LANGSUNG BACA AJA YA!!! WKWKWKWK
.
.
.
.
.
.Dari lantai 17 ruang kerjanya, pandangan Shania kini terarah pada pemandangan luas yang bisa dia lihat dari dinding kaca yang mengelilingi hampir seluruh ruangannya.
Shania tengah melamunkan kejadian-kejadian yang terjadi saat pesta ulang tahunnya, banyak hal yang terjadi diluar kehendaknya. Kedatangan Kevin yang membuat heboh, beberapa mantan pacarnya yang juga datang, lalu kedatangan dua pria bernama William dan Bram yang sempat menjadi pusat perhatian.
Tapi dari itu semua, hanya kehadiran Boby lah yang benar-benar menyita perhatiannya. Boby datang saat pesta sudah berjalan beberapa jam, dan laki-laki itu juga enggan untuk bertemu dengan semua yang hadir di pesta tersebut.
Boby meminta Gaby agar Shania menemuinya di taman yang ada di cafe tersebut. Awalnya Shania menolak, karena jujur saja masih selalu ada rasa takut dalam diri Shania ketika bertatap muka dengan Boby. Tapi ucapan Gaby, sedikit membuat rasa takut itu hilang. Gadis berdarah Manado itu bilang bahwa dia menjamin bahwa Boby tidak akan menyakiti Shania lagi dan kalaupun hal itu terjadi, Gaby sendiri lah yang akan turun tangan untuk memarahi bahkan tak segan untuk memukuli laki-laki itu.
"Gue bakalan duduk di sini sambil dengerin musik, jadi silahkan sampaikan apa yang mau loe bicarain sama Shania tanpa harus khawatir gue ngedengerin" ucap Gaby sambil menunjukan ponselnya yang sudah tersambung dengan benda berwarna putih yang ujungnya menutupi kedua telinga gadis itu.
"Inget Bob, loe jangan macem-macem!" ancam gadis itu lagi dengan wajah seriusnya.
Boby mengangguk mendengar apa yang teman sedari kecilnya itu ucapkan, dan Boby benar-benar akan mematuhi apa yang sudah dirinya dan Gaby sepakati. Boby tidak mau kalau sampai membuat gadis itu marah, karena Boby tau betul kalau Gaby amat sangat menyeramkan jika sudah mengamuk.
Gaby memang gadis yang ramah dan juga mudah bergaul, selain itu dia juga sangat pintar dalam urusan Pendidikan. Tapi untuk urusan mengendalikan emosi, Gaby selalu saja tidak dapat mengontrolnya, apalagi kalau sudah berurusan dengan orang-orang terdekat yang disayanginya.
"Kamu duduk sebelah Gaby aja Shan, biar aku berdiri aja di sini" ucap Boby pada Shania.
"Iya Bob" jawab Shania singkat.
"Oh iya, selamat ulang tahun ya Shan. Semoga kamu selalu diberi kebahagiaan, dan ini ada sedikit hadiah buat kamu" ucap Boby kemudian sambil menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna biru yang diikat oleh pita dengan warna senada.
"Makasih Bob" ucap Shania masih dengan jawaban singkatnya.
"Sebenarnya aku kesini mau pamit Shan, kebetulan besok aku mau balik lagi ke Jepang"
Shania terdiam mendengar ucapan Boby, gadis itu bingung harus menanggapi apa tentang yang Boby ucapkan.
"Kebetulan sebentar lagi masa kuliah aku akan memasuki semester baru, dan ya aku juga harus buat laporan tentang pengalaman magang aku selama di sini" lanjut laki-laki itu.
"Kalo gitu semoga perjalanan kamu besok lancar ya Bob, sukses juga buat kuliah kamu kedepannya. Aku yakin kamu pasti bisa meraih apa yang kamu inginkan, dan aku juga yakin kamu bisa membanggakan Mamah juga Almarhum Papah kamu"
Boby tersenyum mendengar ucapan penyemangat yang diberikan oleh Shania. Dari dulu saat mereka masih kecil, Shania adalah sosok yang paling dewasa diantara dia dan juga Gaby. Shania memang jarang berbicara, tapi dia lah yang selalu menjadi penengah jika terjadi keributan diantara mereka. Shania juga lah yang selalu menjadi sosok pembela Nabil jika anak laki-laki kecil itu dimarahi oleh Boby atau Gaby karena rewel dan selalu ingin ikut bermain dengan ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Princess
FanfictionAku bukan tidak mau mendapat predikat tersebut, tapi aku memang tidak pantas mendapatkannya. Tolong jangan perlakukan aku seistimewa itu. aku hanya ingin kalian ada di sampingku dan mendengarkan keluh kesahku. Mom, this is me Sist, hug me And You, (...