- 2 0

14 12 0
                                    

Pagi hari seperti biasa, Hera dan Kean sudah berada di depan rumah Lily, menunggu Lily untuk mereka berangkat bersama ke sekolah.

"Masih nggak di balas?" Tanya Hera.

Sudah hampir 15 menit mereka menunggu di depan pagar rumah Lily yang terkunci, Hera juga mulai lelah terus memanggil-manggil Lily tanpa mendapat jawaban.

"Belum," jawab Kean yang sibuk menghubungi nomor Lily sedari tadi.

Jika terus menunggu Lily lebih lama, bisa-bisa mereka terlambat sampai di sekolah.

Ponsel Kean berdering menandakan sepuah panggilan masuk.

"Siapa? Lily bukan?" Tanya Hera.

"Angga," jawab Kean yang lalu mengangkat telepon itu.

"Kenapa?" Tanya Kean pada Angga.

"Di mana lo jam segini belum datang? Bolos?" Tanya Angga balik.

"Nggak lah, ini baru mau berangkat," elak Kean.

"Tumben nggak sama Lily, biasa kan kalian bertiga sama Hera," ucap Angga.

"Tau dari mana lo?"

"Itu tasnya Lily udah ada di kursinya, tapi orangnya nggak tau hilang ke mana."

Begitu mendengar ucapan Angga, Kean langsung mematikan sambungan telepon dan menyuruh Hera naik ke mobil.

"Terus Lily gimana?" Tanya Hera karena Kean yang memutuskan untuk berhenti menunggunya.

"Udah sampai di sekolah duluan," jawab Kean yang lalu mulai menyalakan mesin mobilnya dan menaikkan kecepatannya untuk sampai di sekolah.

"Kok bisa?"

"Angga kasih tau tadi."

"Kok gitu sih Ly," rutuk Hera pelan dengan raut wajahnya yang berubah sendu.

"Udah nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa apanya? Dia ngejauhin kita saat dia lagi susah, karena ngira dirinya bakal ngerepotin, terus siapa yang bakal nolongin dia coba? Cerita ke kita aja dia nggak mau."

Hera yang kesal sekaligus sedih kini memilih untuk mengeluarkan buku pelajaran berhubung sebentar mereka try out. Paling tidak kini otaknya hanya dipenuhi dengan rumus-rumus kimia yang sama sekali tidak pernah dia mengerti. Hampir setiap jam pelajaran kimia, Hera pasti tertidur karena asik begadang hampir semalaman hanya untuk marathon drakor ataupun menonton konser EXO, tapi sebenarnya itu tidak masalah karena baginya kimia jauh lebih mudah daripada bahasa inggris.

Sedang Kean yang juga merasakan hal yang sama, memilih untuk diam saja dan fokus menyetir.

• • •

"Dih? Giliran udah dikasih tau malah main putus sembarangan aja," kesal Angga saat Kean yang tiba-tiba saja memutus sambungan telepon secara sepihak.

"Siapa? Lo diputusin pacar? Oh si Michelle?" Tanya Dava santai.

"Kecilin suara lo bangsat," umpat Angga.

"Kenapa emang? Lo nggak mau image cool lo di depan adik kelas berubah jadi senior fanboy pecandu Michelle?" Tanya Dava yang diikuti gelak tawanya dengan volume yang besar.

"BERISIK! Orang lagi belajar jangan ribut!" Teriak Ratu merasa terganggu.

"Lah tumben lo belajar Rat? Ngapain? Emang punya masa depan lo?" Tanya Angga dengan nada mengejek.

"Lo ngajak berantem ya?!" Tanya Ratu mulai emosi.

"Nggak, kata Dava laki-laki yang berantem sama perempuan itu cuma pecundang, beraninya cuma sama yang lemah," ucap Angga.

It's Over [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang