Bab 5, part 3

18 2 0
                                    

Pagi itu waktunya aku pulang dan sebelum aku pulang aku cek ponsel yang aku keluarkan dari saku kananku. Ada missed calls dari nomer yang tidak aku kenal. Mungkin itu hanya iseng, aku pulang ke apartemen untuk menghabiskan hari ini untuk tidur, mataku sudah sangat lelah.

Di sela-sela tidurku ponselku terus berbunyi, aku mengangkatnya tanpa melihat nama, aku sangat mengantuk sekali.

"assalamuailku" suaranya perempuan.

"walaikumsalam"

"ini Ali?"

"iya ini siapa ya?"

"ini aku Nur, maaf kemarin kamu menunggu lama ya?"

Aku langsung terperanjat dari posisi tidurku.

"iya gak apa-apa kok, aku tau kamu sibuk"

"soal yang kamu sampaikan ke anggun mengenai liburan itu?"

"iya aku mengambil cuti satu minggu, dan aku ingin ngajak kamu sama Anggun untuk liburan, hanya keliling jawa saja sih"

"keliling jawa? dari jawa barat?" tanyanya.

Aku tertawa "tidak maksud aku itu hanya keliling jawa timur saja"

"aku mau Al, aku udah izin kok sama bos besar"

"beneran? yaudah besok kita berangkat, hari ini kamu prepare saja ya perlengkapan yang akan dibawa selama liburan"

"oke, kita gak butuh tour guide?"

"gak usah, kita bertiga saja. Lagian kan kamu sudah lama tinggal disini, masa iya kamu tidak tahu"

"aku kan cuman nanya, yaudah aku mau lanjut kerja lagi, sampai nanti ya"

"wassalamualaikum"

"walaikumsalam"

Kenapa dia jadi perempuan yang lemah lembut seperti itu ya, padahal dulu dia galak.

Aku kembali melanjutkan tidurku, hari ini aku libur. Dan besok sudah bisa ambil cuti, siap-siapnya nanti malam saja. Selepas aku bangun, aku langsung menulis daftar daerah yang akan aku kunjungi bersama kedua adikku.

Aku menulisnya dengan tinta yang berwarna merah muda, kenapa sih aku bisa suka warna seperti ini. Tapi memang tidak bisa dibohongi ini sangat lucu.

Sepertinya dimulai dari liburan ke pantai, setelah itu mengunjungi situs-situs kuno yang terdapat disini, berkuliner, mendaki dan berkemah, sebelum pulang harus berbelanja oleh-oleh dulu. Aku harus menyiapkan kameraku, karena rasanya belum sempurna jika tidak mengambil gambar pada saat liburan.

Aku membawa tas kecil untuk membawa baju dan tas kamera. Aku harus mengosongkan bagasiku karena barang-barang mereka pasti lebih banyak.

Bunyi dering ponsel ternyata Anggun menelponku.

"assalamualaikum kak?"

"walaikumsalam"

"kak aku harus bawa baju hangat gak?"

"ya dibawa, siapa tau pas ada kamu jadi turun salju"

"oh yaudah makasih kak. Wassalamualaikum"

"udah gitu doang? gak nanya kakak udah makan atau belum atau apa kek gitu?"

Tut tutt tut dan teleponnya sudah dimatikan.

"wa, walaikumsalam" aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku, belum selesai ngomong udah di matiin.

Malam itu aku tidak merasa kesepian lagi, karena semenjak bertemu nur dan anggun aku merasa punya teman, walaupun jarak kami lumayan jauh ya tapi tetap masih satu pulau.

Oh ya istri pak Rasyid sudah melahirkan anak ke-3nya. Sudah lama aku tidak pulang kekorea. Kuharap pak Rasyid akan tetap sehat dan tetap semangat meneruskan perusahaan ayah. Dia pria paruh baya yang sangat pandai, teliti dan juga perhatian. Terkadang aku merasa rindu dengan kumis dan janggut hitam lebatnya itu, mungkin sekarang sudah berganti warna. Selesai solat isya aku menulis puisi, bukan puisi sedih lagi. Tapi puisi yang menggambarkan suasana hatiku sekarang.

Aku selalu merasa kesepian
Tapi sekarang tidak lagi
Aku selalu sedih sendirian
Tapi sekarang tidak lagi

Tiap hujan datang
Aku melihat senyuman ayah dari setiap tetesnya
Kerinduan ini, sudah tak terbendung lagi
Tawa riang ibu seolah terdengar selepas hujan itu menggenang
Tangis sang adik yang tak dapat kudengar lagi
Kini aku sudah dewasa
Aku sudah mengerti apa itu pergi
Aku sudah mengerti apa itu hilang
Aku juga sudah mengerti apa arti tak kembali

Tak terasa air mata menetes persekian detiknya, dan membasahi kertas yang berisikan puisi yang kutulis. Mungkin ini arti kerinduan yang sebenarnya. Tak dapat dibicarakan, tak dapat digambarkan karena memang aku tidak bisa menggambar. Hanya bisa ditulis dengan tangan yang bergetar, seolah dia tau pemiliknya sedang kesakitan.

Malam itu tidak hujan tetapi sangat dingin, aku memakai baju hangatku yang bermotif bunga. Dulu baju hangat ini dibelikan ibu pada saat musim dingin dikorea, tapi masih sangat kebesaran. Dan baru sekarang cukup di badanku walau agak sedikit ketat, kenapa ibu memperlakukanku seperti anak perempuan, padahal dulu aku sudah SMA tapi masih saja dibelikan baju dengan warna dan motif seperti perempuan. Tapi aku sayang ibu.

Wanita jawa itu memang sangat manis kalau tersenyum, pantas saja ayah menyukainya. Rindunya disudahi dulu, aku mau istirahat, besok aku harus menjemput dua orang yang sangat menggemaskan dan memulai untuk liburan.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang