H-1

65 28 5
                                    

Angin malam bertiup kencang melewati jendela yang masih terbuka , angin bertiup hingga menerpa kaki aulia .

Merasa terganggu  aulia kembali menarik selimut bewarna biru garis garis yang identik dengan selimut pasien untuk menutup penuh kakinya , setelah malam panjang ia lalui dengan tenaga ekstra dan kesibukan ini ia lakukan semata-mata untuk menghindari pernikahan yudha , mantan aulia sendiri.

Kesibukan itu raib ketika ia membuka mata untuk bangun dari tidurnya , ia kembali mengingat  perjanjian bodoh di buat kala rasa lelah menjuntai  di badannya .perjanjian dimana ia fokus kan untuk menyembuhkan denis , dan denis akan membantunya dalam menghadiri pernikahan yudha .

Walaupun rencana itu sedikit menenangkan namun usaha aulia yang berusaha keras untuk tak hadir menjadi cuma-cuma dan lelah yang di rasa.

Aulia mencoba bangun dan melihat sekeliling ruangan yang dipastikan itu bukan ruangannya , tapi ruangan pasien milik denis .

Terlihat jelas denis tengah khusuk duduk bersilah dengan tangan yang menengadah pada sang khalik , aulia yang melihat tak ada niat untuk menegurnya atas perlakukan denis semalam , aulia hanya memandangi  punggung denis , ada rasa adem yang menyejukkan tercipta melihat laki-laki yang bangun di sepertiga malam seperti ini .

Cukup lama aulia menatap punggung denis   yang membuat kenyamanan tersendiri hingga aulia tersadar jika dirinya sudah terlepas dari jilbab yang tadi malam dikenakannya . Menyadari itu ia bergegas memakaikan kembali tuk menutup aurat , hingga kacamata yang tergeletak di samping jilbab diatas nakas tersebut jatuh .

Timbulnya suara benda jatuh itu mengiringi selesainya denis dari khusuk  nya berdoa , aulia mencoba memalingkan pandangannya ketika denis mulai mendekat dan merapihkan alat sholat nya kedalam nakas.

Kacamata itu denis pungut mengetahui sang empunya hanya diam tak bergerak dan memalingkan pandangan.

"Ada apa ?"tanya denis yang kini menarik kepala aulia pelan untuk menghadap dirinya .

Kacamata yang memiliki frame berwarna merah bata berbentuk bundar sudah kembali bertengger di hidung aulia . Aulia sedikit kaget ketika denis memakaikan kacamata dengan lembut .

"Terimakasih" sepenggal ucapan lalu aulia beranjak untuk pergi dari ruangan denis.

"Jangan lupa mulai hari ini kamu jadi dokter saya "peringatan dari denis aulia abaikan , toh dia  tidak perlu stres lagi memikirkan pasien lainnya dan yang paling aulia takuti waktu 1 bulan sepengetahuan aulia belum pernah membaca jurnal penyembuhan dengan waktu yang singkat .

Merasa tak diindahkan denis mensejajarkan langkah bersama aulia .

"Kenapa ngikutin ?"cibir aulia yang menghentikan langkahnya diantara  koridor dengan nuansa sepi di jam 4 pagi .

"Hah , aku tidak mengikuti "tepis denis  .

"Lantas?"

Denis mendekat di telinga aulia dan mulai berbisik "jika kamu ragu sudah tidur diruangan ku , mandi wajib lah"

Aulia menjadi geram mendapati pernyataan gila dari denis , aulia meneriakinya yang kini sudah berlari menjauhi dirinya "denissssssss"

Seperti kucing yang mencoba menangkap tikus , kini aulia dan denis berada di posisi kedua binatang itu . Hingga akhirnya denis terhenti untuk berlari ketika mengetahui aulia tak lagi mengejarnya . Denis melangkah balik untuk memastikan dimana aulia .

"Hai brengsek "umpat aulia kencang ketika kini ia bisa menangkap kerah baju milik denis dengan kuat .

"Apa yang kamu maksud dengan mandi wajib ?" Tanya aulia gemetaran dengan harapan tak sesuai dugaan otaknya yang melayang kemana karena ia masih ingat denis terakhir kali sebelum terlelap memijat kakinya .

HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang