"Renatha ingin pernikahan ini batal saja.."
Renatha menahan tangisnya saat ini. Bagaimana tidak? Harapannya sekarang sudah sirna. Bahagia bersama Megan hanya bisa menjadi angan-angannya saja. Megan adalah laki-laki yang baik, dia menyesal telah meninggalkannya dulu. Kalau memang keputusannya ini yang terbaik, maka ia akan melakukannya. Demi Megan.. hanya demi orang yang ia cintai.
'Maksudmu? Apa yang kamu bicarakan ini, Nak?'
"Renatha sudah tidak ingin menikah dengannya, Pa.."
'Tapi kenapa? Papa sudah banyak mengeluarkan biaya untuk pernikahanmu, semua orang sudah mendapatkan undangan itu. Undangan itu sudah tersebar! Pernikahan ini bukan main-main, Renatha. Kamu tahu Ayah Megan sedang sakit, dia hanya ingin menikahkan putranya dengan kamu! Sudah cukup! Papa tidak ingin lagi mendengar semua omong kosong ini! Semua ini haruslah berjalan sebagaimana mestinya,'
Tuut..tuut...
Tegar langsung memutuskan sambungan telepon itu. Meninggalkan Renatha tanpa ingin menunggu jawaban darinya. Entahlah Renatha harus merasa senang atau sedih saat ini setelah akhirnya pernikahan itu terpaksa harus berjalan sebagaimana mestinya. Ia bahkan sudah tidak ingin berharap lagi pada Megan, ia sudah lelah menunggu Megan yang tak kunjung membalas perasaannya. Megan sudah tidak memiliki perasaan yang sama padanya.
"Aku harus bagaimana lagi.. aku bahkan nggak bisa gagalin pernikahan itu.." Renatha kontan menangis di depan Alex.
Alex yang bisa mendengar apa jawaban dari Ayah Renatha hanya bisa memeluk Renatha hangat, berusaha membuat perempuan itu tenang. Alex tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan, pasalnya semua teman-temannya tidak tahu menahu soal ini— soal Renatha. Padahal perempuan yang ada di sampingnya sekarang ini sudah melepaskan Megan walaupun hatinya enggan. Pernikahan ini sudah bukan atas keinginannya lagi.
**
Hari ini Megan sudah di perbolehkan untuk pulang. Pagi tadi beberapa temannya dan juga David langsung menjemput Megan dari rumah sakit. Mora dan Alivio masih berada di sana dan siap untuk ikut mengantarkan Megan untuk pulang setelah berada di rumah sakit 2 minggu lebih. Lagipula, Megan sendiri yang tidak ingin di tinggalkan oleh Mora walau sedetik pun. Mora harus tetap ada di sampingnya apapun yang terjadi.
Mora duduk di mobil yang sama dengan Megan dan juga David. Sementara Alivio berada di mobil Kelvin dan juga teman-teman Megan yang lain. Suasana canggung langsung saja menyelimuti Mora siang ini. Di tambah David yang hanya duduk terdiam di samping supir yang sedang mengemudikan mobil ini. Mora pun enggan bicara, ia hanya membiarkan Megan menggenggam tangannya erat. Rasanya Mora hanya ingin cepat sampai saja di rumah Megan!
Setelah melewati jalanan yang macet, dan juga keheningan di dalam mobil itu yang cukup menyiksa batin Mora, akhirnya mobil itu pun sampai di depan rumah mewah Megan. Stella—Ibu Megan langsung saja menyambut Megan dengan suka cita. Para pembantu rumah Megan pun langsung dengan sigap membantu supir mengeluarkan barang-barang Megan dari dalam mobil.
Megan di bantu David dan juga Kelvin turun dari dalam mobil, di ikuti Mora yang juga turun dari mobil itu dengan canggungnya.
"Welcome home, sayang.." Stella langsung memeluk Megan yang masih duduk di kursi roda dengan begitu hangat. Sementara Megan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Stella langsung mendorong kursi roda Megan untuk masuk ke dalam rumah, di susul dengan semua orang yang berada di belakangnya. Tapi tidak dengan Mora. Ia hanya diam berdiri disana, merasa tidak enak untuk ikut masuk ke dalam rumah Megan. Tidak ada yang menyadari betapa canggungnya Mora kali ini. Begitu Mora baru saja akan membalikkan tubuhnya, tiba-tiba seseorang memanggil namanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/131905519-288-k368608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mora & Megan 2
RomanceMora dan Megan terpaksa harus menjalani Long Distance Relationship saat Mora harus menempuh S2 di Kota Jakarta. Sementara Megan harus menetap di Bandung karena harus mengurus bisnisnya dengan 'Destroyer'. Janji mereka, keinginan mereka, begitu tersu...