- 0 6 writer as

61 40 5
                                    

"Kha, lo kok bodoamat banget ngebiarin dua cewek adu jambak gara-gara jaket lo," heran Farel.

"Salah jaket gue, lagian ngapain dia nyusup ke tas itu," balas Arkha cuek.

Farel diam, itu ulah dia yang dengan bodohnya meminjamkan jaket Arkha pada Lily, yang artinya dia sendiri yang memancing Lily masuk ke dalam kandang harimau.

Farel melirik Arkha yang sedang berkutat dengan buku kimia dan kalkulator kesayangannya, oh iya kalkulator itu bahkan dia beri nama Brainnie, katanya biar kalkulatornya itu betah sama dia, jadi dia bisa gampang ngerjain tugas-tugasnya.

Terkadang Farel bingung dengan tingkah laki-laki dingin itu, yang terkadang agak sinting. Mungkin karena beberapa faktor penghambat kebahagian yang berlebihan sehingga menimbulkan efek phytagoras pada otak malang Arkha. Farel jadi pusing sendiri memikirkan hal tidak penting itu.

Merasa diabaikan dengan Arkha yang sibuk sendiri, dia akhirnya keluar kelas, berniat mencari seseorang.

Farel memasuki perpustakaan yang disambut dengan bau buku yang sangat memabukkan baginya, dia sangat anti berada di sekitar buku-buku tebal yang memuakkan.

Setelah menelusuri perpustakaan, dia mendengus kecil, karena sesuatu yang di carinya tidak ada di sana.

Akhirnya, setelah menjelajahi hampir seluruh sekolah, termasuk WC dan gudang belakang, Farel mendapati seseorang yang di carinya itu berada di kantin, Lily.

Langkahnya yang berniat menghampiri Lily terhenti, begitu melihat kedatangan Ratu, Celle, dan Shia yang mendekati Lily.

"Eh pencuri, mau makan bareng kita nggak?" seru Ratu dengan volume suara yang sengaja dibesarkan, membuat perhatian orang-orang di kantin teralihkan.

"Ya pasti mau dong, nih sekalian gue kasih ayam gratis, daripada lo capek-capek nyuri sebentar," sindir Shia yang memindahkan ayam bakar miliknya ke nampan Lily.

"Lo butuh jus wortel juga nggak? biar mata lo lebih bersih jadi gampang kalau mau nyuri," timpal Ratu yang kemudian menuangkan jus wortel di tangannya ke dalam sepatu Lily. membuat kaki Lily terasa membeku karena dingin.

"Eh ratu, kasian dia nanti nggak punya sepatu lagi." Celle mengucapkan hal itu dengan suara yang dibuat-buat seolah dia merasa empati.

"Dia kan handal, jadi bisa aja nyuri sepatu kita kapan aja, ya kan Ly?" Ratu mengetuk-ngetukkan gelas kaca kosong yang tadinya berisi jus wortel miliknya itu ke kepala Lily.

Tak lama, Ratu dengan mudahnya menghantam kepala Lily dengan gelas kaca itu, membuat gelas kacanya hancur berkeping-keping.

Mereka sejak tadi lagi-lagi sudah menjadi pusat perhatian, ada yang spontan berteriak, ada juga yang menganga. Lily memekik, tubuhnya seketika oleng tapi dia masih memaksakan dirinya berdiri tegak.

Baru saja Lily ingin berteriak protes, suaranya macet di tenggorokan saat seseorang menghampiri mereka.

Arkha datang memberikan segelas cairan berwarna coklat kepada Celle, yang di yakini Lily sebagai coklat panas kesukaannya.

"Kenapa diam aja?" tanya Arkha, pandangannya tajam seolah ingin menusuk Celle detik itu juga.

Arkha kemudian mengarahkan tangan Celle yang sedang memegang coklat panas ke atas kepala Lily.

"Satu."

"Dua."

Arkha menghitung, seolah tahu apa maksud dari tatapan tajam Arkha, Celle membalikkan tangannya sehingga coklat panas itu terjun bebas di atas kepala Lily.

Celle seolah kaget sendiri dengan apa yang baru saja di lakukannya, tapi dia segera mengatur kembali raut wajahnya agar tetap sinis.

Setelah melihat itu, Arkha pergi begitu saja tanpa merasa berdosa sama sekali, sementara Ratu hanya tersenyum puas dengan apa yang barusan dia saksikan.

It's Over [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang