Bulir-bulir air mata krystal itu masih saja berlomba untuk turun mengalir dari kedua mata bening Lily, tidak ada yang mau mengalah seolah mereka semua ingin keluar sekarang juga, menumpahkan segala rasa sedih, menggambarkan betapa rapuh dan patah gadis itu saat ini.
Ditatapnya kembali batu nisan berpahatkan nama seseorang yang teramat dicintainya, Sartian Kaisar Pradytama. Alasan air matanya tumpah ruah saat ini, dia meraung, menolak takdir, terlalu kejam baginya untuk menerima bahwa kini dia sendirian.
Pemakanam sore itu telah sepi, tapi hatinya menolak kesepian itu dengan memunculkan kembali ingatan bahwa dia pernah bahagia karena Tian, dan kini sosok istimewa itu telah pergi, yang artinya bahagianya juga telah hilang.
Ingin rasanya Lily mengutuk penyakit mematikan yang mengambil Tian pergi darinya.
Senja mulai memamerkan keindahannya, kata orang senja itu romantis, karena sangat indah dan menawan. Tapi kini Lily membenci itu, dia benci dengan dunia yang terlihat bahagia, di saat dia hancur. Bahkan langit tidak ikut menangis, yang artinya dia tidak peduli sama sekali.
Memang Lily harus selalu sendiri.
– Raya
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Over [✔️]
Teen Fiction-Cover by me- [TAHAP REVISI] . . Tiap orang punya caranya masing-masing Arkha yang bersembunyi di antara semak belukar berduri, demi menembakkan peluru kosong pada target di hadapannya tidak ada yang dia dapatkan, selain luka untuk dirinya sendiri, ...