Empat belas

261 18 0
                                        

"Tin lo liat tas gue dimana nggak?" tanya Zalfa kepada Fatin sembari mendudukkan bokongnya di dekat tenda yang sudah selesai mereka dirikan.

"Nggak"

"Gue nyimpen dimana ya tadi?" Zalfa mengetuk ngetuk jarinya dipelipis. Memutar kembali memorinya, dimana terakhir kali ia menyimpan tasnya.

"Woi Zalfaa!" sorak Azmi yang kini jaraknya kira-kira tiga meter dari tempat Zalfa sekarang.

Sontak mereka berdua mengarahkan pandangannya kepada sumber suara cempreng itu.

Dan terlihat disana Azmi tengah menenteng sebuah tas ransel di tangan kanannya. Sekaligus menyeret sebuah tas lagi di tangan kirinya dengan jalan terpogoh-pogoh.

Zalfa menyipitkan matanya, sepertinya ia kenal tas yang diseret itu. Tentu saja, itu tenyata tas miliknya yang ia cari.

"Ouh. Ternyata lo yah, pelakunya!" sarkas Zalfa dengan suara tinggi sambil berdiri lalu mengambil paksa tas miliknya.

"Heeh?!" sanggah Azmi tak kalah tinggi

"Gue udah capek capek bawa tu tas, udah di malu maluin ama kakak kelas, dan lo!? Apa balasan lo, hah? Sungguh tega engkau! Tak ada hati engkau!" keluh Azmi yang 'sok daramatis' itu justru membuat kerutan muncul di kepala Zalfa

"Di malu maluin?" tanya Zalfa

"IYA!" balas Azmi ngegas

"Kok?" tanya Fatin mulai bicara.

"Tunggu, sebelumnya gue mau nanya . Emang lo inget lo simpan tas lo dimana?" tanya Azmi sembari menaikkan jari telunjuknya ke arah Zalfa.

Yang ditanya hanya mengendikkan bahunya, ia memang lupa meletakkannya dimana sewaktu ia turun dari bus.

"Nah, disitu salah lo!" lanjut Azmi dengan tatapan tajamnya lalu melipat kedua tangannya didepan dada. "Lo tau, gue sampai di nasehatin panjang lebar, gegara tas lo yang nyasar di tenda panitia!" jelas Azmi.

"Kok.. " belum Zalfa meneruskan ucapannya, Azmi sudah memotongnya.

"Padahal kan, gue cuma bilang itu tas temen gue, lah malah gue yang dimarahin sama si Cabe Ijo!" ada jeda beberapa detik, sebelum Azmi kembali meneruskan celotehnya sambil berjalan menuju tenda "Mentang- mentang jadi panita! Marahin orang sembarangan! Ngajak berantem?"

Zalfa hanya menggigit bibir bawahnya. Ini memang salahnya, ia baru ingat tadi ia meletakkan tasnya didekat kumpulan tas panitia. Pasti ada yang membawanya ke tenda paniti karena mengira tas itu juga tas milik panitia.

Perihal Cabe Ijo, itu adalah julukan yang dibuat mereka, kecuali Fatin tentunya. Julukan untuk kakak kelas mereka, kakak kelas yang sangat mereka benci. Benci bukan tanpa alasan, si Cabe Ijo itu yang nama aslinya Delia adalah cewek yang tingkat kepedeannya diatas rata rata. Dia suka cari perhatian, khususnya sama cowok cowok yang menarik perhatiannya. Tak hanya itu, ada juga satu hal yang sangat menggambarkan sosok Delia. Satu hal yang sudah sangat dikenali oleh beribu orang disekolah ini, PHO, ia adalah sesosok manusia yang suka mengganggu hubungan orang. Itulah sekilas info mengenai Cabe Ijo

Saat Zalfa hendak menyusul Azmi di tenda, gerakannya sontak terhenti ketika suara panitia terdengar nyaring dari sound sistem.

"Perhatian, kepada seluruh peserta kegiatan. Jam 3 nanti kita akan mengadakan Pembukaan. Jadi, sebelum itu kami harap seluruh peserta mengambil makanan di Dapur Perkemahan untuk makan siang sebelum Pembukaan" begitulah yang terdengar dari suara salah satu panitia kegiatan.

Peserta LDK di arahkan menuju dapur perkemahan yang terletak di sebelah tenda panitia. Dapurnya hanya terdapat beberapa meja kayu, dan beberapa bangku kecil yang sama seperti di kantin-kantin biasa.

The Fake First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang