padam mukanya teringat malam kemarin memakai baju itu, untung saja suaminya suka tidur dengan lampu padam sehingga tidak melihat penampakan baju tidur " ajaib" dari kak Ais dan malam ini ia akan tidur dengan baju tidur oleh oleh suaminya.

[ iiih, kak Ais nih, bajunya bikin maluu kak]

[ Lho khan sekarang acha boleh berdandan buat suami, besar pahalanya, luangkan waktu untuk perawatan juga ya]

Haah, perawatan juga ? Padahal kemarin Acha perawatan  karena diajak kak Ais.
Haruskah Acha tanya suaminya ? atau tanya Yangti saja ya?

Acha masih mematut matut baju yang tengah ia pakai didepan kaca  saat terdengar suara pintu dibuka, Acha memandang lurus ke arah cermin dan disana pandangannya bertemu dengan mata suaminya.

Adhitama melihat bayangan cantik istrinya dicermin, dia merutuk dalam hati , bahkan setelah menahan siksaan karena kemarin malam memeluk istrinya yang tidur dengan mengenakan lingerie, memakai piyama yang sopan pun ternyata  tidak mengurangi kecantikan Acha, Adhitama menarik nafas panjang.

"Suka bajunya ?"

"Suka, Jazakallahu khoir,"

"Waiyyaki"

Rona merah itu menyebar dipipi Acha saat suaminya melangkah mendekat dan tangan Adhitama secara perlahan melingkar dipinggangnya, dengan dagu menempel dipundaknya dan pandangan mata yang tak lepas menatap netranya.

"Terlihat bagus disini.."

" Emm..." semua kata yang ada di benak Acha kabur terbawa harumnya nafas suaminya yang sekarang memilih untuk menyelipkan rambut  kebelakang telinganya dengan penuh perhatian diikuti dengan tangan satunya  kemudian mengangkat tubuhnya.

"Saatnya tidur, biar nanti sholat lailnya tidak kesiangan," gumam lirih Adhitama ditelinga Acha dan Acha tersipu malu sambil menyurukkan kepalanya dileher suaminya. Getaran muncul dari bawah perut Acha, seperti sayap kupu kupu yang gugup mencari bunga mekar.

Jantung Acha berdegup kencang dan wajahnya merona karena dia tahu dengan pasti saat ini bukan tidur yang ada dalam bayangan suaminya. Saat punggungnya menyentuh seprei lembut dan bibir Adhitama mencium lembut Acha menyambutnya.

Cincin untuk Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang