- 0 4

74 50 17
                                    

"Cita-cita kamu apa?"

"Keliling dunia." Lily tersenyum sambil menikmati ice cream Vanila di tangan kanannya.

"Kenapa?" tanya Tian yang juga tengah menikmati ice cream dengan rasa berbeda, coklat.

"Karena aku mau nyobain ice cream dari seluruh dunia, pasti rasanya akan sangat mengagumkan memakan ice cream di negara orang," jawab Lily dengan mata berbinar, seolah apa yang barusan dia bilang tadi adalah hal yang memang benar-benar dia impikan.

Sementara Tian hanya terkekek geli di sebelahnya.

"Kalau kamu?" tanya Lily balik.

"Aku? aku cuma mau bahagia," balas Tian kemudian tersenyum hangat.

"Emang sekarang kamu masih belum bahagia?"

"Aku udah bahagia kok, sama kamu."

"Terus cita-cita kamu yang lain apa?" tanya Lily masih penasaran.

"Nggak ada."

"Kok nggak ada sih? aku serius Tiannn," rengek Lily.

"Cita-cita aku itu mau bahagia Ly, dan sekarang cita-cita itu sudah aku capai berkat kamu," jelas Tian yang masih tak lepas dari senyum hangatnya.

"Kalau cita-cita kamu udah tercapai, nanti kamu mau ngapain?" tanya Lily masih bingung.

"Nggak ada, udah selesai." balas Tian pelan.

"Hah? maksudnya?"

Tian terkekeh. "Nggak kok, kamu jangan mikir keras, kasian otak kamu." Ucap Tian begitu dia melihat wajah bingung Lily yang jidatnya mengkerut.

Lily mendengus, kemudian kembali melanjutkan melahap ice creamnya yang sudah mulai meleleh.

Tian mengacak rambut Lily. "Pelan-pelan Ly, ice creamnya nggak bakal pergi kok."

• ️• •

"Ini Mam, Kami selesai." Hera menyerahkan dua lembar kertas berisi artikel tentang bahasa inggris yang ditugaskan Mam Via.

Tadi sewaktu di perpustakaan, Lily menyusun kembali kertas yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian itu, kemudian menyalinnya ke atas kertas folio dengan tulis tangan.

Hal terberat bagi Lily adalah, membangunkan seorang Hera dari tidur lelapnya. Sekali saja Hera tertidur di sekolah karena begadang, bagaikan hibernasi baginya, dia tidak ingin diganggu gugat oleh siapapun.

Pernah sekali, Hera tertidur di pinggir lapangan setelah jam olahraga. Lily hampir menyeretnya ke kelas jika saja Dava tidak datang membawa setimba air dingin, kemudian menyiramnya tepat di atas wajah Hera.

Yang berakhir dengan mereka berdua yang kejar-kejaran di tengah lapangan. sampai-sampai Reo, merekam mereka kemudian memasukkannya di snapgram dengan caption "bahagia itu sederhana."

"Kalian saya alpa hari ini," ucap Mam Via mutlak.

"Lah, tapi kami sudah kerja tugasnya Mam," balas Lily tidak terima.

"Kami? atau Arkha? kalian seharusnya bersyukur saya menyuruh Arkha membantu kaian, tapi kalian malah memanfaatkan dia, dan menyuruhnya mengerjakan tugas ini sendirian?"

Lily dan Hera diam, bingung harus membalas apa. Perkataan Mam Via tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar juga.

• ️• •

It's Over [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang