24

1.7K 267 66
                                    

"Jangan!" Taehyung mencegah Jennie menghubungi orang tuanya. Taehyung sedang tak berdaya di atas ranjangnya setelah Jennie kompres kepala itu dengan air hangat. Taehyung diserang deman. Jennie yang setia menungguinya duduk di sisi ranjang tak gentar mengecek suhu tubuh Taehyung yang masih bertengger pada angka 39°c.

Mengganti pakaian Taehyungpun ia lakukan memikirkan jika lelaki itu terus memakai baju yang terakhir kali--basah kuyub karena hujan sialan itu, Jennie lakukan untuk mencegah kondisi Taehyung semakin memburuk.

"Aku tidak mau ayah dan ibu khawatir." Tambahnya lagi dengan lemah.

"Aku akan menelfon dokter keluargamu." Jennie berniat mengambil ponselnya di dalam saku, namun lengannya langsung Taehyung tahan.

"Tidak usah. Aku hanya sakit kepala."

Hanya sakit kepala apanya? Kau tadi muntah-muntah dan kau bilang hanya sakit kepala? Ayolah Tae kau membuatku khawatir.

Jennie menghela, ia tak tega melihat Taehyung yang lemah seperti ini. Hatinya juga ikut sakit.

"Tapi Tae aku tidak mau terjadi sesuatu padamu."

Taehyung hanya menggeleng dan memejamkan mata lagi. Jennie memutuskan untuk mengikutinya saja. Tidak menghubungi siapapun dan menemani Taehyung di sini hingga lelaki itu membaik.

***
"ARRRGGHH." Jungkook mengamuk. Sesampainya ia di rumah seluruh perabotan di kamarnya ia banting. Seluruh benda-beda di atas meja ia lempar-lemparkan. Kemudian setelah puas mengeluarkan seluruh amarahnya, ia banting sendiri tubuhnya ke atas ranjang.

Lalu mengerang lagi menjambak rambutnya sendiri, mengacaknya hingga dirinya sudah terlihat sangat kacau.

Pasalnya jika Jungkook belum mendapatkan sesuatu yang ia inginkan maka akan terus ia pikirkan bagaimana caranya hingga dia berhasil mendapatkan itu.

Sejak dulu, selalu saja dia yang kalah dan harus merelakan apa yang ia mau. Kerutan di dahinya tercetak samar. Maniknya mulai berembun dan tanpa diduga lelehan bening itu lolos dari tempatnya. Jungkook terisak.

Dan lagi, Lisa. Kenapa sekarang gadis itu nyantol dipikirannya? Seolah mendesak ingin menggantikan posisi Jennie di dalamnya. Gadis itu sukses membuat Jungkook meremat kepalanya sendiri.

Hingga langit semakin menggelap lantaran matahari sudah harus berpamit tenggelam, hujan semakin deras di luar sana dan hati Jungkook semakin banjir lantaran bendungannya jebol. Isakan itu terus berlanjut hingga Jungkook lelah dan tertidur melewatkan makan malamnya.

.
.
.
.

Tok tok tok

"Tae kau di dalam?" Itu suara So-Jung. Baru saja pulang dari kantor saat jam makan malam tiba. Mengetuk pintu kamar Taehyung ingin melihat keadaan anaknya. Tadi saat berpapasan dengan Jennie di ruang tengah, gadis itu memberi tahu bahwa Taehyung sakit. Jennie tak tahan harus menyembunyikannya, maka ia katakan pada ibu Taehyung.

Tak ada jawaban dari dalam kamar akhirnya So-jung memutar knop pintu itu dan masuk. Melihat Taehyung yang masih berbaring dengan kompres masih menempel di kepalanya.

Ia buru-buru mendekat dan duduk di sisi ranjang.

"Taehyung kau sakit?" Tanyanya lembut penuh kasih sayang.

Tahyung membuka katupan matanya. Bibirnya masih pucat. Sulit sekali menggerakkannya. Jadi ia hanya mengangguk sekenanya.

"Apa kita perlu ke dokter?" Tanya So-Jung.

Hoax [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang