Bab 7, part 2

15 1 0
                                    

Aku bertanya pada nur, apakah sandrina sudah ada dirumah, dia menjawabnya belum. Ponselnya masih sulit untuk dihubungi, akupun langsung tidur malam itu. Besok aku kembali dinas pagi,sepertinya aku akan sedikit terlambat karena sudah pukul 01.00 malam mataku tidak bisa di pejamkan, pikiran yang kalut menyelubungi otakku. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih malam itu, sampai waktu subuh tiba aku masih belum juga tidur, dan setelah solat aku memejamkan mataku yang lelah ni, akhirnya 2 jam aku berhasil beristirahat. Saat aku masuk ruangan dokter, semuanya tampak melihat kearahku, aku datang dengan langkah yang lesu dan mataku seperti panda.
"dok, matanya bagus banget" ucap fani si koas cantik sembari menertawakanku
"iya sih kok bengkak banget" sambung dokter diana
tadi malem digigit semut aku menutup mataku sambil berjalan ke mejaku
Dan pecahnya suara tertawa mereka berdua, aku hanya menunduk dan rasanya ingin tidur di meja. Pagi ini mataku malah mengantuk, padahal tadi aku sudah minum kopi. Hari ini ada 5 dokter yang berjaga di UGD dua dokter lain sedang mengambil tindakan, sementara sisanya hanya duduk manis di mejanya masing-masing termasuk aku. Aku hanya menopang dagu dengan memasang wajahnya yang lesu.
hey, kamu lagi ada masalah ya ? tanya dokter diana
tidak dok, aku hanyabelum makan saja jawabku
saya tadi beli bubur ayam didepan, kamu makan aja, kebetulan saya masih belum laper dokter diana plastik yang berisi bubur ayam yang masih hangat itu
Dan fani juga menghampiriku dia memberikan teh manis hangat dan disimpan dimeja tanpa bicara sepatah kata pun. Aku heran dengan mereka berdua, mereka terlihat aneh. Aku hanya memandang bubur dan teh manis, rasanya aku memiliki selera makan yang buruk. Aku melihat ke arah kananku, dokter diana sedang memandangiku dengan raut yang sepertinya kasihan, di sudut lain fani juga memandangiku. Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka berdua, akupun memakai jasku dan mengalungkan stetoskop dileher, saat aku mulai melangkah dari meja kerjaku mereka berdua berteriak dengan kompak.
dokter istirahat aja
kamu istirahat aja
Aku menoleh ke arah mereka berdua dengan raut muka yang keheranan
ada apasih dengan kalian berdua ? tanyaku
Mereka malah menunduk dan pura-pura memainkan balpoin di atas selembar kertas yang berada di atas meja mereka. Aku keluar ruangan dan memperhatikan mereka dari kaca pintu luar. Terdengar pembicaraan mereka yang sepertinya akan membicarakanku
hey kamu koas, kamu suka sama ali ? ngapain pake ngasih teh manis segala ?
dokter yang terhormat saya punya nama, nama saya fani. Kalaupun saya suka sama dokter ali itu sama sekali bukan urusan dokter
jelas menjadi urusan saya karena dokter ali itu calon suami saya
Whaaaaaaat calon suami apanya, pertama aku masuk dia sering memarahiku dan sekarang tiba-tiba mereka merebutkanku, apa ada yang salah dengan rumah sakit ini.
apa dok ? calon suami ? tanya fani
iya memangnya kamu belum tau ? kami akan menikah bulan depan
Aku langsung masuk lagi kedalam, mataku melotot dengan mulut yang menganga.
kalian ini sedang membicarakan apasih tanyaku
apa bener dokter mau nikah sama dokter diana? tanya fani sembari cemberut
nikah ? nikah apasih ? siapa yang mau nikah ? itu semua bohong rumah sakit ini adalah tempat untuk bekerja, bukan tempat untuk menggosipkan yang aneh-aneh " aku kebingungan. Dokter diana pun langsung keluar dari ruangan ungkin dia malu dengan perkataannya yang tidak benar.
Sepulang dinas aku dan nur berencana untuk bertemu di cafe yang letaknya lumayan jauh dari apartemenku, kami ingin membahas soal sandrina, sesampainya di cafe, sudah terlihat nur duduk di meja bernomor 4 itu sedang asyik memainkan laptopnya. Sepertinya dia belum menunggu lama disini. Karena pelayan baru saja memberikan dua gelas kopi ke atas mejanya
hey udah lama ? aku langsung duduk sambil menyapanya
nggak kok, baru aja dia melemparkan senyum yang sangat manis padaku
sandrina belum ada kabar juga ? tanyaku
udah al, bener kata kamu dia pulang kerumahnya yang di jakarta, lusa dia kesini kok tapi nggak akan lama katanya
terus soal nama ayahnya kamu udah tau ? tanyaku lagi
ini yang akan kita bahas, aku minta ketemu buat bahas ini
bukan ayahnya kan pelakunyanya ? aku salah ya ?
nama ayahnya benar sutoyo
" astagfirullah, aku gak tahu lagi harus bilang apa"
dan yang menggantikan atas hukumannya adalah ayahku jawab nur
dia sudah tahu tentang ini ?
belum, dia masih belum tau
kita harus tau jawabku tegas
Nur hanya mengangguk, dan meminum kopi yang sudah daritadi dipesannya.
nur, direktur kamu yang terlibat kecelakaan dengan orangtua sandrina bagaimana keadaannya ?
keadaannya tentu sangat kurang baik, dia kehilangan anak semata wayangnya dan kedua kakinya, dia sangat terpuruk. Dia menyerahkan perusahaannya padaku. Seperti kurang semangat untuk hidup, sekarang dia masih dirawat dirumah sakit singapore
Ya Allah seemoga diberi ketabahan atas apa yang menimpanya
amin jawab nur
kamu gak akan benci sandri kan nur ?
malah aku yang khawatir kalau kamu yang benci dia
Aku menggelengkan kepalaku, jelas ini bukan salahnya, dia anak yang baik, lucu dan selalu menemaniku. Berkat dirinya juga aku bertemu dengan nur lagi. Semua ini memang sudah ada yang mengatur. Senja di tanah jawa yang selalu membuat nur sedih akan ku ubah menjadi senja yang sering membahagiakan nur dalam hari-harinya. Dia punya mata yang indah, kasihan kalau hanya digunakan untuk menangis saja.

Lusa kami kedatangan sandrina dan kami akan memberitahu kasus yang menyangkut kami bertiga, kami berdua meminum kopi bersama yang manisnya sama seperti yang memesannya.
Lusa telah tiba, anak lucu itu akan berkunjung . tetapi aku tidak tahu bagaimana reaksinya kalau mendengar semuanya. Dia tersenyum dari kejauhan dan menghampiriku di bangku taman, waktu itu nur belum datang.
Sandrina memeluk erat tubuhku sembari menangis
aku kangen kakak
Aku tidak membalas pelukannya hanya mengusap rambutnya dan menyeka air matanya
kakak juga rindu adik kecil yang lucu seperti kamu
aku diterima jadi mahasiswi kedokteran di jakarta sana dia melepaskan pelukannya
really ? you want to be a doctor ? aku memastikan apa yang dia katakan itu
yes, of course dia tersenyum
oh my lovely, semangaaaat ya semoga jadi dokter yang amanah aku mengusap kepalanya
Lalu dari kejauhan aku melihat perempuan yang akhir-akhir ini selalu datang dalam mimpi dan pikiranku. Sandrina berlari menjemput nur dan langsung memeluk erat.
mbak nur, aku kangen mbak, maafin aku yang tiba-tiba ngilang dan gak pamit.
Kami bertiga duduk, aku berada di sisi sandrina dan nur duduk di sebelahnya.
san ? ada yang ingin kami bicarakan aku langsung memulai
apa kak ? muka kalian kok tumben seserius ini ?
apa bener nama ayah kamu itu pak sutoyo ?
kakak ini sama mbak nur kompak ah sama-sama nanyain nama ayah, iya kak bener, kakak pasti tahu dari mbak nur kan ?
kakak tau dari pengacara kakak
Dia terlihat seperti ketakutan tetapi dia masih belum mengerti apa yang akan aku bicarakan
pengacara, aku gak ngerti kak
san nur mulai menjelaskan bagaimana bisa aku tahu nama ayahnya dari pengacaraku.
Sandrina menangis dan berlutut di hadapan kami, sungguh aku tidak berniat untuk membuatnya melakukan itu. Aku dan nur menariknya untuk berdiri tapi dia enggan untuk berdiri
kak dokter, mbak nur....aku malu, aku malu sama kalian, kalian yang udah menjaga aku malah ini balasan yang kalian terima
Aku meluruskan yang ada didalam pikiran sandrina aku meyakinkannya bahwa ini sama sekali bukan salahnya, ini adalah salah ayahnya, dan kami juga tidak akan menuntut apapun dari sandrina, kami hanya ingin dia tahu saja. Dan nama ayah nur bersih dari tindak kriminal walaupun beliau sudah tiada. Hati kecilku selama ini memang benar bukan pak harun yang melakukannya, kejadian masa lalu ada hal yang harus dijadikan pelajaran, apapun yang terjadi di masa lampau tidak boleh membuat rasa persaudaraan dan solidaritas kami sesama manusia terputus, hanya ikhlas yang bisa kami lakukan, apapun itu sudah menjadi skenario dari yang kuasa. Setelah kami mengenal dalam waktu yang lama dan juga proses yang panjang, kami berlibur dan mendapatkan sesuatu yang baru dalam hidup kami, beberapa yang ku pelajari dari setiap perjalanan di tanah jawa ini. Aku mengerti hangatnya kekeluargaan, tingginya rasa persaudaraan, menghargai sesama manusia. Meski kenyataan yang sedikit sulit untuk diterima tetapi Kami sangat lega akhirnya kasus ini sudah menemui titik terangnya, tapi itu tidak menyurutkan air mata dua perempuan itu, rasanya akupun sama, ingin menangis, tapi kutahan, kami bertiga adalah anak yatim piatu yang sama-sama menatap senja sore itu. Semuanya menangis kecuali aku. Semuanya sudah saling memaafkan dan mengikhlaskan, ini takdir kami yang tuhan beri, kami bertemu dengan skenario yang sama sekali tak dapat ku pikirkan sebelumnya. Dan di senja ini perasaanku mulai tumbuh kepadanya.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang