Bab 3. suatu saat aku pasti kembali (dokter ali)

37 1 0
                                    


Hari-hari berikutnya selalu menyenangkan disini, besok aku harus kembali korea untuk melanjutkan studiku, dan sudah aku pikirkan matang-matang untuk pindah jurusan menjadi dokter umum.

Satu tahun ini aku tidak menujukkan gejala-gejala menyukai hewan, dan seperti kata-kataku dari awal, aku akan membiayai Nur sampai keperguruan tinggi, untuk membalas jasa ayahnya selama ini yang sudah menjagaku, dan aku yakin bukan ayahnya pelaku sebenarnya. Ya, aku harus berkemas malam ini untuk keberangkatanku besok yang akan melelahkan pastinya.

Keesokan harinya setelah kami selesai solat berjamaah, ibu membekaliku makanan untuk diperjalanan, jumlahnya tidak banyak. Nur dan teman-teman yang lainnya mengantarku sampai keujung perkebunan, sembari mereka akan berangkat sekolah.

"Ali jangan lupakan kami disini" Ajat memelukku pada saat kami sudah sampai diujung perkebunan, dan angkutan umum sudah berjajar menunggu penumpang.

"iya Ali, nanti kamu kesini lagi. Kita berkemah lagi, aku janji akan menceritakan cerita baru" kata Siti.

Aku hanya membalas mereka dengan wajah yang berseri-seri dan meyakinkan mereka bahwa nanti aku akan kembali kesini. Oh ya, Nur tidak mengucapkan perpisahan padaku, dia hanya tersenyum dan terkadang memalingkan wajahnya dari pandanganku.

"aku pergi dulu ya, sampai jumpa lain waktu" satu kakiku sudah menaiki mobil angkutan itu.

Oh ya, Farid tidak sekolah. Dia sedang pergi keperkotaan untuk ikut berdagang dengan ayahnya. Mereka hanya melambai-lambaikan tangannya kearahku, mobilnya sudah mulai melaju. Dan bodyguardku sudah menungguku diperkotaan.

Sesampainya diperkotaan, terlihat ada segerombolan orang yang berbadan besar dan memakai setelan jas lengkap dengan dasi, tidak salah lagi itu pasti orang-orang suruhan pengacaraku untuk mengawalku pulang kesana.

Aku masuk mobil, perjalan menuju bandara kurang lebih 3 jam. Aku tertidur sambil mendengarkan musik dengan earphoneku. Salah satu dari mereka membangunkanku, karena sudah sampai dibandara dan sebentar lagi pesawat yang akan kami naiki akan segera take off.

Aku tiba di bandara internasional korea yaitu incheon international airport, pengacaraku sudah menungguku disana dengan wajah yang berseri seolah senang saat aku kembali pulang.

"sir, can i help you?" ada supir taxi yang menawarkan jasa taxi untukku mungkin, wajahku tidak seperti orang sini, makanya bapak paruh baya itu berbahasa inggris.
Pak rasyid (pengacara keluarga) menghampiriku.

"no, thanks" dia menjawab tawaran supir taxi itu.

Wajahnya sangat sedih, mengkin hari ini dia belum mendapatkan penumpang sembari meninggalkan kami dengan wajah yang lesu.

"sir...sir... "aku mengejarnya.

"this is money for you cause i cant back to home right now. You can find the other pessengers" aku memberikannya beberapa lembar uang.

"no, thanks sir" dia menolakku dengan halus, kemudian kembali duduk untuk menunggu penumpang yang dapat ia tawari jasanya.

Aku kembali berlari ketempat pak rasyid berdiri, aku hanya menitipkan koperku padanya.

"pak, aku mau naik taxi saja"

"tapi tuan... "dengan nada yang sedikit bingung.

"tidak apa-apa, nanti aku menyusul"

Aku kembali menghampiri bapak supir taxi tadi, dan duduk disampingnya
Dia tidak melihatku, dan hanya menunduk.

"ajuhssi? Ar u okay?" aku menepuk pundaknya dengan pelan.

"hey sir, can i help you right now?" dia tersenyum.

Aku berbahasa korea dengannya.

"iya tentu saja paman, antarkan aku pulang kerumah sekarang, urusanku sudah selesai"
Dia gembira sekali dan langsung membawaku untuk menaiki taxinya.

"paman kenapa paman tidak mau menerima uanku tadi?" tanyaku.

"paman tidak bisa menerimanya, karena paman menawarkan jasa, kalau jasa paman tidak digunakan maka paman tidak pantas menerima uangnya"

"tapi tadi kulihat wajah paman sangat sedih sekali"

"anak paman, dia sedang berada dirumah sakit sekarang, ada yang menabraknya dari dua bulan yang lalu, lalu dia koma. Harus segera dilakukan operasi, jika tidak, dia tidak akan sadar. Hanya bisa bertahan dengan bantuan alat" dia sedikit meneteskan air matanya.

"paman antarkan aku kerumah sakit tempat anakmu dirawat"

"tapi tadi bukannya tuan ingin pulang kerumah?"

"aku ingin berkenalan dengan anak paman"

Lalu kami pun memutuskan untuk kerumah sakit untuk menjenguk anak dari supir taxi itu, aku masuk lorong rumah sakit yang begitu sepi. Lalu paman tersebut berhenti didepan pintu yang paling ujung dengan nomer 009. Paman itupun mengajak aku masuk kedalam untuk mengenalkanku pada putrinya.

Seorang anak perempuan bertubuh mungil itu terbaring tidak berdaya di tempat tidur rumah sakit dari 3 bulan yang lalu, dia hidup dengan bantuan alat dari rumah sakit. Tindakan oprasi belum bisa dilakukan akibat biaya yang belum lunas.

Paman itupun sangat bingung untuk membiayai pengobatan anak semata wayangnya.

"Sehari ini saja yang menumpang taxi baru tuan saja, istri saya berjualan sayuran dipasar, setiap hari menangis akibat biaya yang tak kunjung terkumpul untuk penyembuhan anak kami" ucapnya sedih.

"bukannya anak bapak ini tertabrak? Memang yang menabraknya tidak bertanggung jawab atas hal ini?" tanyaku.

"anak paman adalah korban tabrak lari tuan, yang menabraknya tidak bertanggung jawab atas peristiwa yang menimpanya"

"apa paman tidak melaporkannya kepihak yang berwajib? ini sudah termasuk tindakan kriminal"

"tidak nak, paman tidak punya uang untuk mengurusnya"

"yasudah, sekarang akan aku lunasi biaya untu operasinya, aku akan kebawah dan menyelesaikan biaya administrasinya"

"tapi tuan, biayanya tidak sedikit"

"aku tidak peduli itu paman, yang penting anakmu harus segera ditindak lanjuti"

Aku langsung turun menggunakan lift , aku harus telepon pak rasyid dan meminta bantuannya.

Setibanya dilantai dasar, aku pergi kebagian administrasi, aku hanya memberikan kartu namaku, lalu nanti pak rasyid akan mengurus ini.

Aku kembali ke lantai atas dan memberitahu paman itu untuk menunggu jadwal operasi anaknya.

SENJA DI TANAH JAWA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang