Bab 4, part 7

29 0 0
                                    

Setelah mendapatkan barang yang sudah kucari aku kembali penginapan, seperti biasa sudah solat ashar aku langsung berbaring dikasur sambil mendengarkan musik, tiba-tiba ponselku bergetar tanda ada pesan masuk. Ternyata itu dari anisa.
*lewat pesan*
'kak ali, kakak sedang sibuk atau tidak ?'
'tidak, memangnya kenapa ?'
'padahal tadinya aku mau mengganggu'

Aku tersenyum sedikit, dasar anak ini.
Aku sangat mengantuk sekali, belum sempat mandi, aku sudah tertidur.
Adzan magrib diponselku membangunkanku, dan akupun segera menunaikan solat. Sembari menunggu isya, aku sudah lama sekali tidak mengaji aku membuka alquran yang ada diponselku. Kubaca sampai waktu isya tiba.
Malam-malamku selalu sama, selalu sendiri. Apa aku harus menulis puisi lagi?.
Judulnya kira-kira 'malam'. Ah bukan-bukan mungkin 'sepi'.
Sepi ini terus menemaniku setiap malam datang, lalu lintas yang jarang lagi ada yang berlalu lalang. Aku sendirian, aku tidak punya teman. Apa aku harus membeli teman, maksudku seekor hewan. Hewan yang tampan.

Ya, benar aku harus membeli peliharaan, aku langsung terperanjat dari kasurku. Untuk pergi ke pet shop, mungkin aku akan membeli seekor kucing saja.
Sesampainya di toko hewan peliharaan. Aku langsung memilih kucing yang memang sangat lucu yang bisa menemaniku selama menunggu panggilan dari rumah sakit.
Akhirnya aku memilih kucing jenis persia, aku memilih warna coklat, supaya tidak gampang kotor.
Setelah cocok dengannya aku membawa kekasihku ini ke kasir. Aku tidak akan menghabiskan malam sendirian lagi. Setidaknya ada yang bisa mendengarkan curahan hatiku nanti, meskipun dia tidak bisa bicara ya tidak apa-apa.
Dia sepertinya perempuan, setelah aku tanya pada penjualnya, itu adalah laki-laki, tapi kenapa sangat cantik. Penjualnya malah mengernyitkan dahinya.
"Akhirnya kau jadi milikku" sambil kudendong-gendong ke atas
"kamu jangan pipis sembarangan ya"
"meong meoong"
"kukira kucing persia bunyinya bukan meong"
Selama di mobil kucing itu hanya diam saja dan memperhatikanku menyetir, aku belum terpikirkan nama untuk kucing ini. Mungkin nanti saja kalau sedang melamun. Pasti akan datang dengan sendirinya nama yang bagus untuknya.
Aku kembali kepenginapan, untuk segera beristirahat, hari-hariku sekarang sudah tidak sendiri lagi, ya aku sudah punya teman hidup. Maksudku teman yang hidup, selama menunggu e-mail. Aku hanya menghabiskan dengan jalan-jalan setiap harinya bersama chiko, ya nama kucing itu adalah chiko. Aku teringat nama kucing teman sipenulis, Lagi pula kan kucingnya berjenis kelamin laki-laki.
Oh ya hari itu hari rabu, e-mail dari rumah sakit tempatku melamar pekerjaan akhirnya datang juga, ya isinya hanya sebuah panggilan untukku untuk melalui tahap seleksi test berupa ujian tulis. Mudah-mudahan aku bisa lolos. Dan bisa bekerja secepatnya di rumah sakit itu.
3 hari kemudian aku mencari setelan jas lengkap, karena pakaian yang harus digunakan pada saat test adalah kemeja putih dan celana hitam disertai jas dan juga dasi.
Ya aku berpamitan dengan kekasihku, maksudku chiko. Doakan papa nak semoga bisa diterima. Aku mengelus kepalanya dan semakin yakin kalau dia butuh kasih sayang seorang ayah.
Aku melajukan kendaraanku dengan cepat karena sudah tidak sabar untuk menjalani testnya, selama 3 hari itu aku pelajari lagi ilmu-ilmu yang sudah ku tempuh dikorea sana. Semoga soal-soalnya tidak jauh dari ujian yang aku laksanakan disetiap semesternya. Aku berdoa terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan test. Ternyata pesaing-pesaingku tidak kalah keren. Bahkan disana ada yang memakai kacamata hitan didalam ruangan. Aku khawatir dia salah memilih jawaban pada kertasnya. Disana juga banyak terdapat dokter perempuan yang baru lulus juga sama sepertiku, cantik-cantik tapi sama sekali tidak membuat aku tertarik. Makin kesini aku semakin takut kalau memang aku tidak suka perempuan apa yang harus kulakukan. Pikiran-pikiran konyolku selalu saja menghantui pada saat aku melihat salah satu dari mereka, mereka sama sekali tidak senyum padaku, mereka seperti zombie yang akan segera memakan otak milikku. Pada saat kertas soal sudah dibagikan, aku memaksa fokus hanya pada kertas saol saja. Dalam waktu 4 jam aku harus menyelsaikan 200 soal essay yang berisi tentang kasus-kasus didunia kedokteran. Pada saat jam ke-3 aku langsung mengumpulkan jawabanku, karena alhamdulillah sekali, soal-soalnya sama persis dengan soal ujian dikorea sana mungkin hanya beda bahasa saja. Semua orang yang mengikuti test diruangan itu melihat ke araku sekitar 12 orang kuhitung dari pojok belakang sampai kursi depan memasang wajah yang seolah-olah tidak percaya.
Aku menyelesaikannya lebih cepat satu jam dari waktu yang sudah ditentukan. Aku juga tidak lupa megucap syukur, karena soalnya tidak sulit seperti yang kukira. Katanya besok hasilnya sudah bisa dilihat di e-mail. Kalau aku lolos tahap ini aku akan masuk ketahap psikotest, dan terakhir aku akan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Aku pulang dengan hati yang tenang, kalau aku sudah pasti diterima dirumah sakit ini aku akan mengontrak rumah saja, aku kembali ke mobil untuk pulang. Karena ku tahu chiko pasti sudah khawatir dan mengembik di dekat pintu, Maksudku mengeong.
Benar saja makanannya sudah habis, dan dia tidak bisa menuangkan makanan yang masih diplastik, nanti kamu harus belajar menuangkan makanan sendiri ya kalau aku diterima bekerja pasti aku sangat jarang bersamamu.
Aku menuangkan makanan untuknya, dan segera masuk ke kamar mandi, sepertinya hari ini jadwalku untuk keramas. 200 soal essay yang tadi rasanya masih berputar-putar dikepalaku, mudah-mudahan kalau keramas akan hilang.
Hari ini sepertinya akan tidur lebih awal setelah solat isya mungkin aku akan langsung tidur, aku mengelus kepala chiko.
Adzan subuh sudah berkumandang, aku segera mengambil wudhu, selesai solat aku langsung cek e-mail dari pihak rumah sakit ternyata belum ada. Mungkin dalam waktu 24 jam.
Hari ini aku mengajak chiko untuk berolahraga. Belum seminggu dia sudah gendut, aku mengajaknya lari disekitar taman. Tapi tetap saja ia ingin digendong. Ditaman aku melihat penjual jamu yang berkeliling, banyak sekali pembeli yang menghampiri, yang aku herankan banyak anak-anak kecil disana. aku sangat bingung karena pengetahuanku jamu rasanya sangat pahit dan anak kecil tidak akan suka rasanya, aku menghampiri sipenjual jamu tersebut, aku juga ingin membelinya karena badanku selalu merasa pegal akhir-akhir ini. Aku memperhatikannya ternyata jamu tersebut dalam bentuk eskrim dengan bahan dasar jahe yang dibekukan. Pantas saja banyak anak-anak kecil yang membelinya, aku juga membeli 2 buah eskrim jamu itu untuk chiko, tak lupa aku juga memotretnya sipenjual jamunya dengan kamera polaroidku. Untuk menambah koleksi fotoku saja. Aku mencari tempat duduk yang teduh untuk memakan eskrim ini bersama chiko. Akhirnya aku menemukannya, pohonnya begitu rindang dan nyaman sekali saat berada dibawahnya. Terik matahari kian menyengat hari itu, rasanya membeli eskrim tidak akan sia-sia. Tapi chiko enggan memakannya, yasudah biar nanti aku saja yang makan, disampingku ada perempuan yang sedang bermain biola, begitu indah suara biolanya, chiko sampai tertidur disampingku.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang