- 1 0

30 24 0
                                    

Setelah berdebat dengan Bu Friska dan Mam Via, Lily dan Ratu dengan berat hati keluar dari ruang guru untuk menjemput Jian, anak Bu Friska.

Beberapa langkah lagi sebelum mereka berdua benar-benar meninggalkan pelataran sekolah, satpam yang biasanya bolos ke Cafe di sebrang sekolah untuk nonton sambil minum kopi tiba-tiba muncul menghadang mereka.

"Mau ke mana masih jam sekolah gini? Bolos kok nggak kreatif amat. Ngebut pakai motor kek, manjat lewat tombok belakang sekolah kek, ini malah terang-terangan," cecar satpam itu membuat Lily serta Ratu membuang nafas berat.

"Pak, kita disuruh jemput Jian anaknya Bu Friska di TK Permata Indah, saya nggak tau itu di mana tapi kata Bu Friska deket kok, bapak nggak perlu antar kami karna Lily tau itu di mana, tolong bapak minggir ya jangan halangi kami, kami udah capek berdebat dan saya jengah dekat-dekat sama si Lily ini, jadi saya mau urusan ini cepat selesai. Kurang jelas pak? jelas kan? oke terima kasih," jelas Ratu panjang lebar.

"Sangat jelas, sebenarnya saya juga nggak mau antar kalian, buang-buang waktu aja. Yaudah hati-hati ya." Pak satpam itu melambai ke arah Lily dan Ratu, Ratu tidak lagi memperdulikannya karena Lily sudah berjalan pergi lebih dulu sedari tadi.

"Saya nggak bisa kalau motor, bisanya mobil. Dih? sombong amat, emang punya mobil lo? pernah naik mobil aja belum." Ratu memulai pembicaraan di tengah perjalanan mereka sambil menirukan nada bicara Lily saat di ruang guru tadi.

"Kuper amat, TK Permata Indah yang tetanggaan sama sekolahnya aja nggak tau," balas Lily mengalihkan pembicaraan balik mengejek Ratu.

"Tetanggaan apanya jauh begini? Menurut lo ini dekat? Oh iya lo kan udah terbiasa jalan kaki jauh-jauh, bayar kendaraan umum aja nggak sanggup." Ratu tak mau kalah.

Lily memilih diam, berdebat dengan Ratu tidak ada akhirnya, selalu saja mencari celah sekecil apapun untuk membela diri.

"Woi."

"Patung lo? Diam amat."

"Bisu."

Kata terakhir dari Ratu sukses membuat Lily menoleh ke arahnya, tapi sebisa mungkin Lily berusaha menendalikan emosinya, tidak lucu jika mereka saling jambak rambut di tengah jalan jam 10 pagi dengan seragam SMA yang masih melekat di tubuh mereka.

"Itu TK nya, sana gih jemput." Lily mengarahkan matanya pada sebuah gedung berukuran sedang yang pekarangannya telah di penuhi oleh anak-anak yang menunggu untuk di jemput.

"Gue? Ogah banget berurusan sama anak kecil. Lo aja sana masuk," tolak Ratu.

Lily yang tentu saja sudah sangat lelah untuk kembali berdebat, berjalan meninggalkan Ratu untuk mencari Jian.

Hati Lily menghangat melihat banyak anak-anak yang bermain dan tertawa bersama. Ingin rasanya Lily kembali ke masa itu juga, bermain bersama teman masa kecilnya, saat semuanya masih baik-baik saja tanpa masalah apapun yang perlahan merenggut senyum dan kebahagiannya.

"Kakak lagi cari orang?" Seorang anak kecil tiba-tiba mendatanginya dan bertanya, mungkin karena melihat Lily yang melihat sekitar dengan pandangan menyelidik.

"Iya, kamu kenal Jian?" Lily berjongkok, menyetarakan tingginya dengan anak laki-laki itu.

"Oh di sana, lagi main sama temannya." Anak kecil itu menunjuk sekumpulan anak yang sedang asik bermain bersama.

"Kamu nggak ikut main?" tanya Lily karena anak itu sendirian dan kelihatannya tidak ada yang mencarinya.

"Tidak, mereka nggak mau kalau aku ikut gabung, kakak mau main sama aku?" pinta anak itu dengan wajah datarnya.

It's Over [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang