Phosphenes ~ 9

4.2K 175 14
                                    

Happy Reading

SEPERTI biasanya Lea akan membuat susu formula yang dikhususkan untuk ibu hamil ketika malam hari sebelum memejamkan mata. Entah mengapa beberapa hari belakangan ini dia jadi tidak menyukai minuman tersebut karena aromanya yang terlalu menyengat di indera penciumannya. Mungkin saja itu memang bawaan bayinya seperti yang dikatakan mamanya, karena sebelumnya dia tidak memiliki masalah apapun dengan jenis dan rasa dari susu.

Ketika Lea akan menuangkan air hangat ke dalam gelas, dering ponselnya malah berbunyi sehingga dia menghentikan aktivitasnya. Diraihlah benda pipih dari meja, menggeser tombol hijau ke atas layar dan akhirnya menampilkan wajah kedua temannya. Lea memutar bola mata malas saat tahu Bulan memakai piyama Hello Kitty. Sudah berulang kali dia berbicara untuk tidak memakai pakaian yang berkaitan dengan karakter itu, tapi Bulan mengabaikannya.

"Lea, lo gak apa-apa 'kan? Gue belum sempat ke rumah lo," kata Anatasha khawatir.

"Gue baik-baik aja," Lea menjawab sambil meletakan ponselnya sebab ingin melanjutkan membuat susu sebelum dia lupa dan akhirnya ketiduran.

"Seharusnya lo lapor karena kejadian ini bukan sekali dua kali," kata Bulan.

"Pagi tadi bokap udah ke kantor polisi sih."

Hari itu Lea memaksa pergi ke apartemen untuk mengambil beberapa pakaian dan parfum milik Milo tanpa mempedulikan hirauan mamanya. Ketika berjalan melewati lorong yang gelap, dia merasa ada seseorang yang mengikuti langkahnya. Tapi saat menolehkan kepala ke belakang dia tidak menemukan siapapun disana. Lea pun melanjutkan perjalanannya menuju basement dan tetap berpikir positif bahwa itu perasaannya saja.

Sampai pada akhirnya tubuhnya menegang ketika mendengar derap kaki yang mulai berjalan mendekat kearahnya. Lea benar-benar takut berada disituasi itu, dia menyesal tidak menuruti perkataan mamanya. Dia memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya secara perlahan. Saat itu juga, Lea melihat seseorang berpakaian lengkap berwarna hitam berdiri di hadapannya bersiap untuk melakukan penyerangan menggunakan pisau.

"Kalau aja bokap gak dateng tepat waktu ... udah deh gue gak tau lagi nasib kita (Lea dan anaknya) kayak gimana," kata Lea.

"Lagian lo ngapain sih segala ke apartemen?" kata Bulan bertanya.

"Kangen sama suami gue, makannya gue ambil pafrum sama bajunya."

Bulan menghembuskan nafasnya, memang sulit jadi Lea. "Lain kali kalau mau kemana-mana itu ajak orang jadi gak sendirian," katanya.

"Katanya tangan lo juga luka ya," kata Anatasha.

"Sedikit, tapi gak apa-apa yang penting selamat," kata Lea sambil melihat perban di tangan.

"Enak gak susu itu?" tanya Anatasha ketika meminum susu hingga tandas.

"Biasa aja."

Lea menginjakkan kaki di anak-anak tangga menuju kamarnya. Dia menyenderkan tubuh di kepala ranjang, mengamati satu per satu wajah temannya yang lucu ketika diam.

"Gue belum cerita ke kalian ya kalau gue ketemu sama mantan calon istrinya Angga," kata Bulan yang dibalas gelengan kepala oleh Anatasha.

"Gue ketemu dia, tapi aneh banget."

"Aneh kenapa?" tanya Anatasha, sedangkan Lea hanya diam menunggu kelanjutan cerita.

"Ya, aneh mukanya pucet banget kayak mayat."

"Mungkin dia lagi sakit kali," kata Anatasha.

Bulan mengedikkan bahunya. "Dia gak tau rumah gue, Na, tapi tiba-tiba udah duduk di kamar aja. Dan seharusnya dia gak bisa masuk soalnya pintu dikunci rapat. Pembantu sama sopir lagi pulang, orang tua gue juga kerja di luar negeri. Gak ada alasan dong dia masuk lewat mana," katanya.

PHOSPHENESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang