Seorang laki-laki bertopi baret hitam dan kacamata berbingkai hitam dengan tumpukan novel di tangannya, nampak tengah berdiri di samping ambang pintu yang di atasnya tertera papan bertuliskan "XI MIPA 2."
Garis wajahnya yang tegas dengan rambut hitam legam, ditambah sorot mata elangnya yang tajam, dan kulitnya yang putih pucat, menambah kesan dingin pada aura laki-laki itu.
tet... tet... tet...
suara bel yang nyaring sama sekali tidak mengganggu laki-laki itu yang terlihat tetap tenang, sementara suasana di sekitarnya mulai heboh karena bel tadi adalah tanda bahwa kelas hari itu telah berakhir.
"Maaf ya lama, gurunya nggak mau keluar kalau bel belum bunyi. kamu udah daritadi di sini?" sapa seorang perempuan yang kini sudah berada di hadapan laki-laki tadi.
"Iya nggak apa-apa Ly, baru aja kok," balas laki-laki itu, Tian. mereka mulai berjalan melewati koridor sekolah.
"kamera kamu mana? novelnya sini aja aku yang bawa, kan aku yang pinjam di perpus." Lily menyejajarkan langkahnya dengan Tian, mereka berjalan di tengah lapangan agar cepat sampai ke parkiran, tumben lapangan saat itu sedang sepi.
"Ada di tas, tasku ada di motor."
"Sini novelnya, berat pasti." Lily berusaha mengambil tumpukan novel di pelukan Tian, yang di balas Tian dengan tatapan tajam.
"Biar aku saja." Tegas Tian kemudian mengacak pelan pucuk kepala Lily.
Sementara tanpa mereka sadari, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi. Tian si fotografer dingin, dengan Lily si kutu buku yang hangat, sederhana tapi manis, sehingga banyak yang sedikit iri dengan hubungan mereka.
• • •
"DIAM WOE TENANG, TENANG, MAM VIA DATANG DARI SEBELAH BARAT!" teriak Dava yang memasuki kelas sambil berlarian disusul Angga.
Seisi kelas yang tadinya ribut seperti itu adalah konser terakhir boyband terkenal kala itu, hening seketika. Semua duduk rapi di bangkunya masing-masing dengan tangan terlipat dan pandangan fokus ke depan.
"Good morning all, and you can see that there are strangers who obviously you don't know," cerocos Mam Via tanpa ampun, seolah sudah terbiasa melihat sebagian besar muridnya hanya melongo sepanjang jam pelajaran.
"Baiklah, silahkan perkenalkan dirimu," sambungnya. Terlihat laki-laki tampan dengan rambut hitam legam serta kulit putih pucat bak vampir, berdiri di samping Mam Via, beberapa bertanya-tanya kenapa di kelas akhir ini ada murid pindahan? Bukannya akan susah untuk menyesuaikan diri di tempat baru saat kau juga harus fokus belajar?
Laki-laki itu mulai angkat suara, "Halo gue Arkhana, salam kenal, terima kasih." Terlalu singkat, tapi setelah mengatakan tujuh kata itu, dia langsung dipersilahkan duduk di bangku kosong yang ada di kelas. Membuat seisi kelas jadi melongo kuadrat.
"Itu doang? nggak ada alamat? nomor telpon? atau apa gitu?" bisik Hera tepat di telinga Lily, yang kemudian Lily membalasnya dengan menarik telinga Hera.
"Hera! Lily! kalian lagi ngapain?!" Pandangan seisi kelas langsung teralih pada mereka berdua karena Mam Via yang tiba-tiba meneriaki nama mereka.
"Lo sih Her pake teriak-teriak," bisik Lily pada Hera yang wajahnya sudah panik.
"Kalian nggak dengar? apa kalian nggak ngerti dari tadi saya ngejelasin apa? kenapa malah bisik-bisik?" pertanyaan beruntun itu membuat mereka berdua jadi semakin panik dan tidak berkutik sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Over [✔️]
Novela Juvenil-Cover by me- [TAHAP REVISI] . . Tiap orang punya caranya masing-masing Arkha yang bersembunyi di antara semak belukar berduri, demi menembakkan peluru kosong pada target di hadapannya tidak ada yang dia dapatkan, selain luka untuk dirinya sendiri, ...