Phosphenes ~ 8

4.5K 195 48
                                    

Happy Reading

LEA yang tengah fokus belajar membuat brownies bersama mama dan asisten rumah tangga dengan amat terpaksa menghentikan aktivitasnya dan mulai melangkahkan kaki menjauh dari dapur karena bel terus saja berbunyi seolah menuntut pemilik rumah untuk membuka pintu. Ketika melihat arah jarum jam yang menunjuk ke angka sebelas, Lea merasa yang datang bukanlah teman-temannya dan kalau pun iya sudah pasti mereka akan menyerukan namanya dengan panggilan 'kumis tipis' padahal dia tidak memiliki rambut halus di area bawah hidung. Hal ini disebabkan karena Lea sering dimirip-miripkan dengan ikan lele.

"Loh, kamu ngapain disini?" Perempuan itu tampak terkejut ketika melihat orang yang ada di hadapannya adalah mantan pacar.

Dengan senyum yang mengukir indah di wajah Kelvin berkata, "Kamu itu kebiasaan banget dari dulu kalau ada tamu pasti ditanya bukan disuruh masuk. Aku pegel loh dari tadi nungguin kamu buka pintu."

Lea menghembuskan nafasnya. "Masuk," titahnya sambil menggeser tubuh.

"Siapa yang datang, sayang?" Sarah melangkah menuju ruang tamu setelah loyang berisi adonan kue masuk ke dalam oven.

"Kamu duduk aja aku mau ambil minum," kata Lea yang kemudian berlalu meninggalkan mantan pacarnya di ruang tamu.

"Mama, apa kabar?" tanya cowok itu sambil meraih punggung tangan Sarah.

Sarah menatap bingung. "Saya baik, kamu siapa ya? Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

"Serius mama gak inget aku?" Kelvin menatap tak percaya. "Aku Kelvin, pacarnya Lea."

"Astaga! Mama benar-benar kaget sama perubahan penampilan kamu," kata Sarah menutup mulutnya terkejut. "Eh, orang tua kamu gimana kabarnya? Mama udah lama gak ketemu mereka," lanjutnya sambil menjatuhkan bokong di sebelah Kelvin.

"Baik juga, akhir-akhir ini mereka sibuk sama dunia kerjanya. Tapi aku bersyukur karena tugas papa dipindahkan kesini."

"Mama kamu masih jualan online?" tanya Lea yang tiba-tiba muncul.

"Masih," jawab Kelvin.

"Kayaknya mama harus ikutin jejak mama kamu deh," kata Sarah.

"Harus ma, untungnya juga lumayan bisa 'lah ke beli motor satu."

Mata Sarah berbinar. "Wah, itu berapa bulan?"

"Tergantung sih, mama juga gak langsung ke beli ini ke beli itu. Apa-apa juga 'kan harus ada prosesnya dulu." Sarah menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Kelvin.

Lea hanya diam mendengarkan obrolan mereka. Rasanya dia ingin pergi ke kamarnya untuk membaringkan punggungnya yang terasa pegal.

...

Seorang laki-laki duduk termenung di sebuah sofa panjang dengan tangan yang memegang dada. Hari ini dia tidak memiliki masalah, tapi entah mengapa perasaan dan pikirannya malah tidak karuan. Dia mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas dan meminumnya untuk menghilangkan perasaan itu, tapi tidak memberikan efek apapun. Tiba-tiba pintu kamar terbuka menampilkan perempuan dengan rambut tergerai.

"Kamu sakit?" tanya perempuan itu mengecek suhu tubuhnya dengan meletakkan punggung tangan di dahinya.

"Saya baik-baik aja," jawabnya.

"Hm ... kalau kamu baik-baik aja kenapa diem terus dari tadi?" kata perempuan itu.

"Saya hanya lelah dengan semua yang terjadi," katanya membalas.

Karina menghela nafasnya. "Jef, kalau kamu ada masalah bisa cerita ke aku. Aku pendengar yang baik loh," katanya.

"Saya tidak apa-apa, tidak perlu khawatir." Jefri mengubah posisi duduknya.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang