Bab 8, part 2

17 1 0
                                    

" kamu nulis apa?" tanya istriku.
" puisi buat kamu" jawabku
" aku gak mau puisi " rengeknya
" lalu maunya apa ?" tanyaku bingung
" tolong antarkan aku" dia berdiri dan menggendong junior
" loh kamu mau bawa junior kemana?"
" kita ke panti asuhan"
" astagfirullah, kamu mau titipin junior kepanti asuhan?" aku terkejut
" bukan , aku udah bikin baju buat anak-anak panti" jawabnya
" subhanallah, yaudah yuk"
Ada beberapa baju anak yang sengaja dijaitkan nur untuk anak-anak panti, aku mengantarnya dengan pajero sportku. Junior duduk dilahunan wanita cantik yang berada disampingku, dia hanya mengajak junior bercanda sepanjang jalan, namun dia sama sekali tidak mengajakku bercanda. Ya memang semenjak kami punya junior, aku merasa terasingkan. Sesampainya dipanti asuhan muara bunda terlihat pengurus panti sedang berdiri didepan sepertinya memang dia sengaja untuk menyambut kami. Mungkin mereka kira kami adalah orangtua yang akan mengadopsi salah satu anak disini, kami turun, dan sekarang adalah tugasku untuk menggendong junior, dan istriku yang menurunkan semua plastik yang berisi baju dari bagasi mobil, kami dipersilahkan masuk kedalam oleh si pengurus panti ya sebut saja ibu atik, dia yang mengelola panti dari tahun 1990. Total anak yang tinggal disini sekitar 31 anak, diantaranya ada 5 yang masih bayi. Ibu atik dengan 5 rekannya yang lain mengadakan kegiatan sosial untuk para anak yang tidak memiliki orangtua ataupun anak yang tinggal dijalanan, ibu atik tidak termasuk investor dalam pembangunan panti ini. Kami sedikit mengulik informasi asal-usul panti ini. Ternyata dulu ini adalah bangunan rumah Tua yang sudah tidak berpenghuni, karena sudah lama tidak dipergunakan, maka bu atik dan teman-temannya berinisiatif untuk membangun kembali rumah tersebut menjadi panti asuhan seperti sekarang ini.
" dulu kami mengangkat 10 anak yang tinggal dijalanan dengan makan dan pakaian yang seadanya, kami ini bukanlah orang kaya. Namun kami ingin membantu anak-anak yang kesulitan dalam hidup semasa kecilnya. Kami hanya mempunyai dana dari hasil menjual aneka kerajinan tangan yang hasil penjualannya kami belikan beberapa baju dan bahan dasar memasak. Jelas bu atik dengan ramah
"bu, kami kesini ingin memberikan sedikit bantuan yang berupa kebutuhan sandang anak-anak panti ini, walaupun tidak begitu bagus, insya allah bermanfaat" istriku memberikan pakaiannya kepada bu atik
"terima kasih bu nur dan bapak ali, kami sangat senang kalian mengunjungi panti kami, semoga apa yang telah diberikan menjadi berkah untuk semuanya" bu atik menerima plastik yang diberikan istriku
Kami masih ingin bermain dengan anak-anak disini, mereka sangat sopan, aku yakin bu atik dan rekan-rekannya sangat mendidik anak-anak disini. Kulihat ada 5 bayi yang sedang tidur di kamar yang sedikit luas. Dan bu atik menghampiri kami
"semua orangtua bayi ini sungguh sangat sedih meninggalkan mereka disini, bayi yang seharusnya mendapatkan asi tetapi mereka tidak mendapatkan haknya sebagai bayi yang baru lahir. Katanya orangtua bayi ini semuanya tidak mampu untuk membeli pakaian ataupun keperluan yang dibutuhkan, itulah alasannya mereka meminta kami untuk merawat bayinya"
"ya allah, lalu siapa yang memberikan asi selama mereka disini bu ?" tanya istriku, dia terlihat sedikit prihatin.
"kami memberikan susu formula saja bu, alhamdulilah ada beberapa penyumbang dana untuk panti ini" jawab bu atik
"suami ? kalau junior punya kembaran boleh gak ?" nur melihat ke arahku sambil memasang wajah yang menggemaskan.
"kamu mau adopsi salah satu diantara mereka ?" tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.
Istriku mengangguk dan menunjuk bayi perempuan yang ada di kasur paling ujung
Aku berpikir sebentar dan mengajak istriku untuk berbicara berdua.
"nanti saja ya kalau junior sudah besar, baru kita berikan adik untuknya"
"baiklah" dia tersenyum
Karena tujuan kami kesini sudah selesai, maka kami bertiga pamit kepada pengurus panti dan anak-anak disana.
"sandrina kapan mau kesini mas ?"
"katanya lusa dia baru mau berangkat, katanya masih sibuk" jawabku sambil menyetir.
Junior sedang tidur di pangkuan istriku, dia baru berusia 2 bulan jadi masih hobi memejamkan mata. Saat lampu merah ada dua orang anak kecil menawarkan minuman, memang minumannya tidak dingin, teapi hari ini sangat terik sekali matahari tepat berada di atas kepala, tapi mereka masih giat mencari uang. Padahal masih usia sekolah dasar, karena lampu merah disini agak lama, aku mengajak mereka berbicara
"dek, sini saya mau beli" aku memanggil kedua anak perempuan tersebut
"minumannya pak ? mau beli berapa ? mereka langsung senang menghampiri kami"
"saya beli dua ya, berapa harganya ?"
"satunya 3 ribu pak dia mengambil dua botol minuman dari wadah yang ia bawa"
Aku memberikannya selembar seratus ribuan, mereka sangat panik karena lampu akan berubah menjadi hijau namun mereka tidak punya kembaliannya. Salah satunya berlari kearah toko sembako berniat ingin menukarkan uagnya. Lalu yang satunya lagi memperhatikan lampu merahnya yang 20 detik lagi akan berganti hijau.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang