Aku bertanya pada nur, apakah sandrina sudah ada dirumah, dia menjawabnya belum. Ponselnya masih sulit untuk dihubungi, akupun langsung tidur malam itu. Besok aku kembali dinas pagi,sepertinya aku akan sedikit terlambat karena sudah pukul 01.00 malam mataku tidak bisa di pejamkan, pikiran yang kalut menyelubungi otakku. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih malam itu, sampai waktu subuh tiba aku masih belum juga tidur, dan setelah solat aku memejamkan mataku yang lelah ni, akhirnya 2 jam aku berhasil beristirahat. Saat aku masuk ruangan dokter, semuanya tampak melihat kearahku, aku datang dengan langkah yang lesu dan mataku seperti panda.
"dok, matanya bagus banget" ucap fani si koas cantik sembari menertawakanku
"iya sih kok bengkak banget" sambung dokter diana
"tadi malem digigit semut" aku menutup mataku sambil berjalan ke mejaku
Dan pecahnya suara tertawa mereka berdua, aku hanya menunduk dan rasanya ingin tidur di meja. Pagi ini mataku malah mengantuk, padahal tadi aku sudah minum kopi. Hari ini ada 5 dokter yang berjaga di UGD dua dokter lain sedang mengambil tindakan, sementara sisanya hanya duduk manis di mejanya masing-masing termasuk aku. Aku hanya menopang dagu dengan memasang wajahnya yang lesu.
"hey, kamu lagi ada masalah ya ?" tanya dokter diana
"tidak dok, aku hanyabelum makan saja" jawabku
"saya tadi beli bubur ayam didepan, kamu makan aja, kebetulan saya masih belum laper" dokter diana memberikan plastik yang berisi bubur ayam yang masih hangat itu
Dan fani juga menghampiriku dia memberikan teh manis hangat dan disimpan dimeja tanpa bicara sepatah kata pun. Aku heran dengan mereka berdua, mereka terlihat aneh. Aku hanya memandang bubur dan teh manis, rasanya aku memiliki selera makan yang buruk. Aku melihat ke arah kananku, dokter diana sedang memandangiku dengan raut yang sepertinya kasihan, di sudut lain fani juga memandangiku. Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka berdua, akupun memakai jasku dan mengalungkan stetoskop dileher, saat aku mulai melangkah dari meja kerjaku mereka berdua berteriak dengan kompak.
"dokter istirahat aja"
"kamu istirahat aja"
Aku menoleh ke arah mereka berdua dengan raut muka yang keheranan
"ada apasih dengan kalian berdua?" tanyaku
Mereka malah menunduk dan pura-pura memainkan balpoin di atas selembar kertas yang berada di atas meja mereka. Aku keluar ruangan dan memperhatikan mereka dari kaca pintu luar. Terdengar pembicaraan mereka yang sepertinya akan membicarakanku
"hey kamu koas, kamu suka sama ali ? ngapain pake ngasih teh manis segala ?"
"dokter yang terhormat saya punya nama, nama saya fani. Kalaupun saya suka sama dokter ali itu sama sekali bukan urusan dokter"
"jelas menjadi urusan saya karena dokter ali itu calon suami saya"
Whaaaaaaat? calon suami apanya, pertama aku masuk dia sering memarahiku dan sekarang tiba-tiba mereka merebutkanku, apa ada yang salah dengan rumah sakit ini.
"apa dok ? calon suami ? tanya fani
iya memangnya kamu belum tau ? kami akan menikah bulan depan"
Aku langsung masuk lagi kedalam, mataku melotot dengan mulut yang menganga.
"kalian ini sedang membicarakan apasih" tanyaku
"apa bener dokter mau nikah sama dokter diana?" tanya fani sembari cemberut
"nikah ? nikah apasih ? siapa yang mau nikah ? itu semua bohong, rumah sakit ini adalah tempat untuk bekerja, bukan tempat untuk menggosipkan yang aneh-aneh" aku kebingungan. Dokter diana pun langsung keluar dari ruangan ungkin dia malu dengan perkataannya yang tidak benar.
Sepulang dinas aku dan nur berencana untuk bertemu di cafe yang letaknya lumayan jauh dari apartemenku, kami ingin membahas soal sandrina, sesampainya di cafe, sudah terlihat nur duduk di meja bernomor 4 itu sedang asyik memainkan laptopnya. Sepertinya dia belum menunggu lama disini. Karena pelayan baru saja memberikan dua gelas kopi ke atas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]
Casuale"Kau ini apasih? tiba-tiba datang membawa berita buruk, dan tiba-tiba juga ingin berada di sekitarku?"~Nur "Aku ini malaikat pelindungmu, aku diutus datang kesini oleh ayahmu"~Ali