Phosphenes ~ 4

6K 243 33
                                    

Happy Reading

SETELAH menyelesaikan seluruh pekerjannya di kantor pada hari ini, Bulan memutuskan untuk melajukan kendaraannya meuju kediaman Lea karena ingin memberikan suatu barang yang sudah dijanjikan sebelumnya. Selain itu, kedatangannya juga dengan maksud lain yaitu mengajak Lea untuk datang bersamanya ke pesta ulang tahun salah satu teman masa SMA pada esok hari. Entah Lea akan mengiyakan atau tidak ajakannya, tapi dia akan tetap berusaha membujuknya untuk ikut.

"Kalau gitu tante masuk dulu ya, jangan lupa minumannya diminum tuh."

"Iya tante, makasih udah repot-repot."

Beberapa kali Sarah memang menghampiri dan memintanya untuk menunggu Lea di ruang tamu saja, namun Bulan menolaknya secara halus dengan alasan terlalu nyaman duduk di kursi teras rumah. Terlebih lagi hembusan angin yang menerpa kulit dan rambutnya. Ketika Bulan merasa bosan menunggu Lea yang tak kunjung datang, dia pun mengayunkan kedua kakinya sembari bersenandung kecil sekaligus membalas satu per satu pesan singkat yang masuk ke aplikasi whatsapp miliknya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara perempuan yang cukup membuat Bulan terkejut.

"Wah, ada gerangan apa nih sore-sore gini dateng? Tumben banget, hehe. Apa seorang Bulan sedang kemasukan roh baik hati?" Lea memunculkan setengah kepala dari balik pintu pagar dengan bibir yang melengkung ke atas. "Atau jangan-jangan lo kangen gue makannya kesini, hayo ngaku!" katanya melanjutkan ucapan.

"Kangen matamu!" kata Bulan menoleh sekilas kearah Lea. "Tapi ... ada kemungkinan iya sih soalnya 'kan kita udah jarang ketemu. Paling hari minggu doang, itupun kalau masing-masing dari kita gak ada kesibukan lain."

Lea berdeham. "Siapa yang sering sibuk?" tanyanya bermaksud menyindir.

"Siapa lagi kalau bukan Bulan Cahyani dan Brylea Aenazzahra," jawab Bulan.

"Gimana ceritanya gue sibuk, tiap hari kerjaannya di rumah terus. Gue kan bukan Lea yang dulu lagi," kata Lea.

"Iya deh iya. Ngalah aja sama yang lebih muda," kata Bulan.

Karena mengingat tujuan awal kedatangannya adalah untuk memberikan barang, Bulan pun mengambil paper bag dari dalam mobil dan menyerahkannya pada Lea tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat melihat Lea hanya diam dengan ekspresi wajah yang kebingungan membuat Bulan tertawa pelan. Baru kali ini Lea bersikap seperti itu, padahal biasanya tidak. Diantara mereka bertiga (Bulan, Lea, dan Anatasha) Lea-lah orang yang paling bersemangat dan tidak pernah malu-malu ketika seseorang memberikan barang.

"Seriusan buat gue 'kan bukan buat emak gue?" tanya Lea.

"Iyalah, gue aja ngasihnya ke elo."

"Aaaaa ... terima kasih Bulan. Lo emang paling baik, paling ngertiin gue." Lea memeluk tubuh Bulan saking senangnya.

"Iya-iya, aduh engap gue lama-lama," kata Bulan kesal.

"Hehe, maaf." Lea menampilkan cengiran khasnya.

Kemudian jari-jari tangan Lea mulai bergerak membuka paper bag tersebut.

"Wow, amazing!"

"Suka?" tanya Bulan yang dibalas anggukan kepala.

"Lo rindu gak sih ada di masa-masa SMA?" tanya Bulan tiba-tiba.

"Gak usah ditanya lagi, Lan, bahkan rasanya gue pengen kembali ke masa itu," jawab Lea.

"Nah bener banget, menurut gue masa-masa SMA itu emang paling seru sih. Apalagi kalau udah ketahuan makan di kantin pas jam pelajaran, beuh ... rasanya mantep banget dikejar-kejar Pak Joko sampai ke negeri China. Tapi sayangnya beliau orang yang paling dibenci sama anak-anak karena terlalu patuh sama peraturan sekolah," kata Bulan.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang