Bab 3, part 4

24 1 0
                                    

"dokter, dokter, ada pasien yang gawat" teriak suster.

Aku teperanjat dari kursi dan sedikit merapikan jas putihku yang kusut.

"mana pasiennya?" aku bertanya pada seorang suster yang sedang duduk.

"itu pasiennya dok, sudah dibaringkan ditempat tidur pasien" jawabnya pelan.

Pada saat aku membuka gordeng pembatas ruangan,yang kulihat hanya seekor kucing dengan nenek-nenek tua. Yang membuatku heran kucing tersebut yang berbaring dan nenek tua itu duduk dikursi sebelah tempat tidur.

"loh sus, mana pasiennya?" aku bertanya lagi untuk memastikan karena aku sangat kebingungan.

"itu kucingnya sakit dok" rumah sakit ini memang melayani pengobatan hewan juga"

"tapi kan saya ini dokter manusia suster, bagaimana bisa aku mengobati hewan, ini membuatku gila, apa harus aku pindah jurusan dan kuliah lagi dijurusan kedokteran hewan"

"kalau dokter tidak bisa, ya tidak usah diobati" ucap nenek pemilik kucing itu lembut.

"nek, aku bisa mengobati kucing nenek, silahkan nenek tinggalkan kami berdua, supanya kucing nenek berjenis kelamin perempuan karena sedari tadi terus menatapku"

Para suster pun tertawa mendengar kekesalanku.

Rupanya ada yang mengerjaiku, dan suara tertawa paling keras terdengar dibalik gordeng ruangan sebelah. Dari suaranya seperti perempuan, dan tak lama kemudian orang yang tertawa keras itu menampakkan dirinya, dia dokter muda yang sangat cantik, dia adalah senior dirumah sakit ini. Dia sengaja mengerjaiku sebagai juniornya, lalu dia menatapku dengan tatapan yang mengerikan. Seolah-olah ini adalah sambutan kedatanganku.

Dia bernama Kim Hye Sun, parasnya begitu cantik namun aku tidak tertarik dengannya.
Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya seolah mengajak berkenalan namun aku sudah membaca nama dikartu identitasnya.

"siapa namamu?" dia bertanya dengan masih mengulurkan tangannya.

"namaku Ali, aku lahir di riyadh tapi dibesarkan disini, dan aku juga berdarah indonesia" aku menjelaskan negara apa saja yang berhubungan denganku.

"senang bertemu denganmu, semoga kamu bisa bertahan disini" dia langsung berlalu meninggalkanku, dan memanggil nenek tadi.

"ayo sini nek kita makan bersama, biarkan saja chiko disitu" rupanya itu adalah nenek dari dokter tadi, dan kucing itu berjenis kelamin laki-laki. Pantas saja orang-orang disini tertawa terbahak-bahak.

"rupanya aku salah menebak jenis kelaminnya" aku berbicara pada diriku sendiri.

Pada saat istirahat makan siang aku memutuskan untuk makan diruanganku saja, karena kantin disini kebanyakan perempuan, mungkin laki-lakinya bisa dihitung hanya pakai jari, tidak terlalu ramai, ya disini memang sepi sekali.
Bahkan meja kantin pun hanya beberapa buah saja, ibu penjual pun bertanya apa yang mau aku beli. Setelah selesai membayar aku kembali kedalam ruang kerjaku disana tidak terlalu besar namun cukup luas untuk satu orang saja, didalam ruangan ini harusnya ada 3 dokter namun dua dokter yang lain tidak pernah terlihat disini, sembari menyantap makan siangku aku kepikiran Nur lagi, kenapa dia tidak membalas suratku.
Mungkin setelah selesai magang disini aku akan ke Indonesia untuk memastikan mereka baik-baik saja disana. Aku kan sudah janji akan menjaga mereka, namun ditengah-tengah lamunanku ada yang membuka pintu kemudian langsung masuk, ternyata itu adalah dokter yang tadi mengerjaiku dengan kucing neneknya.

"apa tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?" Aku sedikit membuatnya terkejut.

"kukira disini tidak ada orang, oh ya kamu jaga malam ya, aku ada urusan" dia terlihat buru-buru dan mengambil beberapa barang yang ditinggalkan di dalam loker.

Apa boleh buat, lagipula mau jaga sampai beberapa haripun tidak masalah. Karena tidak ada satupun pasien yang datang kerumah sakit ini jadi aku bisa sepuasnya tidur.

Baru sebentar rasanya aku sudah tidak ingin lagi bekerja disini lebih lama lagi. Tidak bertahan satu bulan, hanya genap satu minggu aku langsung mengundurkan diri dan pak rasyid akan menjemputku sore ini.
Orang-orang yang tidak bersahabat dan rumah sakit yang tidak memiliki pasien ini bukan tempat kerja yang aku inginkan.

Setelah proses pengunduran diri selesai aku langsung berpamitan dan meminta maaf pada direktur rumah sakit, karena aku tidak sanggup bertahan disini dengan kurun waktu yang sudah ditentukan.

Pak Rasyid membukakan pintu mobilku, dan akupun kembali kerumah, setelah sampai didepan gerbang aku selalu membuka kotak suratku, aku harap ibu atau nur membalas suratku.

"pak tolong pesankan tiket pesawatku untuk terbang ke Indonesia, kali ini aku akan berangkat kesana karena perasaanku sudah tidak enak"

"baik tuan" jawab pak rasyid pelan.

Akupun tertidur karena perjalanan pulang membuatku sangat lelah, beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu yang keras.

Rasanya untuk membuka mata saja aku tidak sanggup, lalu aku mengabaikannya.
Setelah aku bangun dari tidur, lalu pak rasyid masuk kekamarku.

"tadi saya ketuk pintu tuan, namun tidak ada jawaban, saya berpikir bahwa tuan sedang istirahat, ini tiket pesawat untuk keberangkatan besok, jangan sampai terlambat lagi tuan"

"terima kasih pak, apa bapak tidak mau ikut dengan saya kesana?"

"tidak tuan, saya akan tetap disini saja" Jawabnya ramah.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang