Phosphenes ~ 2

6.8K 303 24
                                    

Happy reading

SETELAH sarapan bersama mama dan papanya selesai dan Lea pun sudah membersihkan semua peralatan makan yang kotor, dia memutuskan pergi ke ruang tamu untuk menonton acara favoritnya sejak kecil hingga sekarang yang disiarkan disalah satu stasiun televisi swasta sembari menunggu teman-temannya datang berkunjung.

Setelah mereka lulus SMA, baik Bulan maupun Anatasha memang sudah jarang bertemu dengannya karena disibukkan kegiatan masing-masing. Ada yang bekerja dan ada pula yang berkuliah, bahkan Bulan mengambil dua kegiatan sekaligus di hari yang berbeda. Sementara dirinya tidak banyak melakukan kegiatan selain membantu pekerjaan rumah karena orang tuanya tidak memberikan izin.

Terkadang Lea ingin seperti teman-temannya yang memiliki jadwal kegiatan yang padat. Karena dengan begitu permasalahan yang terjadi dalam hidupnya sedikit demi sedikit bisa tersingkirkan. Namun, apalah dayanya yang mau tak mau harus menuruti perkataan mereka. Sepenuhnya dia tahu bahwa orang tuanya melakukan semua itu hanya untuk kebaikannya.

"Lea," panggil Sarah, "kemarin malam mama mertua kamu nelepon."

Perempuan yang dipanggil namanya itu terlonjak kaget, lalu menolehkan kepala dengan cepat ke sumber suara. Sejak kapan Sarah datang dan duduk di dekatnya, bukannya tadi sedang berada di dapur. Bahkan dia sampai tidak sadar saking fokusnya menonton. "Tumben banget mama Resa nelepon kita malem-malem. Ada apa emangnya?" katanya.

"Beliau nanya kabar kamu, udah lama kan kamu gak ketemu."

"Iya sih, hampir dua mingguan aku gak ketemu keluarga Milo," kata Lea berbicara pada dirinya sendiri. Hanya menyebut nama 'keluarga Milo' membuatnya jadi rindu mereka, terutama adik kecilnya. "Terus mama jawab apa pas mama Resa nanya kabar aku?" tanyanya.

"Ya, mama jawab kalau keadaan kamu kurang baik akhir-akhir ini. Kamu sering muntah-muntah, gak mau makan kalau gak ada es krim. Dan kamu tau respon beliau kayak gimana pas denger gitu?" Lea menggeleng-gelengkan kepala tidak tahu.

"Beliau heran punya menantu kayak kamu yang sifatnya sebelas dua belas sama anak kecil. Bahkan melebihi Agatha sampe harus ada es krim kalau makan," kara Sarah.

Lea menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia benar-benar malu karena Sarah membeberkan masalah makannya pada Resa. "Kok aku jadi malu ya," katanya.

"Emangnya masih punya urat malu, Le?" tanya Sarah bercanda.

"Masihlah, masa enggak," jawab Lea.

Kemudian Sarah memasukkan cemilan ke dalam mulutnya terus menerus sampai tidak tersisa sedikit pun. Matanya tak bisa lepas memperhatikan postingan instagram teman-teman arisannya. Meskipun usianya terbilang tidak muda lagi, akan tetapi sifat dan sikapnya masih seperti anak remaja. Perempuan itu juga lebih suka menonton konser girl band atau boy band asal Korea Selatan dibandingkan bergosip dengan tetangga-tetangganya.

"Ah iya, satu lagi, kamu disuruh beliau buat dateng ke rumahnya," kata Sarah memberitahu. Dia baru mengingat pesan dari besannya untuk Lea.

"Sekarang, ma?" tanyanya dengan wajah terkejut.

"Terserah kamu sih yang penting hari ini. Tapi lebih cepat lebih baik, iya kan?" kata Sarah menjawab pertanyaan Lea.

"Hm ... dadakan banget udah kayak goreng tahu bulat. Emangnya gak bisa besok, ma, soalnya Bulan sama Ana mau kesini," balas Lea.

Sarah menghentikan aktivitasnya, lalu menatap wajah Lea dengan serius. "Mau kamu tolak permintaan mama mertua? Tega kamu ngebiarin mama mertua nunggu kamu dateng?"

"Enggak gitu juga. Kalau bisa besok, ya ... niatnya mau besok aja. Tapi kalau emang gak bisa, yaudah sekarang perginya," kata Lea.

"Lagian temen-temen kamu itu gak kuliah atau kerja gitu, kan biasanya mereka sibuk," kata Sarah dengan wajah bingungnya sebab beberapa hari yang lalu dia menyuruh Bulan dan Anatasha untuk datang ke rumahnya, namun mereka mengatakan tidak bisa dengan berbagai alasan yang diberikan.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang