6

3.1K 496 60
                                    

"Kau sudah sadar?" Taehyung mengerjapkan kedua matanya, Jennie yang sedari tadi menungguinyapun dapat bernafas lega.

"Syukurlah pingsanmu tidak lama." Kata Jennie menepuk sedikit lengan Taehyung.

Keringat Taehyung belum juga hilang, lengket berbalut kaos olahraga berwarna ungu yang ia pakai untuk bermain basket menguarkan aroma manis bercampur asam. Bibirnya pucat dan pada kulit di area siku terdapat memar keuangan.

Di sepanjang Jennie menungguinya, perasaan gelisah lagi-lagi menyelimuti perasaan Jennie. Semakin hari semakin membuat Jennie merasa was-was takut akan kehilangan Taehyung yang sewaktu-waktu bisa dicabut nyawanya begitu saja.

Jennie memang terkadang tak peduli dengan Taehyung, tetapi di balik itu semua, Jennie selalu memperhatikan perkembangan atau keanehan yang Taehyung alami setiap hari.

Sudah seperti kakak kandung sendiri, Jennie tak canggung untuk melakukan tugas selayaknya adik kepada Taehyung.

Memar keunguan itu Taehyung dapatkan dari terkena lemparan bola basket. Tidak sekedar terkena lemparan bola, jika Taehyung mendapatkan luka seperti itu sulit bagi tubuh Taehyung untuk memulihkan kondisinya dan akan bertahan lama.

Kelas mereka baru saja selesai pelajaran olahraga. Pelajaran yang paling Taehyung benci. Selalu saja berakhir seperti ini, Taehyung harus kehilangan kesadarannya. Membuatnya semakin frustasi.

Jennie sudah mengingatkan untuk tidak perlu mengikuti pelajaran olahraga, tapi Taehyung selalu mengeyel, sudah tahu akan pingsan tetap saja ikut. Membuat Jennie repot lagi, kan.

Taehyung mendudukkan tubuhnya, menyenderkan punggung pada headboard dengan lemas."Jen ambilkan seragamku, aku tidak kuat pergi ke kelas. Akan ku pakai di sini saja." Ucap Taehyung parau, masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang baru saja kembali dari alam bawah sadar.

"Ya." Jennie beranjak dari tempatnya duduk, kembali ke kelas dan mengambil seragam Taehyung.

Lima menit kemudian Jennie sudah berada di hadapan Taehyung lagi, membawa sepasang seragam untuk Taehyung pakai.

"Pakaikan Jen, aku lemas." kata Taehyung, duduk di pinggiran tempat tidur sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

"Sebelum itu, oleskan dulu remason pada punggungku. Pegal semua." Perintah Taehyung dengan enteng.

Lantas Jennie mengambil balsem yang berada di kotak obat di atas nakas. Mengoleskannya pada punggung Taehyung yang sudah tidak memakai kaos olahraga lagi.

Jennie duduk di belakang Taehyung, mengoleskan balsam itu dengan lembut, "Tae kau tidak mencoba periksakan dirimu lagi ke dokter?"

Taehyung diam, sedikit mencelos mendengar pertanyaan Jennie. Taehyung tak mau mengungkit tentang penyakitnya, tak mau terlihat lemah di hadapan Jennie. Namun sekeras apapun Taehyung berusaha, dia tetap akan terlihat sebagai laki-laki lemah tak berdaya.

"Tidak perlu khawatirkan itu. Aku baik-baik saja."

Jennie masih setia mengoleskan balsam di punggung Taehyung, "Tapi Tae, kau akan semakin sering kesakitan, aku tidak mau melihatmu seperti itu."

"Sudah ku katakan aku baik-baik saja." Jawab Taehyung, nada bicaranya meninggi.

Jennie tidak salah. Mengingatkan Taehyung untuk periksa bukanlah hal buruk. Untuk mengetahui apakah tubuhnya masih bisa menahan segala bentuk serangan dari penyakitnya atau tidak. Jennie takut tubuh Taehyung akan semakin digerogoti penyakit itu.

Jennie tak tahu pasti Taehyung menderita sakit apa. Yang ia tahu dari ibu Taehyung, bahwa Taehyung sakit keras dan Jennie disuruh untuk selalu menjaganya.

Hoax [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang