Phosphenes ~ 1

14.8K 414 69
                                    

Happy Reading

TRAGEDI kecelakaan pesawat terbang tempo lalu mengakibatkan seluruh penumpang yang ada di dalamnya meninggal dunia, merupakan kejadian yang cukup menyedihkan bagi sejumlah orang dari berbagai kalangan, termasuk Brylea Aenazzahra yang ditinggalkan suaminya. Semenjak saat itu juga, perempuan yang kini berusia 18 tahun seolah tak lagi memiliki semangat hidup. Lea jarang tertawa lepas dan selalu menampilkan senyum palsu di hadapan orang-orang supaya mereka tidak mengasihaninya.

Lea duduk di sebuah kursi panjang dengan mata yang lurus entah menatap apa. Wajah dan kenangan bersama suaminya selalu menghantui pikirannya. Setiap kali dia melewati tempat ini mampu mengingatkannya pada pertemuan mereka dengan kesan buruk dan semakin buruk ketika mereka saling dijodohkan. Lea tahu dia banyak melakukan kesalahan di masa lalu dan Lea juga tahu jika ini adalah karma untuknya, tapi mengapa Tuhan memberikan ujian seberat ini padanya disaat dia benar-benar merasa ada kebahagiaan.

Hari telah berganti hari, minggu telah berganti minggu, tak terasa waktu berjalan begitu cepat untuk ketiga bulannya tanpa Milo. Lea melemparkan sebuah kaleng bekas minuman ke sembarang tempat untuk meluapkan emosi dan rasa kesalnya pada takdir. Mungkin jika dia tidak memikirkan perasaan orang-orang terdekatnya, dia lebih memilih untuk pergi sejauh-jauhnya dan berharap tak akan pernah kembali lagi. Biarkan dia hidup tenang bersama anaknya, biarkan dia hidup tanpa bayang-bayang suaminya.

"Mil, kamu adalah manusia terjahat yang pernah aku temui. Aku gak tau harus bilang apa jika suatu saat anak kita nanyain keberadaan kamu, tapi yang pasti aku akan bilang kalau kamu adalah cowok tukang selingkuh, suka nyakitin perasaan istrinya, cowok bangsat yang berani-beraninya mengambil keperawanan anak orang secara paksa, dan setelah itu pergi seenaknya aja disaat aku udah benar-benar sayang kamu," kata Lea.

Andaikan sejak awal Lea mengetahui jika nasibnya akan seperti ini saat hidup bersama Milo, dia tidak akan pernah menerima perjodohan yang dilakukan mama dan papanya. Lebih baik dia pergi ke Korea mengejar impiannya untuk bertemu dengan Jungkook dan Taehyung. Tidak peduli jika mama dan papanya akan melakukan drama yang lebih parah. Dan ini juga salah hatinya, mengapa Lea harus mencintai manusia macam Milo. Seharusnya hatinya beku saja supaya dia tidak merasakan apa itu cinta yang sebenarnya.

"Duarrr meletus!" Lea membelalakan matanya ketika seseorang dari arah belakang dengan sengaja mengejutkannya. Dia menolehkan kepala dengan cepat dan menemukan Evano yang tengah menampilkan cengirannya seperti tak ada salah sama sekali.

"Anjing, monyet, bangsat, banget ya lo." Lea meraih sendal yang sedang dipakainya, lalu melemparkan kearah cowok itu. Seumur-umur Lea paling tidak suka jika ada yang bertingkah seperti Evano karena selalu membuat jantungnya berdegub dengan kencang, tapi anehnya mengapa ketika dia yang melakukan ke orang lain, justru dia merasa puas.

"Gorila, buaya, macan, harimau, gak sekalian disebutin," kata Evano dengan bola mata yang malas. Dia yakin jika sebentar lagi, Lea akan melakukan serangan. Perempuan itu selalu mengeluarkan jurus-jurus yang bisa membuat orang-orang menggelengkan kepala.

"Evano bin Smith." Lea menggeram dengan wajah yang sangat menakutkan bagi Evano.

"Brylea binti Rangga." Evano menirukan gaya temannya.

"LO NYEBELIN BANGET SIH JADI MANUSIA!"

"LO JUGA NYEBELIN BANGET JADI SETAN!"

"Awas ya lo!" kata Lea sambil melangkahkan kaki untuk menghampiri temannya dan bermaksud untuk memukul tubuhnya. Persetanan dengan Evano yang selalu membantunya dalam keadaan susah, karena hari ini Evano telah membuatnya kesal.

"Ett ... gak kena, gak kena, wleeee." Evano senang bukan main ketika Lea gagal memukulnya. Baru kali ini dia berhasil lolos dari serangan Lea. Cowok itu bisa melihat mata yang menyiratkan amarah dari Lea, tapi apa pedulinya.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang