Empat

328 24 1
                                    

Fatin senang, akhirnya ia punya satu teman lagi sejak beberapa tahun ini ia selalu sendiri.

Bukan lebay. Fatin memang benar-benar senang. Seperti seorang pria yang senang ketika mengakhiri masa lajangnya. Rasanya memang seperti itu, jika ingin digambarkan.

Tapi Fatin juga takut, jika Zalfa akan bosan berteman dengan Fatin yang kaku dan garing ini.

"Fatin kenapa sayang? Ngelamun terus nih dari tadi" tegur Ratna - bunda Fatin.

Saat ini mereka tengah berada diruang keluarga, tapi Ratna perhatikan Fatin dari tadi hanya menghayal.

"Nggak bun. Fatin cuma seneng aja" jujur Fatin.

"Kenapa? Apa yang bikin anak Bunda seneng?"

"Akhirnya Fatin punya temen"

"Lah? Emang kamu nggak punya temen?" heran Ratna.

"Bisa dibilang gitu"

"Ya ampun, anak bunda. Maafin bunda nggak pernah merhatiin kamu" ucap Ratna akhirnya sambil memeluk anaknya itu, mumpung Ratna lagi berada di rumah. Jarang dia punya waktu bersama anaknya ini.

"Bunda perhatian kok sama Fatin. Fatinnya saja yang terlalu tertutup" Fatin memang lebih dekat dengan bundanya

"Lain kali bunda bakal lebih sering pulang deh" ucapnya sambil mengelus kepala anaknya.

"Iya"

***

Hari ini ternyata ada ulangan mendadak. Untungnya Fatin semalam sudah belajar, jadi ia tidak terlalu pusing mengerjakan soalnya tadi.

"Ya ampun, pening kepala gue" sahut Azmi dari depan.

"Makanya, malam itu waktunya belajar. Nah lo malah keluyuran" balas Zalfa

"Lo sendiri? Emang belajar?"

"Alhamdulillah, tadi dapat contekan" jawabnya lagi enteng.

"Iihh kenapa nggak bilangin ke gue sih?"

"Kenapa nggak minta"

"Nggak apa deh. Yang penting hasil kerja gue sendiri" kata Azmi menekan kata terakhirnya.

"Bodo amat!"

Fatin hanya tersenyum melihat tingkah kedua gadis itu. Ia berharap, dapat juga seperti itu, bisa bicara dengan bebas tanpa ada rasa canggung seperti mereka.

"Fatin, katanya dipanggil bu Ela tuh" sahut seorang pria, teman kelas Fatin di ambang pintu.

"Di suruh bawa kumpulan tugas yang kemarin" lanjutnya lagi, karena ia tau Fatin tidak akan bertanya 'kenapa'.

Fatin membalasnya dengan anggukan lalu bergegas menuju ruang guru.

Ternyata, kelasnya termasuk yang paling cepat keluar hari ini. Mungkin karena tadi mereka melaksanakan ulangan.

Fatin menyusuri banyak kelas. Dan tanpa ia sadari salah satu dari kelas itu adalah kelas Rafi.

Berbeda dengan Fatin, justru Rafi sangat sadar bahwa tadi Fatin lewat didepan kelasnya.

"Pak! Izin dulu Pak" guru yang sedang mengajar itu hanya mengangguk tanpa menanyakan alasan Rafi terlebih dahulu.

Ketika keluar, ternyata Fatin belum terlalu jauh dari kelasnya.

The Fake First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang