Chapter 6 - Kembali Lagi

3.1K 167 16
                                    

"Renatha?" Megan benar-benar mengenali suara ciri khas perempuan itu. Bagaimana tidak? Megan dulu sempat lama mengenal Renatha hingga akhirnya ia bertemu dengan Mora.

"Nyatanya, kamu masih ingat aku, Megan. Apa kabar?"  Tanya Renatha seperti basa-basi, "Kabarnya Destroyer lagi buat usaha bar bareng-bareng? Boleh dong kalau gue main kesana kapan-kapan?"

"Bar kan dibuka untuk semua orang, jadi lo bisa dateng kapan aja kalau lo mau," ujar Megan dingin, sebenarnya dia tidak suka kalau Renatha tiba-tiba datang, kembali lagi dengan luka lama. Siapa pula yang suka mengembalikan luka lama? Apalagi sepahit itu. Semua orang pasti menolaknya, bukan?

"Hm.. oke deh, kalau gitu.. Salamin buat anak-anak Destroyer yang lain ya, Megan." Renatha kemudian menyudahi perbincangan itu. Menutup sambungan teleponnya sebelum Megan menjawab lagi.

"Siapa, Gan?" Tanya Kelvin kepo. Satu tangannya sembari menyulut rokok yang kini hampir habis.

"Renatha." Jawab Megan ketus.

Kelvin menyeringai, "Cih, nenek lampir itu lagi. Kok belum kena azab ya itu orang?"

Ramon mengangguk setelah diam beberapa menit, mencoba mengingat nama 'Renatha', "Oh, perempuan itu lagi. Mau apa dia ngehubungin lo lagi, Gan? Putus sama pacarnya yang waktu itu?"

"Gila kali, abis puas sama cowok itu sekarang balik lagi ke lo, Gan? Gue nggak habis pikir," ujar Claveron sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaudah, biarin aja dialah. Disakiti bukan berarti kita harus balik menyakiti kan?" Megan mencoba melupakan masa lalu itu, "Biar aja dia melakukan apapun, karena karma nggak harus dia dapetin dari gue, bisa aja dari orang lain, iya gak?"

"Gila-gila sih, paketu kita hari ini bijak betul," Kelvin berusaha menahan tawanya, "Tiap hari ya bijaknya, jangan kali-kali doang, malu sama umur."

Seketika Megan langsung saja memukul kepala sahabatnya itu kesal, "Sialan lo, Nyet!"

**

Siang ini Mora begitu merasa haus dan juga lapar setelah mata kuliah pagi tadi berakhir. Rencananya, ia ingin pergi mencari makan siang sendirian, karena merasa lebih asyik kalau pergi sendirian. Tapi, tiba-tiba saja seseorang menarik lengan Mora hingga membuat Mora terkejut bukan main, "Astaga! Vi! Gue pikir siapa narik-narik tangan gue segala!" Seru Mora kesal.

Alivio membalasnya dengan tertawa, "Mau makan siang ya? Yuk gue temenenin?"

Mora mengangguk, "Boleh. Emangnya lo nggak apa nemenin makan siang gue?"

"Sejak kapan gue bilang nggak boleh?" Tanya Alivio, "Justru gue seneng kok. Yuk, pergi pake motor gue."

"Seneng?" Mora seperti tertegun dengan kata itu.

Alivio mengangguk sembari mengusap puncak kepala Mora lembut, "Nggak ada maksud apa-apa kok. Gue cuma seneng bisa makan siang sama lo. Yuk kita ke parkiran, motor gue kan ada disana. Nggak apa kan kalau pake motor?"

"Loh emang kenapa?"

"Kali aja nggak suka, soalnya panas banget, takutnya rambut lo jadi rusak?"

Mora kontan saja tertawa, "Apaan sih lo! Malesin banget!"

Alivio ikut tertawa, "Yaudah yuk pergi."

Tanpa Mora sadari, sedari pagi ia mengacuhkan ponselnya yang ia simpan di dalam tas. Padahal, Megan berkali-kali menghubunginya tapi Mora lupa untuk mengecek ponselnya yang sedang dalam keadaan silent sedari malam kemarin.

Jelas saja ini membuat Megan yang sedang jauh berada disana kesal. Bagaimana tidak? Sehari ini tiba-tiba saja Mora tidak memberikan Megan kabar padahal biasanya tidak pernah terlewatkan. Padahal, kabar adalah hal terpenting ketika terpisahkan oleh jarak seperti ini. Meninggalkan banyak sekali tanda tanya untuk Megan, menimbulkan rasa khawatir yang amat sangat saat perempuan yang ia cintai menghilang tanpa kabar.

Megan kemudian mencoba berpikir positif. Mungkin saja Mora ada keperluan lain yang lebih penting dari hanya sekedar memberikannya kabar. Maka dari itu, Megan akan menunggu kabar itu sampai Mora benar-benar membalas pesannya.

Megan tidak posesif, tidak menuntut untuk diberikan kabar tapi setidaknya, Mora tidak membuatnya khawatir. Itu saja. Karena Mora adalah bagian dari tanggung jawabnya untuk selalu aman, senang, dan bahagia. Bagi sebagian laki-laki lain, mungkin LDR atau long distance relationship adalah hal yang membosankan, tapi tidak untuk Megan. Justru dengan LDR, kesetiaan itu akan diuji, sejauh mana hubungan itu akan bertahan. Megan hanya bisa berharap, bahwa hubungannya dengan Mora akan baik-baik saja.

To: Mora
Beritahu Megan kalau Mora sudah nggak sibuk ya. Megan bakal terus nungguin kabar kamu. Baik-baik disana, selalu jaga diri. Megan sayang kamu, Ra.

Pesan itu telah sampai saat Mora baru saja naik ke atas motor Alivio untuk pergi makan siang bersama.

***

Jrengg siapa yang rindu mora megan?! Nih ku kasih hehehe jangan lupa vote dan commentsnya yaa biar ceritanya jalan teroooos kek kereta hihi inget, VOTE+COMMENTS YA, hargai penulis dengan memberikan vomments sebanyak banyaknya! love ya! -D

Btw jangan lupa juga baca cerita baruku yaaa, judulnya Konon Katanya yang siap bakal baper-baperan paraaah! Gimana rasanya ketemu pilot ganteng yang siap bikin kalian melting? Wkwkkw kutunggu yaa jangan lupa mampir ke Konon Katanya!

Btw jangan lupa juga baca cerita baruku yaaa, judulnya Konon Katanya yang siap bakal baper-baperan paraaah! Gimana rasanya ketemu pilot ganteng yang siap bikin kalian melting? Wkwkkw kutunggu yaa jangan lupa mampir ke Konon Katanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mora & Megan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang