Lily menoleh dan mendapati Farel yang kini berada di sampingnya, mencoba melindunginya dari hujan. Farel tanpa aba-aba menariknya membuat kantong berisi minuman yang tadi digenggamnya terjatuh begitu saja, Farel membawanya kembali ke trotoar sebelum lampu kembali berubah menjadi hijau, Lily pasrah saja ketika Farel membawanya berteduh di depan salah satu toko yang tadi dijadikannya tempat untuk memarkir motornya.
Lily sedikit menjauh dari Farel yang kini juga sudah basah karena air hujan yang tak kunjung reda.
"Ini bukan jaket Arkha," ucap Farel yang seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Lily, terlihat jelas dari raut Lily yang berubah begitu melihat jaket yang di pegang Farel.
"Apa Arkha sudah cerita semuanya?" tanya Farel hanya ingin memastikan. Lily diam tanda itu memang benar.
"Termasuk tentang perasaannya?" tanya Farel lagi, hanya iseng bertanya, Farel merasa lucu melihat wajah Lily yang kebingungan seperti sekarang, membuatnya teringat dengan masa lalu.
Dulu, saat Lily dengan wajah kebingungannya yang diam di pojok taman, tidak ada yang mengajaknya ikut bermain, karena Lily sendiri yang terlalu introvert dan takut. Saat itulah Arkha, Juan, dan Farel melihatnya sendirian dan mengajak Lily bermain.
"Mau pulang? Sorry gue nggak pakai mobil, hujannya tiba-tiba, pakai jas hujan aja nggak apa-apa kan?" tanya Farel lagi mengalihkan pertanyaannya yang tadi.
Lily mengangguk kecil. Farel lalu memasukkan jaketnya yang basah tadi ke dalam jok motor, setelah sebelumnya mengeluarkan jas hujan dari sana, kemudian menyuruh Lily untuk duduk di belakangnya.
Lily menurut saja. Karena dia tidak tahu jalan pulang, jika saja Farel tidak ada di sana, dia pasti sudah masuk kedalam daftar orang hilang.
"Makasih," ucap Lily begitu motor Farel telah sampai di depan rumahnya.
"Masuk gih." Lily berbalik untuk masuk ke rumahnya dan Farel kembali melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Lily.
Terlihat dari jendela, lampu di dalam rumah Lily menyala tanda ada kehidupan di dalamnya. Ragu, Lily akhirnya masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak melihat siapa-siapa di ruang tamu, tapi terdengar suara dari dapur, Lily melihat punggung ayahnya yang sedang sibuk di depan kompor. Tama tahu Lily sudah pulang, dia mendengar suara pintu utama yang terbuka.
"Tidur di mana kamu kemarin malam?"
Lily tidak peduli, dia berbalik berniat ke kamarnya untuk bersih-bersih lalu tidur, dia bisa tidur sepuasnya karena kelas XII libur untuk tiga hari ke depan.
Baru saja Lily memejamkan matanya, suara pintu kamarnya terbuka membuat niat tidurnya terjeda.
"Lily?" panggil Tama yang masuk ke kamar Lily.
Lily melihat sekilas nampan yang di atasnya ada piring berisi makanan serta segelas minuman, tapi dia tidak peduli. "Nanti pa, Lily capek." Lily membalikkan badannya sehingga menghadap ke jendela dan membelakangi papanya, kemudian kembali memejamkan mata.
Tama masuk semakin dalam ke kamar Lily dan berhenti tepat di samping ranjang Lily. Tama menaruh nampan yang dia bawa ke atas meja di samping ranjang Lily.
Setelahnya, dia keluar tanpa suara dan menutup pintu kamar Lily. "Maaf," ucapnya lirih.
Sebenarnya Lily belum makan, hanya sarapan pagi tadi di hotel Kris yang sempat mengisi perutnya yang kini sedang berdemo minta di isi lagi. Tapi Lily benar-benar lelah hari itu sehingga dia bisa tidur lelap dalam keadaan lapar, dia tidak peduli.
Tepat pukul 2 dini hari, Tama baru saja menyelesaikan berkas-berkas urusan perusahaan di kamarnya. Dia keluar untuk mengambil air minum dan berjalan ke kamar Lily untuk mengecek keadaan putrinya. Tama melihat nampan makanan yang tadi di bawanya masih utuh, Lily sama sekali tidak menyentuhnya. Dia mengambil dan membereskan makanan itu karena tidak ingin Lily terganggu dengan bau busuk makanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Over [✔️]
Novela Juvenil-Cover by me- [TAHAP REVISI] . . Tiap orang punya caranya masing-masing Arkha yang bersembunyi di antara semak belukar berduri, demi menembakkan peluru kosong pada target di hadapannya tidak ada yang dia dapatkan, selain luka untuk dirinya sendiri, ...